“Kita harus bicara.” Ucap Tae Baek sambil memegang tangan
Ah Ri.
“Pergilah.” Jawab Ah Ri.
“Kita harus bicara!” ucap Tae Baek.
“Pergi!” jawab Ah Ri.
“KITA HARUS BICARA!” bentak Tae Baek akhirnya.
Ji Yoon kaget melihat Tae Baek ditampar. Saking kagetnya
dia menutup mulutnya. Laki2 mesum tadi ngamuk. Ia mencengkram kerah baju Tae
Baek dan tanya apa Tae Baek seorang gangster. Tae Baek diam saja. Ia masih syok
setelah Ah Ri mendaratkan tamparan di pipinya. Laki2 itu mau memukul Tae Baek,
namun tangannya langsung ditahan Addie.
“Sebaiknya kau berhenti sebelum dikenakan sanksi atas
sikap kurang ajarmu tadi.” Ucap Addie dingin.
“Apa kau mengancamku? Apa kalian satu komplotan? Apa aku
harus menghajar kalian!” bentak laki2 itu.
“Direktur, dia...” jawab laki2 mesum itu.
“Ayo kita ke mobil.” Ucap pria tua itu.
Addie pun melepaskan cekalan tangannya dari laki2 mesum
itu.
Ah Ri panik melihat situasi yang makin panas. Pria tua
itu berkata, “Ketua Tim Go bilang tentang sesuatu yang berbeda di dunia
periklanan. Aku sudah mempelajarinya hari ini.”
Pria tua itu pun beranjak pergi. Ah Ri makin panik. Ia
beranjak pergi mengejar boss Geumsan Konstruksi itu. Namun Addie mencegah Ah
Ri.
Ah Ri menghempaskan tangan Addie dan pergi mengejar pria
tua itu.
Saat mereka sudah pergi, Ji Yoon mendekati Tae Baek dan
Addie. Ia bertanya ada apa. Namun Tae Baek berteriak pada Addie, “Apa yang kau
lakukan! Kau diam saja melihat karyawanmu diperlakukan kurang ajar!”
“Kau pikir kau bisa melindunginya dengan tinjumu?” tanya
Addie.
Tae Baek diam saja. Ji Yoon juga bingung dengan situasi
itu. Boss Ma yang mendengar ribut2, beranjak keluar. Ia terkejut melihat
semuanya berkumpul. “Ada apa ini?” tanya Boss Ma.
“Maaf. Sampai jumpa besok.” Ucap Tae Baek pada Boss Ma,
lalu beranjak pergi.
Sementara itu diluar, Ah Ri minta maaf pada Boss Geumsan Konstruksi. Tae Baek miris melihat Ah Ri meminta maaf pada laki2 itu. Laki tua2 itu mendengar permintaan maaf Ah Ri dari dalam mobil. Ah Ri memohon diberikan satu kesempatan lagi dan berjanji akan melakukan semuanya dengan baik. Boss Geumsan Konstruksi itu bilang kalau Ah Ri orang yang sangat naif. Laki2 mesum tadi tertawa mendengarnya. Pria tua itu melanjutkan perkataannya. Ia berkata meski Ah Ri berlari sambil telanjang, Ah Ri tetap tidak akan mampu menyelesaikan masalah itu. Ah Ri tercengang mendengarnya. Mobil Boss Geumsan Konstruksi pun akhirnya melaju pergi.
Tae Baek yang melihat dari kejauhan, kasihan pada Ah Ri. Ah Ri masih berdiri terpaku. Ia syok dengan apa yang terjadi. Saat membalikkan badannya, ia kaget mendapati Tae Baek berdiri di belakangnya. Tae Baek pun berjalan ke arah Ah Ri.
“Maafkan aku jika semua ini salahku.” Ucap Tae Baek.
“Aku juga minta maaf. Tapi.. Lee Tae Baek, tolong keluar
dari hidupku.” Jawab Ah Ri.
Tentu saja, itu membuat Tae Baek semakin syok.
Sementara itu Addie, Ji Yoon dan Boss Ma tidak beranjak
sedikit pun dari tempatnya.
“Baek Ji Yoon, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu
di sini.” Ucap Addie.
“Ah, iya.” Jawab Ji Yoon gugup.
Lalu, keluarlah So Ran. So Ran tanya dimana kakaknya
karena lagu yang dipilih kakaknya akan segera dimainkan. Belum sempat Boss Ma
menjawab, So Ran keburu melihat Ji Yoon dengan seorang pria. Boss Ma menyeret
So Ran masuk ke dalam saat So Ran bertanya pada Ji Yoon dimana kakaknya.
“Jangan. Beri mereka waktu untuk bicara.” Jawab Addie.
Diluar, Ah Ri masih bersama dengan Tae Baek. Dengan mata
berkaca2, Ah Ri berkata, “Bukankah aku sudah bilang kalau aku sudah menghapus
semua yang berkaitan dengan Go Bok Hee? Pekerjaanku, orang2 yang kutemui adalah
semua yang ada dalam kehidupan Go Ah Ri. Kecuali kau. Jadi pergilah dari
kehidupan Go Ah Ri. Sejak kau muncul semuanya menjadi kacau! Apa kau tahu
alasannya? Karena kau selalu melihatku sebagai Go Bok Hee. Karena kau
menginginkan Go Bok Hee yang kau cintai.”
“Haruskah aku berpura2 tidak mengenalmu?” tanya Tae Baek.
“Ya, itu yang seharusnya kau lakukan! Apa yang bisa kau
lakukan untukku? Meninju orang? Apa kau pikir kau bisa melindungiku dengan
tinjumu? Kau seharusnya tidak mempedulikanku meskipun aku mati!” jawab Ah Ri.
“Hey, Gok Bok Hee. Kenapa kau jadi seperti ini?” tanya Tae Baek.
“Hey, Gok Bok Hee. Kenapa kau jadi seperti ini?” tanya Tae Baek.
“Lee Tae Baek, dengarkan aku baik2. Go Bok Hee yang kau
cintai, sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Dia sudah menghilang. Go Bok Hee
adalah segalanya untuk Lee Tae Baek. Tapi Lee Tae Baek untuk Go Ah Ri. Hanya
seorang pecundang.” Jawab Ah Ri.
Tae Baek syok mendengar kata2 Ah Ri.
“Bukan cuma aku satu2nya orang yang jahat. Tapi kau juga
jahat. Kenapa kau tidak berusaha keras sepertiku?” ucap Ah Ri lagi.
Tae Baek masih berdiri mematung.
“Kau ditempatmu, aku ditempatku. Jalani kehidupan
masing2.” Ucap Ah Ri lagi.
Di dalam mobilnya, Ah Ri menangis. Ia teringat
kenangannya dengan Tae Baek.
Flashback
Ah Ri memasuki
sebuah ruangan dengan mata ditutup oleh tangan Tae Baek. Ruangan itu sudah
dihiasi oleh balon2. Ada kue tart di atas meja dengan lilin2 yang membentuk
angka 1000. Setelah hitungan ketiga, Tae Baek membuka mata Ah Ri. Senyum Ah Ri
mengembang melihat kejutan yang disiapkan Tae Baek. Tae Baek memberikan kejutan
dalam rangga anniversary mereka. Sambil tersenyum, Ah Ri melihat ke sekeliling ruangan yang
dipenuhi balon2. Ah Ri pun memeluk Tae Baek.
Flashback end
Tae Baek berlari di sepanjang jalan. Sedang di mobil, Ah Ri masih menangis mengingat kenangannya dengan Tae Baek.
Flashback
Tae Baek
memberi Ah Ri kejutan kedua. Sketsa gambar Ah Ri yang sudah memakai baju kerja
dan tetap dengan kacamatanya. Senyum Ah Ri semakin melebar.
Flashback end
Tangis Ah Ri semakin menjadi. Dan Tae Baek terus berlari
di sepanjang jalan.
Addie mengantarkan Ji Yoon pulang. Awalnya mereka diam
saja. Namun Addie memecah keheningan dengan bertanya apa hubungan Ah Ri dan Tae
Baek. Ji Yoon bilang kalau mereka dulu satu SMA. Addie lalu tanya hubungan Ji
Yoon dan Tae Baek. Ji Yoon kaget, tapi tetap menjawab pertanyaan Addie itu. Ia
bilang kalau dirinya dan Tae Baek hanya teman. Pertanyaan Addie berikutnya
makin membuat Ji Yoon kaget. Addie tanya apakah Ji Yoon dan Tae Baek
berpacaran. Dengan cepat Ji Yoon menjawab kalau dia tidak ada hubungan spesial
dengan Tae Baek. Addie tersenyum mendengarnya. Ji Yoon pun salah tingkah
dibuatnya.
Tae Baek sedang memandangi sketsa wajah Ah Ri. Ia lalu
teringat saat Ah Ri menolak bicara dengannya dan menamparnya saat berada di
tempat karaoke tadi. Ia juga teringat kata2 Ah Ri soal dirinya yang hanya
pengacau dalam kehidupan Ah Ri juga Bok Hee yang sudah meninggal. Tae Baek menghela napas. Ia pun melipat
kertas itu. Lipatannya membentuk sebuah pesawat. Tae Baek lalu menerbangkan
pesawat kertas itu dan berkata, “Selamat tinggal Go Bok Hee.”
Di kantor GRC, Taek Baek heboh membangunkan Boss Ma. Ia
berkata, “Ini bukan waktunya untuk tidur.”
Boss Ma protes, “Memangnya kenapa aku tidak boleh tidur,
bahkan di kantorku sendiri?”
“Boss, ini sangat mendesak. Aku harus sukses. Aku harus
mendapatkan uang.” Jawab Tae Baek.
Boss Ma mengangkat kepalanya. Ia tanya, “Kapan aku bilang
kau tidak bisa sukses?”
“Ayo kita beriklan dengan tepat.” Ajak Tae Baek.
Boss Ma sedang meneliti brosur2. Tae Baek datang dan berkata, “Seperti pedang yang bagus akan karatan jika tidak digunakan. Berhentilah membuat brosur atau papan nama. Ayo kita membuat iklan di TV, majalah atau surat kabar.”
“Diamlah. Membuat brosur ini saja sudah cukup merepotkan,
kenapa harus melakukan sesuatu yang lebih?” jawab Boss Ma.
Tae Baek lalu menyerahkan sesuatu dan menyuruh Boss Ma melihatnya. Tae Baek memberikan kumpulan2 iklan yang pernah dibuat Boss Ma. Boss Ma senyum2 melihatnya. Saat Tae Baek bilang kalau Boss Ma sudah berhasil menaklukkan dunia periklanan, semua karyawan Boss Ma dan Ma Yi Cha kaget.
“Aku tidak tahu alasanmu mengundurkan diri dari dunia
yang telah membesarkan namamu, tapi aku akan membantumu eksis kembali di dunia
periklanan.” Ucap Tae Baek.
“Ini semua masa lalu. Dunia iklan itu sangat kejam.
Membuat brosur dan papan nama sepertinya lebih sederhana.” Jawab Boss Ma.
“Ma Jin Ga sang legenda tidak boleh terkubur di
sini. Jika kau terus mengubur diri di
sini, kau akan menjadi sampah.” Ucap Tae Baek.
“Beraninya kau...” ucap Boss Ma marah dikatain kayak
sampah.
“Aku akan membersihkan semua sampah yang ada di sini.
Jadi kenapa kau tidak menggerakkan dirimu untuk menguasai dunia periklanan.”
Jawab Tae Baek.
“Semua itu bisa saja terjadi jika ada pesanan iklan.”
Ucap Boss Ma.
“Aku akan mendapatkan pesanan iklan.” Jawab Tae Baek.
“Aku tidak akan ada di sini jika aku mencoba menghindari
kesulitan. Yang penting harus berusaha dan bekerja keras.” Jawab Tae Baek.
“Kau selalu terlihat percaya diri.” Ucap Boss Ma.
“Aku akan menghadapinya meskipun sampai hancur.” Jawab
Tae Baek.
Boss Ma lalu melemparkan sebuah termos ke Tae Baek. Boss
Ma menyuruh Tae Baek mendapatkan pesanan dari perusahaan yang membuat termos
itu.
Ma Yi Cha mengantarkan Tae Baek ke perusahaan yang
membuat termos itu. Tae Baek melepaskan helmnya dan melihat perusahaan itu. Ma
Yi Cha berkata, “Ini tidak akan mudah. Pemimpin perusahaan ini sangat pelit.”
Tae Baek mana peduli dengan omongan seperti yang dibilang
Ma Yi Cha. Ia mengembalikan helm Ma Yi Cha dan masuk ke perusahaan itu. Sebelum
melajukan motornya, Ma Yi Cha berkata, “Semoga berhasil.”
Sesampainya di dalam, Tae Baek bertemu dengan karyawan2 perusahaan itu. Sambil berjalan, Tae Baek berkata, “Apa mereka tidak kedinginan. Aku saja bisa merasakan uap yang keluar dari mulutku. Tapi apa ini benar2 perusahaan yang membuat termos itu?”
Tae Baek mencuci mukanya di kamar mandi. Lalu, seorang laki2
tua yang membawa alat pel masuk dan menegur Tae Baek untuk tidak boros dalam
memakai air. Tae Baek menoleh dan berkata kalau dia harus mencuci mukanya dulu
sebelum bertemu dengan Presdir.
Tae Baek lalu mengambil handuk yang tergantung di dinding
untuk mengelap tangannya. Laki2 tua itu masuk membawa alat2 pel. Sambil
mengelap tangannya, Tae Baek berkata, “Kata orang pemimpin perusahaan ini
sangat pelit. Lampu yang kurang, pemanas ruangan yang bersuhu rendah dan bahkan
bukannya menyediakan tisu, tapi malah handuk.”
Tae Baek lalu menoleh ke pria tua itu. “Gajimu pasti
kecil kan?”
“Aku sudah mendapatkan yang seharusnya, jadi kau tidak
perlu mengurusiku.” Jawab laki2 itu.
“Oya, ruangan Presdir dimana?” tanya Tae Baek.
(Jangan2 laki2 itu orang yang sedang dicari Tae Baek
lagi)
Laki2 itu membawa Tae Baek ke lantai atas. Tae Baek tanya
apakah tidak ada lift? Laki2 itu menjawab kalau lift digunakan hanya untuk
penyandang cacat saja. Ia juga bilang dengan menaiki tangga seperti itu juga
sekalian berolahraga dan menghemat listrik. Lagi2 Tae Baek mengatai boss
perusahaan itu pelit. Ia yakin sekali kalau boss perusahaan itu pasti
menggunakan lift untuk mencapai ruangannya yang berada di lantai 7.
Saat menuju ruangan Presdir, laki2 itu tanya, “Apa benar
kau dari GRC?”
“Ya.” Jawab Tae Baek dengan napas ngos2an.
“Untuk apa kau datang ke sini?” tanya laki2 itu.
“Aku datang untuk menawarkan iklan.” Jawab Tae Baek.
“Bisnis ini berjalan dengan baik tanpa iklan, jadi kenapa
harus membuat iklan?” tanya si laki2 tua.
“Iklan akan meningkatkan kelangsungan bisnis.” Jawab Tae
Baek.
“Pulanglah. Karena tidak akan ada iklan.” Ucap si laki2
tua itu.
“Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Tae Baek.
Laki2 tua itu diam saja dan masuk ke dalam sebuah
ruangan. Tae Baek ikutan masuk ke dalam.
Tae Baek protes karena laki2 tua itu masuk ke ruangan Presdir tanpa izin. Laki2 tua itu menaruh alat pel lalu duduk di meja Presdir. Tae Baek semakin kaget dan berkata bagaimana kalau ada yang lihat? Kau bisa dipecat.
“Siapa yang akan memecatku? Lagipula kalau bukan di sini,
dimana aku harus duduk?” jawab laki2 tua itu.
Tae Baek melongo. Lalu ia bertanya, “Apa kau Presdir
Nam?”
Presdir Nam menjawab, Orang pelit itu adalah diriku.
Tae Baek langsung lemas.
Presdir Nam melihat kumpulan iklan Ma Jin Ga. Tae Baek
memuji Ma Jin Ga. Ia bilang Ma Jin Ga adalah legenda dalam dunia periklanan dan
bisnisnya pun sangat besar. Presdir Nam bertanya, “Apa kau kenal Geumsan
Advertising?”
Tae Baek mengangguk mengiyakan.
“Aku pernah sekali memesan iklan pada mereka. Aku menghabiskan
banyak uang untuk itu. Tapi hasilnya hanya sampah di mataku.” Jawab Presdir
Nam.
“GRC berbeda dengan Geumsan.” Ucap Tae Baek.
“Kalau pengiklan terbaik seperti Geumsan saja hanya
sampah di mataku, bagaimana dengan orang baru sepertimu. Jadi sebaiknya kau
pulanglah.”
Bukan Tae Baek namanya kalau menyerah begitu saja.
Presdir Nam masuk ke ruang staff dan mengingatkan mereka yang sedang fotokopi
untuk memakai kertas daur ulang saja. Tae Baek terus mengikuti Presdir Nam.
Presdir Nam lalu meminta karyawannya mematikan lampu karena ini bukan malam
hari.
Tae Baek berkata, “Arti penting iklan bukan terletak dari
ukuran perusahaan, tapi dari kualitas idenya.
“Sekarang ini lagi masa resesi, bahkan untuk menggaji
karyawan saja sulit. Jadi jangan buang2 uang untuk iklan.” Jawab Presdir Nam.
Presdir Nam memarahi karyawannya. Tae Baek masih saja
merayu Presdir Nam. Ia bilang “Restoran China yang hampir bangkrut saja,
berhasil bangkit kembali karena memesan papan iklan di tempat kami.”
“Jadi kau menyamakan perusahaanku dengan restoran China
di tempatmu!” teriak Presdir Nam.
“Percaya saja pada kami untuk membuat iklan terbaik.”
Jawab Tae Baek.
“Apa kau tahu apa itu iklan terbaik? Iklan yang baik
adalah dari mulut ke mulut orang yang sudah memakai sebuah produk. Sebaiknya
kau ke Perusahaan BK saja. Sepertinya mereka lebih membutuhkan iklan karena
produknya yang buruk.” Ucap Presdir Nam.
“Itu benar. Tapi bukankah lebih efektif kalau memakai
pengeras suara?” ucap Tae Baek.
“Sudah kubilang kan aku tidak butuh pengeras suara
apapun!” jawab Presdir Nam.
Tiba2 karyawan Presdir Nam datang memberitahu ada org BK
yang datang. Presdir Nam tanya pada karyawannya itu apa sudah menyiapkan ember
berisi garam. Sang karyawan menyerahkan ember berisi garam itu pada Presdir
Nam. Presdir Nam mendekati org2 BK itu dan melemparkan garam padanya.
“Kami datang hanya untuk mengkonfirmasi keputuan akhir
dari Perusahaan Termos Bak-Nyeon.” Jawab org BK itu.
“Keputusanku tetap sama. Apa kalian harus kulempari garam
dulu baru kalian mengerti!” tanya Presdir Nam.
“Baiklah. Kami akan memberitahukan pada CEO kami.” Jawab
org BK itu lalu pergi.
Tae Baek mendekati Presdir Nam. Ia bernyata, “Apa Grup BK
mau membeli perusahaan ini?”
Presdir Nam menoleh ke Tae Baek dan bertanya dengan
emosi, “Kenapa kau belum pergi!”
“Keputusanmu sudah tepat. Jangan jual perusahaan ini pada
mereka.” Jawab Tae Baek.
Presdir Nam pun melempari Tae Baek dengan garam.
Di Geumsan, Tim AE akan rapat. Seorang staff bertanya
pada Eun Hye apa benar iklan dari Geumsan Konstruksi sudah dilepaskan. Eun Hye
menjawab lebih baik mereka mendengarkan apa yang akan dikatakan direktur nanti.
Lalu, sang direktur, Addie Kang, masuk.
Addie berkata, “Rumor yang beredar benar. Kita sudah
memutuskan hubungan kerja sama dengan Geumsan Konstruksi. Kita harus bisa
mendapatkan proyek yang lebih besar.”
Eun Hye menjawab, “Proyek Geumsan Konstruksi senilai 30
milyar. Apa ada yang lebih besar dari itu di masa krisis seperti sekarang?”
Addie melirik Ji Yoon, lalu berkata. “Kalian pasti tahu ttg Grup BK? Sebentar lagi mereka akan mendesain ulang CIP.”
Ji Yoon kaget nama perusahaan ayahnya disebut. Seorang
Staff berkata kalau itu akan jadi iklan maka nilainya 300 miliar dolar.
Lalu, Addie menatap Ji Yoon. “Baek Ji Yoon, apa kau
lulusan dari sekolah perempuan So Hwa?”
“Ya.” Jawab Ji Yoon gugup.
“Diantara alumni So Hwa, ada yang bernama Baek Ji Hyun.”
Ucap Addie lagi.
Ji Yoon tentu saja kaget mendengar namanya disebut oleh
Addie.
“Entah kau sadar atau tidak, Baek Ji Hyun adalah Putri
dari CEO Grup BK. Aku menugaskanmu menghubungi Ji Hyun. Dari Nona Ji Hyun, kita
bisa mengetahui karakter CEO Baek sedetail mungkin.” Ucap Addie lagi.
Ji Yoon benar2 kaget mendengar perintah Addie. Tapi ia
tetap menjawab, Ya.
Addie keluar dari ruang rapat. Sepeninggalan Addie, Tim AE bergosip soal Ah Ri. Ji Yoon bertanya apa yang terjadi pada Ah Ri?
Seorang Staff memberitahu kalau Ah Ri ditunjuk Direktur
Hwang menangani proyek Geumsan Konstruksi. Jika proyek batal, karir Ah Ri bisa
tamat.
Ji Yoon kaget mendengarnya.
Ah Ri protes pada Direktur Hwang yang ingin menendangnya
keluar. Direktur Hwang berkata, “Faktanya adalah Geuman Advertising sudah menghina
Presdir Park. Karena itulah harus ada orang yang bertanggung jawab.”
“Tapi kenapa harus aku?” tanya Ah Ri.
“Ketua Tim Go, apa kau tidak tahu? Atau pura2 tidak tahu?
Direktur Kang punya Presdir Kang dibelakangnya. Jika semua ini lancar, kita
bisa memegang kedua ayah dan anak itu.” Jawab Direktur Hwang.
“Jika rencana ini tidak berjalan dengan baik, maka aku
korbannya. Direktur Hwang, aku sudah melakukan yang terbaik demi
kepentinganmu.” Ucap Ah Ri.
“Intinya kau yang harus bertanggung jawab.” Jawab Direktur
Hwang.
Direktur Hwang pergi meninggalkan Ah Ri. Ah Ri memandang
kepergian Direktur Hwang dengan wajah kesal.
Ah Ri masuk ke ruangannya dengan penuh emosi. Seseorang
menelpon Ah Ri. Ah Ri tidak menggubrisnya. Ia lalu beranjak dari ruangannya.
Ah Ri masuk ke mobilnya. SMS dari Addie masuk.
“Aku minta maaf soal Geumsan Konstruksi. Ada yang ingin
kubicarakan. Bisakah kau menelponku.”
Itulah isi SMS Addie.
Ah Ri tidak menanggapi SMS Addie. Ia lalu memacu
mobilnya.
Sudah lama aku tidak melihatmu. Jadi kenapa kau tiba
menelponku?
Terdengar suara seseorang dari telepon. Ah Ri yang sedang
memacu mobilnya, menjawab, “Aku hanya ingin mampir sebentar. Itu pun untuk
urusan bisnis.”
“Apa ada yang terjadi padamu?” tanya orang itu.
Ah Ri sambil tersenyum menjawab, “Tidak ada. Karena aku
tidak bisa pergi liburan, makanya aku menyempatkan diri mampir di sela2
pekerjaanku. Aku hanya ingin melihat wajahmu, Bu.”
Ternyata yang bicara dengan Ah Ri di telpon adalah
ibunya.
Ah Ri sudah sampai di tempat ibunya. Begitu turun dari mobil, angin kencang langsung menerbangkan rambutnya. Ah Ri lantas berjalan menuju rumahnya. Tapi langkahnya terhenti saat tiba di depan jendela. Dari luar jendela, dia melihat sang ibu yang sedang dirayu oleh laki2. Laki2 itu memegang tangan ibunya.
Ah Ri kembali ke mobilnya. Sebelum masuk ke mobil, Ah Ri
menelpon ibunya.
“Apa kau bilang? Kau tidak jadi datang?” tanya sang ibu.
Ah Ri masuk ke mobilnya, lalu menjawab, “Ada sesuatu yang
terjadi di kantorku. Bagaimana dengan ayah?”
“Jangan bicarakan dia! Dia org paling santai di negara
ini. Dia selalu menghabiskan waktunya di tempat judi. Bok Hee, ingat ya. Kau
tidak boleh hidup sepertiku.” Jawab sang ibu.
Pembicaraan pun terputus.
Setelah merenung, Ah Ri akhirnya menelpon Addie. Ia
mengajak Addie bertemu,
Tae Baek berkata, “Apa kalian sudah gila?”
“Kudengar kau diusir dan dia melemparimu dengan garam.”
Jawab Boss Ma.
“Wow, beritanya menyebar cepat sekali.” Jawab Tae Baek.
“Dia pasti sangat marah padamu sehingga melemparimu
dengan garam.” Ucap Staf GRC yg cewek.
“Kenapa dia melemparimu dengan garam. Apa karena dia
ingin agar rasanya lebih terasa?” ucap Hassan.
Ma Yi Cha tersenyum dan ikut meledek Tae Baek.
“Biasanya orang yang melempar garam itu ingin mengusir
sesuatu yang menakutkan.”
Mendengar ledekan karyawannya, Boss Ma terkekeh. Tae Baek melirik Boss Ma dengan sebal. “Apa begini caramu memperlakukan orang yang tertimpa musibah?” protes Tae Baek.
Tanpa menoleh Boss Ma bilang, “Pengalaman adalah guru
terbaik. Sekarang kau tahu kan susahnya menjadi seorang pengiklan?”
“Aku tidak akan menyerah. Aku pasti akan mendapatkan
pertolongan dari langit.” Jawab Tae Baek.
“Apa aku perlu memberimu petunjuk?” tanya Boss Ma sambil
tersenyum.
“Apa?” tanya Tae Baek.
“Untuk mendapatkan konsumen, kau harus memperlakukan
mereka seperti kekasihmu. Pikirkan seperti saat kau sedang berkencan. Kau
memutar otakmu untuk merayu kekasihmu. Jika kau ingin mendapatkan iklan seperti
yang kau bilang itu, lakukanlah. Dan kau pasti akan menemukan kunci untuk
mencapai kesuksesan.” Jawab Boss Ma.
Tae Baek mengangguk2 dan tersenyum simpul.
Ji Yoon masuk ke sebuah restoran. Restoran itu sangat sepi. Ji Yoon celingak celinguk ke semua arah. Lalu muncullah Tae Baek. Tae Baek mengucapkan selamat datang pada Ji Yoon. Ia memakai sarung tangan warna pink. Ji Yoon tanya apa Tae Baek bekerja di sana juga. Tae Baek bilang kalau neneknya yang bekerja di sana dan dia hanya membantu sang nenek mencuci piring.
Mereka pun makan berdua. Tae Baek melihat file2 yang
dibawa Ji Yoon. File yang dibawa Ji Yoon berisi sketsa iklan untuk termos Bak
Nyeon yang dibuat Geumsan Advertising. Ji Yoon mengaku sulit sekali mendapat
file itu dan bertanya apa yang akan dilakukan Tae Baek pada file2 itu. Tae Baek
bilang kalau dia akan memulai debutnya sebagai pengiklan.
Kemudian nenek Tae Baek datang. Ia membawakan makanan dan
memuji kecantikan Ji Yoon. Nenek memuji Tae Baek karena selera Tae Baek pada
perempuan sangat bagus. Tae Baek bilang kalau Ji Yoon bukan pacarnya. Nenek
membantah. Ia bilang jika pria dan wanita bertemu di malam hari, itu namanya
kencan. Tae Baek dan Ji Yoon salah tingkah gara2 ucapan nenek. Nenek lalu
menoleh pada Ji Yoon dan menyuruh Ji Yoon memanggilnya jika butuh sesuatu. Ji
Yoon mengucapkan terima kasih. Nenek pun masuk ke dalam.
“Sejak orang tuaku meninggal, nenek lah yang mengurus aku
dan So Ran. Aku harus sukses dengan cepat untuk membuatnya hidup nyaman.” Jawab
Tae Baek.
Ji Yoon tersenyum mendengar niat tulus Tae Baek.
Lalu Ji Yoon berkata, “Kemarin...”
Tae Baek yang fokus melihat file yang dibawa Ji Yoon,
memotong kata2 Ji Yoon, “Aku minta maaf soal kemarin.”
Ji Yoon pun gak jadi melanjutkan kata2nya. Ia lalu
meminta Tae Baek mentraktirnya jika Tae Baek berhasil dengan iklannya.
Tae Baek menatap Ji Yoon. Dan dengan serius dia berkata,
sepertinya kau tumbuh dengan tidak baik.
“Kenapa?” tanya Ji Yoon heran.
“Karena kau suka barang gratis.” Jawab Tae Baek.
“Mana ada orang yang menolak barang gratis.” Ucap Ji Yoon
dengan wajah sebal.
“Kalau kau terus2an suka dengan barang gratis, kepalamu
bisa botak. Dan sepertinya keningmu juga terlihat lebar.” Ucap Tae Baek.
“Lihatlah. Keningku tidak lebar.” Jawab Ji Yoon sambil
memperlihat keningnya.
Tae Baek yang sedang melihat2 file yang dibawa Ji Yoon, tiba2 kaget. Ada file ttg Grup BK terselip di sana. Ji Yoon heran kenapa file itu bisa terselip di sana. Cepat2 dia mengambil file itu. Ji Yoon pun cerita kalau Geumsan Advertising berencana membuat iklan untuk Grup BK. Tae Baek tanya kenapa Ji Yoon mau membuat iklan untuk Grup yang tidak bermoral seperti BK.
“Apa?” tanyanya kaget.
“Aku punya hubungan yang buruk dengan Grup BK.” Jawab Tae
Baek.
“Hubungan seperti apa?” tanya Ji Yoon.
Ji Yoon keluar dari restoran dan duduk di pinggir jalan.
Ia teringat cerita Tae Baek soal Grup BK.
“Rumahku yang aku tempati waktu kecil. BK
menghancurkannya karena mau membangun apartemen. Kami tidak mendapatkan ganti
rugi yang setimpal. Bahkan kami tidak punya uang membeli atau pun menyewa rumah
saat itu. Jadi keluarga kami terpisah dan tinggal di tempat yang berbeda untuk
sementara waktu. Karena itu.. ibuku jatuh sakit.. akibat emosi yang berlebihan.
Sejak itu dia sakit.. dan meninggal.”
Ji Yoon kecewa mendengarnya. Dan, ia teringat kata2
terakhir Tae Baek.
“Untuk keluarga kami, Grup BK adalah simbol
ketidakbahagiaan.”
Ji Yoon duduk di kamarnya tanpa semangat. Ia ditemani
bibinya.
“Waktu kecil, aku sangat takut membuat ayahku malu. Jadi
aku belajar sangat keras.” Ucap Ji Yoon.
“Lalu apa bedanya sekarang?” tanya bibi.
“Banyak orang yang menyebut BK sebagai Grup tidak
bermoral. Dan aku sebagai putri dari grup itu, merasa sangat malu.” Jawab Ji
Yoon.
“Itu kan ulah ayahmu. Jadi kenapa harus malu? Lagipula
kau bukanlah putri CEO Baek secara hukum. Tapi dia dengan pedenya memberikan
nama Baek Ji Hyun padamu, padahal dia tidak memasukkan namamu dalam kartu
keluarganya.” Ucap sang bibi.
“Aku sangat bahagia bisa hidup menggunakan nama Baek Ji
Yoon yang diberikan ibu.” Jawab Ji Yoon.
CEO Baek tanya soal termos Bak Nyeon pada anak buahnya. Anak
buah CEO Baek menjawab kalau Presdir Nam sangat keras kepala. CEO Baek tanya
apa Presdir Nam menolaknya lagi. Anak buah CEO Baek mengiyakan dan berkata akan
melakukan apapun yang diperintahkan CEO Baek.
Addie makan malam dengan Ah Ri. Addie berkata, “Maafkan
aku atas insiden kemarin.”
Ah Ri tidak menanggapi permintaan maaf Addie. Ia malah
memberitahu identitasnnya yang sebenarnya.
“Namaku sebenarnya adalah Go Bok Hee. Ibuku bekerja di
Bar Tong Young. Ayahku seorang nelayan. Hubunganku dengan Tae Baek, apa kau mau
mengetahuinya?” ucap Ah Ri.
“Yang aku tahu kalian dulu satu sekolah.” Jawab Addie.
“Sebelum pergi ke Amerika, kami adalah sepasang kekasih.
Sesampainya di Amerika, aku tidak pernah menghubunginya lagi. Aku memutuskan
meninggalkan hidupku sebagai Bok Hee dan berubah menjadi Ah Ri.” Ucap Ah Ri.
“Kenapa kau menceritakan kisahmu padaku?” tanya Addie.
“Kenapa kau menceritakan kisahmu padaku?” tanya Addie.
“Aku di sini untuk wawancara kerja. Aku pikir Direktur
Hwang adalah tempat yang tepat untuk bergantung.” Jawab Ah Ri.
“Lalu kau melihatku sebagai tempat yang tepat untuk
bergantung?” tanya Addie.
“Setidaknya kau lebih baik dari Direktur Hwang.” Jawab Ah
Ri diiringi senyuman.
“Kau sangat pandai, tapi masih membutuhkan orang lain?”
tanya Addie.
“Aku berencana bekerja keras dan menemukan pria yang
tepat untuk menikah. Aku tidak membutuhkan seseorang di dunia periklanan
seperti sekarang.” Jawab Ah Ri.
“Kita punya banyak persamaan.” Ucap Addie.
“Apa?” tanya Ah Ri.
“Kita memiliki hasrat untuk mendaki titik yang tidak
mungkin untuk didaki.” Jawab Addie.
Ah Ri tersenyum, lalu bertanya, “Bagaimana wawancaranya?
Apa aku lulus?”
Keesokan harinya, Tae Baek mengintai perusahaan termos
itu. Presdir Nam keluar dari kantornya. Tae Baek pun langsung mengikuti Presdir
Nam. Presdir Nam masuk ke dalam telepon umum. Mau menelpon kah dia? Bukan.. Dia
hanya melihat apakah ada sisa uang recehan yang jatuh di sana. Tae Baek
terheran2 melihatnya namun dia mengikuti apa yang dilakukan Presdir Nam.
Saat melewati mesin minuman, Presdir Nam lagi memeriksa apakah ada recehan yang nyangkut di lubang. Dan ternyata ada. Presdir Nam pun langsung mengambil recehan itu dan bergegas pergi. Tae Baek yang tahu apa yang diambil Presdir Nam tersenyum geli.
Presdir Nam sampai di tempat dimana banyak org2 yang
sedang makan gratis. Tae Baek terus mengikuti Presdir Nam, sampe2 dia ikut
antri ambil jatah makanan. Lantas Presdir Nam ngapain di sana?? Presdir Nam
disana bukan untuk makan gratis, tapi dia bekerja sebagai relawan. Tae Baek
dipukul Presdir Nam pakai sendok nasi karena ngambil nasi sambil melengah2. LOL
Tae Baek mencari info soal Presdir Nam dari seseorang. Dan info yang dia dapatkan adalah Presdir Nam donatur terbesar untuk Shim Tur. Setiap tahunnya Presdir Nam menyumbang sebesar 100 juta won saat perusahaannya mendapat keuntungan baik. Mendengar itu, Tae Baek berseru kaget, “Si pelit itu bisa menyumbang!”
Laki2 itu kaget Presdir Nam dikatain pelit oleh Tae Baek.
Laki2 itu pun berkata, “Di masa krisis seperti ini, dia masih menyisihkan 20
juta won untuk disumbangkan.”
“Apakah ada kisah pribadi yang membuat Presdir Nam
menyumbang Tunawisma?” tanya Tae Baek penasaran.
Tae Baek keluar dari ruangan laki2 itu. Cerita laki2 itu
soal Presdir Nam masih terngiang2 di telinganya.
“Presdir Nam sempat menjadi tunawisma saat usahanya
bangkrut.”
Tae Baek lalu melihat ada kertas yg ditempeli uang di dinding. Sejenak ia berpikir, lalu tersenyum. Kemudian, ia mengambil kertas itu. Wah, apa nih yang bakal dilakukan Tae Baek?
Tae Baek menunggu Presdir Nam di kantornya. Saat melihat
Presdir Nam datang dengan dua asistennya, ia membungkukkan badan, memberi
hormat. Presdir Nam menyuruh asistennya mengambil garam. Saat Presdir Nam mau
masuk ke kantornya, Tae Baek berusaha menahan langkah Presdir Nam. 2 asisten
Presdir Nam mencoba menghalangi Tae Baek.
“Apa?” tanya Presdir Nam bingung.
“Donasi untuk Shim Tur. Aku dengar kau menyumbang di sana
sebesar 20 juta won di masa krisis sekarang ini.” Jawab Tae Baek.
“Cepat ambilkan garam!” suruh Presdir Nam pada
asistennya.
Tae Baek lalu menunjukkan kertas yang ditempeli uang itu dan berkata, “Untuk membangun perluasan Shim Tur, aku akan membuat iklan sebanyak 20 juta won untuk meningkatkan keuntungan sebesar 200 juta won dalam seminggu.”
“200 juta won dalam seminggu? Apa yang akan kau lakukan
jika proyek ini gagal?” tanya Presdir Nam.
“Aku akan mengembalikan biaya 20 juta won untuk biaya
iklan. Tapi jika aku berhasil dan keuntunganmu meningkat jadi 200 juta won,
maka kau harus menyewa GRC Advertising untuk iklan Termos Bak Nyeon.” Jawab Tae
Baek.
3 Staff GRC tampak serius memandangi sesuatu. Di meja, ada selembar kertas bertuliskan KONTRAK! Itu artinya Presdir Nam menyetujui usulan Tae Baek. Boss Ma gusar. Ia takut jika proyek ini gagal, maka ia harus mengganti kerugian Presdir Nam. “Apa kau gila? Kenapa kau mengatakan hal yang tidak masuk akal padanya?” ucap Boss Ma.
“Boss, dulu aku pernah membuat poster dan menjualnya. Aku
menghasilkan 3 juta won dalam sebulan sehingga temanku bisa dioperasi. Dan
posterku dimuat di harian surat kabar.” Jawab Tae Baek.
“Kasusnya tidak sama! Jika ini gagal, aku bisa bangkrut!”
ucap Boss Ma.
“Hey, bagaimana pendapat kalian?” tanya Tae Baek pada
Staff GRC.
Hassan menjawab lebih dulu. “20 juta won terlalu banyak.”
Yang lain pun merasa ini tidak akan berhasil. Staff yang
cewek takut kehilangan pekerjaannya.
Boss Ma senang mendapat dukungan Staff GRC. Tapi Tae Baek masih saja membujuk bossnya itu menandatangani kontrak. Ia bahkan membaca kata2 yg dulu diucapkan Boss Ma padanya. Tae Baek mencatat setiap kata di buku notesnya.
Seorang
pengiklan tidak boleh takut gagal. Pengiklan yang luar biasa itu harus berani
menanggung resiko.
Tiga Staf GRC terbengong2 mendengar kata2 itu. Ma Yi Cha
tanya siapa yang mengatakan kata2 itu. Tae Baek bilang itu kata2 Ma Jin Ga. Ma
Yi Cha bengong mendengarnya. Sedang Boss Ma terlihat menyesal sudah mengucapkan
kata2 itu pada Tae Baek. Tae Baek bilang kalau dia menemukan kata2 itu di salah
satu wawancara yang dilakukan Ma Jin Ga dulu. Boss Ma yang merasa kalah,
akhirnya beranjak pergi. LOL
Boss Ma melihat semua pakaian Tae Baek. Ia tanya apa maksudnya ini. Apa Tae Baek ngancam bakal lompat dari Sungai Han karena dia menolak menandatangani kontrak? Hassan bilang kalau tadi Tae Baek meminjam seragam kerjanya.
Ma Yi Cha membantu menjelaskan kalau Tae Baek ingin berperan sebagai tunawisma. Boss Ma terbengong2 mendengarnya.
Tae Baek mendatangi tempat para tunawisma. Penampilannya lusuh sekali. Ia pun mendekati salah satu perkumpulan tunawisma. Seorang pria tua bertanya dengan agak kasar pada Tae Baek, “Apa kau tunawisma juga!”
“Tidak. Aku Tae Baek. Aku hanya harus tinggal di sini mulai hari ini.” Jawab Tae Baek.
“Pergilah! Di sini sudah penuh.” Ucap pria tua itu.
“Aku hanya ingin tahu rasanya jadi pengemis.” Jawab Tae
Baek.
“Apa! Pengemis? Apa maksudmu?” tanya pria tua itu kesal.
“Maaf, tapi aku hanya ingin mencoba menjadi tunawisma
seminggu saja.” Ucap Tae Baek.
“Apa kau pikir menjadi tunawisma itu seperti jalan2? Hey,
kenapa kalian diam saja! Cepat usir dia!” ucap pria tua itu menyuruh teman2nya
mengusir Tae Baek.
Tunawisma lain mengusir Tae Baek. Namun Tae Baek berhasil meloloskan diri dan berlutut pada pria tua itu. Ia bilang akan memanggil pria tua itu boss. Pria tua itu kesal, lalu mengambil payungnya dan mengarahkan ujung payungnya ke wajah Tae Baek. “Apa kau mau mati!” tanya pria tua itu kesal.
“Boss.” Jawab Tae Baek.
“Kau mau membuat iklan untuk menolong tunawisma?” tanya
pria tua itu.
“Ya.” Jawab Tae Baek.
“Organ vitalmu bisa rusak kalau berada diluar dengan
cuaca dingin seperti ini.” Ucap pria tua itu.
“Aku belum mendapatkan ide, makanya aku harus berada di
sini. Aku janji tidak akan membuat keributan.” Jawab Tae Baek.
Pria tua itu lalu cerita kalau ada pengiklan bernama Baek
yang juga pernah datang ke sana. Dan banyak org bilang kalau dia adalah
pengiklan yang sangat terkenal. Pria tua itu menyuruh Tae Baek meminta bantuan
padanya saja. Lalu, datanglah org yang dimaksud pria tua itu. Betapa kagetnya
Tae Baek melihat orang yg dimaksud pria tua itu. Orang tua itu adalah mantan
boss Tae Baek dulu.
“Yoo Chan tinggal dengan orang tuaku di Seoul. Aku ditipu
dan kehilangan semua kekayaanku.” Ucap Boss Tae Baek.
“Tapi kau tidak seharusnya ada di sini.” Jawab Tae Baek.
“Aku tidak sanggup melihat Yoo Chan. Jadi lebih baik aku
menghilang dulu.” Ucap Boss Tae Baek lagi.
“Sejak jaman IMF, setelah populasi tunawisma meningkat,
ada begitu banyak rekening koran, kartu kredit dan masalah hipotek. Bagaimana
pun mengingat perhatianmu yang begitu besar pada kami, rasanya mustahil kau
meningkatkan 2 juta won menjadi 200 juta won.” Ucap pria tua tadi.
Tae Baek menghela napas mendengar omongan pria tua itu.
Lalu, Tae Baek dan mantan bossnya jalan berdua. Tae Baek
tanya, “Kau tidak rindu pada Yoo Chan?”
“Dia baik2 saja.” Jawab mantan bossnya.
Tiba2 ada sepasang tangan renta yang memegang lengan Tae Baek. Lalu terdengar suara, “Young Shik, akhirnya kau datang juga.”
Tae Baek yang kaget melihat ke sumber suara. Seorang pria
tua renta yang terus memanggil Tae Baek dengan nama Young Shik.
“Dia bukan anakmu. Coba lihat baik2.” Ucap mantan boss
Tae Baek.
“Dia bukan Young Shik?” tanya pria tua itu.
“Aku janji akan memberitahumu jika Young Shik datang.”
Jawab mantan boss Tae Baek.
Mantan boss Tae Baek mengajak Tae Baek pergi. Tae Baek
terus memandang ke belakang. Melihat pria tua yang memanggilnya Young Shik itu.
Ia terkesima melihat pria itu. Ia lalu bertanya pada mantan bossnya siapa pria
itu. Mantan boss Tae Baek menjelaskan kalau pria tua itu dibuang oleh anaknya.
Ia tidak bisa bergerak bebas karena terkena rematik dan demensia. Tae Baek
sedih mendengar itu.
“Jadi kau tidur di sini?” tanya Tae Baek.
“Memang pada awalnya sulit, tapi lama2 akan terbiasa.”
Jawab mantan boss Tae Baek.
Mantan boss Tae Baek lalu memberikan koran untuk Tae Baek yang akan
dijadikan selimut.
“Apa bisa hangat hanya dengan ini?” tanya Tae Baek.
Tanpa pikir panjang, Tae Baek berjalan ke arah pria tua
yang memanggilnya Young Shik tadi. Ia menyelimuti pria tua itu dengan koran
itu. Tae Baek pun kembali pada mantan bossnya. Mantan boss Tae Baek mengomeli
Tae Baek.
“Sekarang ini sulit sekali mencari koran yang bersih
karena semuanya biasanya didaur ulang.”
“Aku teringat pada nenekku. Lagipula aku masih muda.”
Jawab Tae Baek.
“Jangan salahkan aku kalau kau terkena stroke nantinya.”
Ucap mantan boss Tae Baek.
Mereka lalu merebahkan tubuh mereka di lantai. Tae Baek melihat kedua tangannya di dada untuk mengusir rasa dingin. Tapi cuaca saat itu benar2 sangat dingin. Dari mulut Tae Baek, keluar uap. Tae Baek lalu bangun kembali. Ia kembali memandangi pria renta itu.
Sementara itu, Ah Ri ada di bar. Ia berpakaian sangat
seksi dan menemani seorang pria minum2. Ah Ri tanya pada pria itu soal kondisi
Grup BK. Pria itu menjawab, “Kerja untuk gaji dimana2 ya sama saja.”
Pria itu lalu melemparkan pandangannya ke tubuh Ah Ri. Ah
Ri yang tahu pria itu memandang tubuhnya, hanya tersenyum.
“Aku sudah memesannya. Martini. Benarkan?” jawab Ah Ri.
“Dan kau?” tanya pria itu.
“Aku sudah berhenti minum dan hanya fokus pada
pekerjaan.” Jawab Ah Ri.
Mata pria itu kembali mengarah pada tubuh Ah Ri. Pria itu
lalu berkata, “Haruskah kita membicarakan bisnis sekarang. Apa sebenarnya yang
mau kau ketahui?”
“Semua tentang Grup BK. Termasuk keluarga Presdir Baek.”
Jawab Ah Ri mantap.
Addie ada di ruangannya. Sedang membaca info di koran
soal Grup BK. Ia teringat kata2 Ah Ri kalau Grup BK mencoba memindahkan kantor
pusat ke tempat yang baru, tapi karena ada masalah, proses pemindahan itu terhenti.
Addie lalu menempelkan setiap artikel tentang Grup BK di papan. Ia masih
terus mengingat informasi dari Ah Ri.
“Masalah kepindahan itu datang dari perusahaan Termos Bak
Nyeon atau Termos Seratus Tahun. Presdir perusahaan itu tidak tergiur dengan tawaran
manis Grup BK.”
“Jika kau ingin memenangkan iklan Grup BK, maka kau harus
bisa memenangkan hati Presdir Baek. Untuk itu, kita harus fokus pada Termos Bak
Nyeon itu dulu.”
Keesokan harinya, Ji Yoon menemui Addie di ruangannya.
“Ada apa?” tanya Addie.
“Aku tidak berhasil mendekati putri bungsu Presdir Baek.
Aku pikir dia tidak bisa membantu kita untuk informasi itu. Yang kudengar,
Presdir Baek dan putri bungsunya tidak akur.” Jawab Ji Yoon gugup. Ji Yoon lalu
bertanya kenapa Addie mencari tahu soal Predir Baek lewat putrinya, bukan lewat
yang lain?
Addie menjawab, “ Tidak ada seorang pun yang tahu ttg Presdir Baek kecuali keluarganya. Dan aku juga penasaran dengan putri bungsu Presdir Baek.”
Addie menjawab, “ Tidak ada seorang pun yang tahu ttg Presdir Baek kecuali keluarganya. Dan aku juga penasaran dengan putri bungsu Presdir Baek.”
“Tentang apa?” tanya Ji Yoon.
“Dia mengambil kuliah periklanan. Menurut Presdir Baek,
itu bertentangan dengannya. Sebagai putri keluarga kaya, pasti sulit mengambil
keputusan seperti itu. Dan aku merasa tertarik dengannya.” Jawab Addie.
“Ya.” Ucap Ji Yoon.
“Kau boleh pergi.” Ucap Addie lagi.
Ah Ri dan Addie sedang membahas soal Grup BK dan
perusahaan Termos Bak Nyeon. Di ruangan Addie, sudah terpasang artikel mengenai
kedua perusahaan itu. Ah Ri bilang kalau Grup BK ingin memperluas jaringan
mereka.
Addie tanya bagaimana dengan perusahaan Termos Bak Nyeon?
Ah Ri membuka catatannya dan terlihatlah sebuah grafik.
Berdasarkan grafik itu, Ah Ri menjelaskan kalau Perusahaan Termos Bak Nyeon
mampu melampaui homtech BK di bidang termos juga.
“Apa perbandingannya cukup besar?” tanya Addie.
Sambil melihat catatannya, Ah Ri menjelaskan kalau
Perusahaan Termos Bak Nyeon mempunya hak patent dalam pengembangan termosnya.
Addie mendekati Ah Ri. Ia berkata kalau inilah saatnya mereka menggunakan kekuatan iklan agar homtech BK melebihi Perusahaan Termos Bak Nyeon. Addie juga yakin kalau Presdir Baek akan menyetujui usulan mereka.
Tae Baek sedang mengantri untuk mengambil jatah makanan gratis yang diperuntukkan bagi tunawisma. Ia meminta agar supnya ditambah lagi. Ternyata Tae Baek mengambil makanan itu bukan untuk dimakannya, melainkan untuk dimakan pria renta yang memanggilnya Young Shik.
Tae Baek pun memulai tugasnya. Ia sudah duduk di pinggir jalan dengan selimut menutupi tubuhnya. Ada satu kotak kaleng kecil disampingnya. Yups, Tae Baek sedang berpura2 menjadi pengemis! Tapi tidak ada satu pun org2 yang memberinya uang. Hari pun berganti siang. Kotak Tae Baek masih kosong. Hingga ada dua org gadis yang memberinya recehan. Tae Baek melihat jumlahnya. Setelah itu ia berniat pergi.
Tae Baek membelikan sepasang kaus kaki dengan recahan
yang didapatnya. Lalu, kaus kaki itu ia pasangkan di kaki pria renta itu. Pria
renta itu yang tadinya tidur terbangun. Ia mengucapkan terima kasih pada Tae
Baek. Tae Baek tersenyum.
Selanjutnya, Tae Baek menanyai mulai menanyai para
tunawisma itu satu2 tentang apa yang mereka butuhkan. Ada yang menjawab butuh
tidur, kursi. Tae Baek mencatatnya di dalam notesnya. Tae Baek bahkan ikut
makan dan minum bersama mereka. Tiba2, Boss Ma nongol. Boss Ma tersenyum
melihat Tae Baek yang gigih berusaha.
Tae Baek kembali berperan sebagai pengemis. Kali ini ia
menundukkan wajahnya dan mendekap selimutnya erat2. Lalu ada seorang pria yang
memasukkan uang ke dalam kotak Tae Baek. Tanpa berkata apa2, pria itu pergi.
Tae Baek langsung mengambil uang itu. Di uang itu ada tulisan.
Hati konsumen
seperti es, mereka bisa luluh saat hati mereka tersentuh.
Tae Baek menoleh pada laki2 dermawan itu. Terlihat sosok
yang mirip Boss Ma sedang berlari2.
Tae Baek masih terus memandangi uang 1000 won yang ada kalimat super itu. Bahkan saat ada yang menggoyang2kan plastik di depannya, ia gak sadar. Saat sadar, Tae Baek melihat Ji Yoon yang datang.
“Darimana kau tau aku di sini?” tanya Tae Baek.
Ji Yoon jongkok di hadapan Tae Baek, lalu menjawab, “Aku
tadi menelpon GRC. Kenapa kau tidak menjawab teleponmu?”
“Memangnya ada tunawisma yang membawa ponsel?” jawab Tae
Baek.
Tae Baek lalu melihat bungkusan yang dibawa Ji Yoon. Ia
berseru senang saat melihat isinya adalah roti. Ji Yoon tersenyum, lalu
berkata, “Aku minta maaf sebelumnya, tapi kau benar2 terlihat seperti
pengemis.”
Saat hendak memakan roti itu, Tae Baek teringat sesuatu.
Ia pun beranjak pergi. Ji Yoon tanya Tae Baek mau kemana. Tae Baek menoleh ke
Ji Yoon dan menyuruh Ji Yoon diam.
Tae Baek lalu menghampiri pria renta itu. Pria renta itu sedang tidur pulas. Tae Baek meletakkan plastik berisi roti disamping pria itu. Ia memandang pria itu dengan tatapan sedih. Ji Yoon juga ikut sedih melihat pria itu. Ia tidak menyangka hati Tae Baek begitu mulia.Tae Baek pun kembali menghampiri Ji Yoon.
Ji Yoon sambil melihat pria renta itu berkata, “Dia
terlihat sangat tua. Pasti sulit menghadapi semua ini.”
“Dia mengingatkanku pada nenekku.” Jawab Tae Baek yang
juga memandangi pria itu.
“Berapa lama lagi kau akan melakukan hal ini? Bagaimana
dengan pekerjaanmu?” tanya Ji Yoon.
“Aku berencana melakukannya sampai besok pagi.” Jawab Tae
Baek.
“Apa kau sudah mendapatkan ide?” tanya Ji Yoon.
“Menurutku, dari semua indera, sentuhan memiliki sesuatu
yang lebih berkembang. Seperti ini, kalau mau pukul ya pukul saja agar
mengerti.” Jawab Tae Baek.
Ji Yoon lalu menjitak kepala Tae Baek. Tae Baek protes,
“Kenapa kau memukulku!”
“Apa kau tahu? Setiap kali melihatmu, aku ingin
memukulmu.” Jawab Ji Yoon.
“Kau nakal sekali.” Ucap Tae Baek.
“Kenapa kau melakukan sesuatu yang sia2 seperti ini?
Bagaimana mungkin 200 juta won dalam seminggu. Apa kau bercanda?” omel Ji Yoon.
“Kau tahu aku orang yang sederhana dan bodoh. Mulai sekarang,
aku akan menghemat waktu. Tepat waktu agar sesuai rencana.” Jawab Tae Baek.
“Siapapun yang menjadi pacarmu, pasti akan stress
menghadapi kelakuanmu.” Ucap Ji Yoon.
Tae Baek tersenyum mendengarnya. Ia memandangi Ji Yoon.
“Tidak ada. Karena aku memiliki waktu di tanganku, aku
sudah memikirkannya dengan hati2.” Jawab Tae Baek.
“Tentang apa?” tanya Ji Yoon.
“Kenapa kau selalu baik padaku? Apa kau tertarik padaku?”
ucap Tae Baek.
Mendengar pertanyaan Tae Baek, Ji Yoon memasang tampang
sebal. Ia lalu berkata, “Urusanku sudah selesai di sini, jadi aku akan pergi.”
Ji Yoon yang mau pergi ditahan Tae Baek. Tae Baek bilang,
“Aku sangat penasaran. Jujurlah padaku.”
“Saat aku melihatmu, aku seperti berada dalam kompetisi
cheerseaders. Aku merasa seperti ingin memberimu semangat.” Jawab Ji Yoon
sambil mengepalkan tangannya, seolah2 memberi semangat.
“Jadi seperti itu perasaanmu saat melihatku?” tanya Tae
Baek.
Tae Baek menirukan gerakan Ji Yoon tadi dan berkata, “Ayo
menang! Tim kita pasti menang.
“Tapi kalau kau sampai kalah, aku akan membunuhmu.” Jawab
Ji Yoon.
Tae Baek mengangguk, lalu menyuruh Ji Yoon pergi karena
tempat itu sangat bau. Ji Yoon lalu kembali berpesan agar Tae Baek mengingat
apa yang tadi dikatakannya. Tae Baek mengangguk.
Ji Yoon pun melangkah pergi. Tapi baru beberapa langkah,
ia menoleh pada Tae Baek. Ia pun kembali memperagakan gerakan cheerleaders tadi
dan memberi Tae Baek semangat. Tae Baek tersenyum dan melambaikan tangannya ke
Ji Yoon.
Keesokan paginya, Tae Baek masih terpejam sambil menahan dingin. Tiba2 ia terbangun dan melihat org2 mengerumini pria renta itu. Org2 itu bilang kalau ini sangat menyedihkan. Tae Baek pun bangkit dan berjalan ke arah pria renta itu. Mantan bossnya melarang tapi Tae Baek gak peduli. Ia terus melangkah ke arah pria renta itu.
Pria renta itu sudah meninggal! Tae Baek melihat rotinya
yang belum sempat dimakan pria itu. Mantan boss Tae Baek mendekat. Ia berkata
kalau pria renta itu tidak sanggup menahan cuaca yang sangat dingin. Tae Baek
jatuh terduduk. Ia melihat pria renta itu dalam posisi yang sangat dekat. Ia
lantas menyelipan uang 1000 won dari Boss Ma ke dalam saku pria renta itu.
“Kau sudah hangat sekarang. Beristirahatlah di tempat
yang damai dan hangat.” Ucap Tae Baek pelan dengan mata berkaca2.
Tae Baek lalu menutupi wajah pria itu dengan koran. Lalu,
datanglah petugas kepolisian. Petugas kepolisan pun membawa jasad pria itu. Tae
Baek sangat terpukul dengan kepergian pria itu. Air matanya masih menetes. Dia
memandangi petugas kepolisan yang membawa jasad pria itu. Ia lalu meremas
kertas koran yang biasa dia pakai untuk menyelimuti tubuh pria itu.
Tae Baek berjalan menyusuri jalanan. Ia tak mempedulikan tatapan2 aneh di sekitarnya. Ia terus melangkah dengan air mata yang terus menetes dari matanya. Sesampainya di GRC, staff GRC yang cewek mengeluh badan Tae Baek yang bau. Tae Baek gak peduli. Dia mengambil kertas, lalu duduk dan mulai menggambar. Staff GRC semula gak sadar kalau orang yang bau itu adalah Tae Baek. Begitu sadar, mereka melongo.
Tae Baek tampak serius menggambar. Boss Ma keluar dan
mengeluh ruangan yang menjadi bau. Ia lalu mengalihkan pandangannya dan melihat
ada Tae Baek. Boss Ma hanya diam, melihat apa yang dikerjakan Tae Baek. Setelah
selesai dengan sketsanya, Tae Baek mendekati Boss Ma dan menunjukkan gambarnya.
“Bisakah kita melakukannya?” tanya Tae Baek.
Boss Ma tersenyum. Lalu, ia mengeluarkan selembar kertas
dari balik jaketnya. Kertas kontrak dari Presdir Nam yang sudah ditandatangani
Boss Ma! Boss Ma berkata, “Kita akan mati bersama.”
Tae Baek tanpa ekspresi apapun mengambil kontrak itu,
lalu pergi. Tapi ia balik lagi dan berterima kasih pada Boss Ma. Boss Ma
memandangi kepergian Tae Baek dengan penuh senyuman.
(Makin suka dengan Ma Jin Ga)
Paginya Ji Yoon membeli koran. Sepertinya Ji Yoon sudah tahu kalau GRC memasang iklan untuk mendapatkan donatur bagi para tunawisma. Ji Yoon membuka halaman tengah koran itu. Iklan yang dibuat Tae Baek sangat sederhana. Hanya gambar selimut dengan tulisan di pojok kanan bawah, “Seseorang akan memakai koran ini sebagai selimut di malam hari. Membuat rumah yang hangat untuk tetangga malangmu.”
Ji Yoon cukup tersentuh dengan iklan itu.
Tim AE Geumsan Advertising juga melihat iklan Tae Baek. Lee Eun Hye bilang kalau dia merinding membaca iklan itu. Tim AE juga terkesan dengan iklan itu. Ji Yoon menoleh pada mereka dan tersenyum bahagia.
Presdir Baek juga membaca iklan itu. Ia sangat terkejut.
Lalu, ponselnya berdering. Informannya memberitahu kalau Presdir Nam bekerja
sebagai relawan di penampungan tunawisma. Si informan tanya apa Presdir Baek
baik2 saja jika bertemu hari itu. Presdir Baek bilang kalau dia baik2 saja dan
mengingatkan informannya untuk berhati2.
Presdir Nam di ruangannya memandang keluar jendela dengan
iklan selimut Tae Baek diatas mejanya.
Presdir Nam pergi ke perkampungan tunawisma. Di sana dia
melihat hampir semua tunawisma menyelimuti tubuh mereka dengan iklan selimut
Tae Baek. Presdir Nam terpana melihatnya. Ia mendekati seseorang yang sudah
tertidur dan membetulkan letak koran yang jatuh sehingga kembali menutupi tubuh
org itu. Presdir Nam lalu membaca tulisan di iklan itu. Ia tersenyum lalu
beranjak pergi.
Staff GRC cemas menunggu hasilnya. Tae Baek menerima telepon dari seseorang yang menangani jumlah dana yang diterima. Boss Ma menanyakan hasilnya. Tae Baek bilang kalau masih kurang 100 juta won lagi. Staff GRC langsung lemas. Tae Baek bilang 100 juta won itu adalah harga yang wajar.
“Aku bisa gila!” teriak Boss Ma sambil menggaruk2
kepalanya.
Hassan tiba2 berdiri, “Boss, apa kita sudah bangkrut?
Kalau begitu bayar gajiku.” Ucap Hassan. Boss Ma makin stress. LOL
“Bagaimana? Apa kau berhasil mengumpulkan 200 juta won?”
tanya Ji Yoon.
“Nominalnya masih jauh.” Jawab Tae Baek.
“Kau tidak boleh putus asa. Aku yakin kau pasti menang.”
Ucap Ji Yoon.
“Benarkah?” tanya Tae Baek.
“Kau tidak percaya padaku?” Ji Yoon bertanya balik.
“Aku percaya.” Jawab Tae Baek.
“Aku ingin ikut denganmu saat kau bertemu Presdir Nam
hari minggu nanti.” Ucap Ji Yoon.
“Kalau begitu apa aku juga harus mentraktirmu di sana?”
tanya Tae Baek.
“Bukankah di sana disediakan makanan gratis?” jawab Ji
Yoon, lalu mengakhiri pembicaraan.
Melihat Tae Baek tersenyum, Boss Ma menatap tajam Tae Baek dan berkata, “Apa kau senang? Entah aku bangkrut atau jantungku rusak. Kau terlihat senang saat bicara dengannya.”
“Baek Ji Yoon bilang kalau kita pasti menang. Dan aku
percaya padanya.” Jawab Tae Baek.
Hari yang ditunggu2 pun tiba. Hari penentuan. Boss Ma,
Tae Baek dan Ji Yoon bertemu dengan org yang menghitung jumlah dana yang
terkumpul. Orang itu berkata, “Maaf, dana yang terkumpul hanyalah 150 juta
dolar.”
Boss Ma berkata dengan sedih, “Bangkrutlah aku.”
Orang itu tersenyum, dan berkata, “Itu nominal kemarin.”
Tae Baek yang tadinya tertunduk lesu langsung mengangkat
wajahnya.
“Tadi ada orang yang datang. Dia menyumbang sebesar 500
ribu dollar.” Ucap org itu.
“500 ribu dollar?” tanya Tae Baek. Tangannya membentuk
angka lima.
“Jadi dana yang terkumpul berjumlah $657. 835, 50.” Jawab
orang itu.
Tae Baek, Boss Ma dan Ji Yoon langsung berseru girang.
Bahkan Tae Baek sampai memeluk Ji Yoon.
“Lalu siapakah malaikat yang menyumbang 500 ribu dollar
itu?” tanya Ji Yoon.
“CEO Baek dari Grup BK.” Jawab org itu.
Senyum Ji Yoon langsung menghilang. Ia kaget mengetahui org yg dipanggilnya malaikat barusan adalah ayahnya sendiri. Tae Baek tak kalah kaget. Ia tanya kenapa orang itu menerima uang dari orang yang brengsek seperti CEO Baek. Ji Yoon kaget Tae Baek memanggil ayahnya brengsek. Boss Ma berkata apa salahnya menerima uang dari CEO Baek.
Lalu, masuklah Presdir Nam. Ia membawa celemek pink.
Sambil memberikan celemek itu pada Tae Baek, ia berkata, “Kenapa masih bergosip
di sini!”
“Aku harap kau menepati janjimu.” Jawab Tae Baek.
“Siapa yang bilang aku akan ingkar janji?” tanya Presdir
Nam kesal.
Tae Baek tersenyum dan langsung bekerja.
Sementara itu, Ah Ri dan Addie ada di dalam mobil. Mereka
menuju suatu tempat. Ah Ri tanya “kenapa mereka harus bertemu CEO Baek hari
itu. Apakah ini ide yang bagus? Mengingat kepribadian Presir Nam, dia tidak
akan menerima tawaran CEO Baek.”
Addie bilang, “Itulah alasan mereka pergi hari ini. Saat
tawaran lawan ditolak, adalah waktu yang tepat untuk menerima tawaran kita.”
Ji Yoon dan Tae Baek menjadi relawan hari itu. Mereka
membagikan makanan bagi tunawisma. Saat membagikan makanan, mereka menyebutkan
slogan tunawisma, yaitu “Membantu dirimu sendiri”. Boss Ma juga membantu dengan
membagikan lauk. Presdir Nam membagikan minuman pada mereka.
Lalu, datanglah Addie dan Ah Ri. Mereka tertegun melihat Ji Yoon dan Tae Baek. Ji Yoon dan Tae Baek yang menyadari kehadiran mereka, segera menghampiri mereka. Addie berkata pada Tae Baek, “Sepertinya kita selalu bertemu di tempat yang tidak terduga.”
“Aku tahu kalau kita tidak pernah merasa senang jika
bertemu.” Jawab Tae Baek sinis.
“Sepertinya kalian terlibat acara amal yang sama.” Ucap
Ah Ri.
“Ini untuk yang pertama kalinya. Lalu, apa yang membawa
kalian datang ke sini?” tanya Ji Yoon.
“Kami ingin bertemu seseorang.” Jawab Addie.
“Siapa?” tanya Ji Yoon.
“CEO Baek dari Grup BK.” Jawab Addie.
Lalu, mobil CEO Baek masuk halaman area itu. CEO Baek
turun dari mobil. Ji Yoon yang kaget langsung memalingkan wajahnya. CEO Baek
tampaknya tidak tahu ada Addie, Ah Ri dan Ji Yoon di sana. Ia langsung
menghampiri Presdir Nam yang sibuk bekerja.
“Lama tak berjumpa Presdir Nam.” Ucap CEO Baek.
Presdir Nam langsung menghentikan kegiatannya. Ia cukup
tenang melihat CEO Baek ada di hadapannya. Addie, Ah Ri dan Tae Baek juga kaget
melihat Presdir Nam dan CEO Baek yang sudah saling mengenal sejak lama. Ji Yoon
yang dari tadi memalingkan wajahnya, heran karena sang ayah tidak datang ke
tempat dia berdiri. Dia pun kaget melihat ayahnya bicara dengan Presdir Nam.
BERSAMBUNG