Ad Genius Lee Tae Baek Eps 5

No Comments


CEO Baek dan Presdir Nam bicara di satu ruangan. CEO Baek menyeruput minumannya terlebih dahulu sebelum memulai pembicaraan. “Kudengar perusahaanmu sedang mengalami masalah keuangan. Tapi kau masih dermawan dengan melakukan acara amal seperti ini.”
Dengan santai, Presdir Nam menjawab, “Aku masih punya cukup uang untuk beramal.”
“Orang sepertimu mungkin tidak terlalu butuh sumber uang berlebih.” Ucap CEO Baek.
“Apa kau mau aku menjual perusahaan dan santai2 menikmati hasilnya?” tanya Presdir Nam.
“Entah itu produk dari satu perusahaan, tentu ada harga jual yang optimal kan?” jawab CEO Baek.
“Didalam Termos Bak Nyeon ada aku dan jiwa karyawanku. Siapa di dunia ini yang mau menjual jiwanya demi sejumlah uang?” ucap Presdir Nam.


CEO Baek tersenyum, kemudian berkata, “Sepertinya kau sudah tahu maksud dan tujuanku datang ke sini. Aku harap kau bisa berhati2 dalam mengambil langkah untuk menyelamatkan perusahaanmu.”

“Bagaimana kalau kau makan siang dulu sebelum pergi dari sini?” usir Presdir Nam secara halus.


Setibanya diluar, CEO Baek dan Presdir Nam bertemu dengan Addie dan Ah Ri. Addie dan Ah Ri langsung membungkukkan badan, memberi hormat pada CEO Baek. CEO Baek terkejut dengan kedatangan Addie dan Ah Ri. Namun ia paham apa maksud mereka datang ke sana.
“Ini tentang Termos Bak Nyeon.” Ucap Addie.
CEO Baek menatap tajam Addie.


Tae Baek duduk termenung di mejanya. Ji Yoon dan Boss Ma menghampiri Tae Baek. Tae Baek berkata, “Aku tahu maksud dan tujuan CEO Baek menyumbang di acara amal ini.”
“Untuk apa?” tanya Boss Ma.
“Dia mau mengambil alih perusahaan Presdir Nam.” Jawab Tae Baek.
“Apa maksudmu?” tanya Ji Yoon bingung.


Tae Baek menatap Ji Yoon, lalu menjelaskan, “Karyawan BK pernah datang ke perusahaan Presdir Nam. Dan saat itu, BK mencoba mengambil alih Termos Bak Nyeon.”
“Oh, tidak! Jika perusahaan ini diambil alih, tidak akan ada iklan apapun karena Geumsan yang akan mengambilnya.” Ucap Boss Ma.
“Itu tidak akan terjadi. Presdir Nam tidak akan mau menjual perusahaannya pada BK.” Jawab Tae Baek.
“Apapun bisa terjadi karena uang. Kau tidak akan tahu apa yang akan terjadi.” Ucap Boss Ma.


CEO Baek dan asitennya keluar, diikuti oleh Addie dan Ah Ri. Tae Baek menatap tajam mereka. Ji Yoon yang penasaran dengan apa yang ditatap Tae Baek, menoleh ke belakang. Ia langsung menundukkan wajahnya saat sang ayah lewat belakangnya. CEO Baek tak sadari kalau putrinya juga ada di sana.


CEO Baek, Ah Ri dan Addie duduk di sebuah resto. CEO Baek menyeruput minumannya, lalu mengomentari aroma wangi yang berasal dari minumannya. Addie memulai pembicaraan, “Kudengar kau berniat mengambil alih Termos Bak Nyeon?”
“Apa kau mau membantuku mengambil alih perusahaan itu?” tanya CEO Baek.
“Kelangsungan hidup Termos Bak Nyeon bergantung pada penjualan produk. Jika penjualan produk rendah, itu adalah pukulan mematikan untuk perusaan itu.” Jawab Addie.


Ah Ri lalu menyerahkan konsep iklan Geumsan pada CEO Baek. Addie menjelaskan, “Ini adalah konsep iklan yang akan membuat hometech BK berada di peringkat pertama jika kau menyetujuinya.”
“Apa kau mau menyingkirkan Presdir Nam dengan iklan yang kau buat? Sepertinya kau terlalu percaya diri dengan kekuatan iklan.” Komentar CEO Baek.
“Ini hanya pukulan kecil saja. Kau harus bersiap2 dengan topan besar yang akan terjadi dan meluluh lantakkan Termos Bak Nyeon.” Jawab Addie.
CEO Baek memandang Addie dengan rasa ingin tahu yang besar.


CEO Baek sudah berada di mobilnya. Ia mengingatkan Addie untuk tidak mengecewakannya.


Setelah CEO Baek pergi, Addie dan Ah Ri juga berniat pergi dari tempat itu. Ah Ri tanya kenapa Addie bisa yakin kalau BK akan mempekerjakan Geumsan Advertising? Addie menjawab, “Ini adalah hal yang simpel bagi konglomerat BK untuk menjatuhkan perusahaan kecil. Masalahnya di sini adalah opini masyarakat.”
“Untuk menjatuhkan Termos Bak Nyeon, dengan membuat sewajar mungkin kalau perusahaan itu jatuh karena gak kuat menghadapi persaingan.” Jawab Ah Ri.
“Itu benar. Iklan akan menjadi alasan jatuhnya Termos Bak Nyeon.” Ucap Addie.
 

Ah Ri tersenyum, lalu berkata, “Bukanlah hal yang sulit merubah peringkat di pangsa pasar dalam waktu yang singkat.”
“Aku akan melakukan apapun yang bisa dilakukan. Apa kau setuju?” tanya Addie.
“Sebenarnya aku selalu bertanya, kau orang yang seperti apa?” jawab Ah Ri.
“Apa?” tanya Addie.
“Aku senang bisa bekerja sama denganmu.”
Addie tersenyum, lalu menjawab, “Aku juga.”


Tae Baek diam saja selama perjalanan pulang. Boss Ma yang menyetir. Sedang Ji Yoon duduk di belakang. Tiba2, Boss Ma berseru, “Aku dapat melihat gambaran yang akan terjadi. BK akan menelan Termos Bak Nyeon. Dan Geumsan akan membuat iklannya. Ini seperti buaya dan burung buaya.”


Tae Baek lantas bertanya pada Ji Yoon, “Bagaimana pendapatmu tentang Geumsan yang akan membuat iklan BK?”
“Aku tidak mendengar apapun soal ini.” Jawab Ji Yoon.
“Aku khawatir ini akan menjadi akhir yang menyedihkan bagi Termos Bak Nyeon.” Ucap Boss Ma.
“Apa maksudmu?” tanya Tae Baek.
“Menurutmu apa yang akan mereka lakukan terlebih dahulu setelah perusahaan besar menelan perusahaan kecil? Mereka akan merestrukturisasi terlebih dahulu. Setelah itu karyawan akan demo. Dan pabrik akan ditutup. Apapun yang dikatakan perusahaan itu dengan manis, itu sama saja dengan sebuah kehancurkan.” Jawab Boss Ma.
“Bagaimana kalau kita membuat iklan untuk menyelamatkan Termos Bak Nyeon?” usul Tae Baek.
“Kau pikir iklan itu seperti Superman?” respon Boss Ma.
“Kan ada Ma Jin Ga.” Jawab Tae Baek.
“Kau ternyata sangat pintar.” Ucap Boss Ma.


“Omong2, apa yang akan kalian lakukan? Jika proyekmu ini gagal, maka Geumsan akan bekerja pada Hometech BK. Bukankah itu artinya kalian akan menjadi musuh.” Ucap Boss Ma.
“Hubungan kami memang seperti Romeo dan Juliet.” Jawab Ji Yoon.
“Meskipun begitu, kau nantinya akan memberikan informasi soal Geumsan padaku kan?” tanya Tae Baek ke Ji Yoon.
“Apa kau sedang bermimpi?” jawab Ji Yoon.
“Kenapa kau tidak bekerja di GRC saja? Gayamu sangat cocok bekerja disitu.” Ucap Tae Baek.
“Memang seperti apa gayaku?” tanya Ji Yoon.
“Kepribadian baik, cantik dan tidak enak dilihat.” Jawab Tae Baek.


Tawa Boss Ma pecah. Ji Yoon yang kesal memukuli Tae Baek. Tae Baek terus meledek Ji Yoon. Boss Ma ikut tertawa melihat tingkah konyol mereka.


Staff Geumsan sedang rapat. Ada dua kubu di sana. Kubu Addie VS Kubu Direktur Hwang. Direktur Hwang sedang melihat konsep yang dipilih Addie untuk Grup BK sehingga Addie tidak mau bekerja sama dengan Geumsan Konstruksi. Direktur Hwang bilang kalau Addie bermulut besar. Addie tanya kenapa Direktur Hwang tidak membuat memorandum untuk ini. Direktur Hwang tanya kenapa Addie begitu yakin.


Ayah Addie menengahi, “Hentikan perdebatan ini. Bagaimana pun BK menyewa kita untuk membuat iklan.”
“Aku sudah tahu kau pasti memihak pada anakmu. Tapi atasan tidak akan setuju dengan hal ini. Kembali ke keadaan semula. Kalau tidak tanggung semua resiko yang akan terjadi jika proyek ini gagal.” Jawab Direktur Hwang.
Kubu Direktur Hwang pun beranjak pergi meninggalkan Kubu Addie.


Addie memberikan konsep BK pada Eun Hye dan berkata pada semua Tim AE. “Hari ini Hometech BK akan dimulai. Salah satu tuntutan BK adalah ketepatan waktu. Jadi bekerja lah dengan baik.”


Ji Yoon tampak tidak nyaman mendengarnya.
 

Sementara itu, di GRC, Boss Ma sedang menjelaskan sesuatu lewat gambar yang ia gambar di white board. Ia menggambar bunga dan menyuruh semuanya memperhatikan papan tulis. Boss Ma menyuruh mereka mengibaratkan produk itu seperti bunga. Untuk membuat bunga menjadi segar, yang dibutuhkan adalah sinar matahari, pot, tanah, pupuk dan air. Untuk membuat produk paling bagus itu adalah iklan.
  

Tiba2, staff GRC yg cewek berseru sambil menunjuk sesuatu. “Seharusnya kau merawat itu dulu.”
Boss Ma melihat apa yang ditunjuk staff GRC itu. Sebuah tanaman yang tidak terurus. Semua tertawa dengan keisengan staff cewek itu. Boss Ma menegur kalau itu bukan saatnya untuk main2.


Boss Ma kemudian menjelaskan soal USP. “Unique, selling dan proposition. Apa itu karakteristik produk? Fitur apa yang berbeda dan bagaimana kekuatannya? Tae Baek, apa kekuatan termoss itu?”
Tae Baek yang lagi memegang termos menjawab, “Kekuatannya ada di air panas dan dingin yang tahan lama dan tentu harus ringan dibawa.


Staff cewek yang lagi bersihin kukunya, lagi2 komentar, “Terlalu sulit untukku. Apa kita tidak bisa mengajak Jang Dong Gun, lalu lalu mengajaknya bermain ke salju, kemudian dia mengambil cangkir dan menuangkan kopi dari termos.”


Boss Ma yang gemas menjawab, “Sebaiknya kau focus saja pada kukumu itu.”
“Apa kita bisa menambahkan musik hip hop ke dalam iklannya?” tanya Ma Yi Cha.
“Mimpiku adalah menjadi stuntman!” tambah Hassan.
Boss Ma bilang kalau itu tidak buruk sambil joget2 ala rapper! LOL.
Tae Baek stress menghadapi tingkah mereka.


Tae Baek lalu berdiri, dan berkata, “Ini tidak akan berhasil meski kita menghabiskan 100 tahun di sini.”
“Lalu apa yang mau kau lakukan?” tanya Boss Ma.
“Aku mau ke Termos Bak Nyeon.” Jawab Tae Baek.
Boss Ma dengan gayanya yg lucu menjawab, “Ah iya, aku lupa dengan prinsipku.”
“Prinsip apa?” tanya Tae Baek.
“Siapa pembeli? Konsumen? Siapa pembeli iklan? Ya pengiklan. Apa aku keluar lapangan terlalu lama?” jawab Boss Ma.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Tae Baek.
“Kita semua akan menampilan kekuatan iklan Termos Bak Nyeon.” Jawab Boss Ma.


Mereka semua berdiri dengan pandangan serius di ruangan Presdir Nam. Presdir Nam duduk di mejanya sambil memperhatikan mereka. Boss Ma berkata, “Kami semua akan tinggal di sini sampai mendapatkan ide yang bagus untuk iklan Termos Bak Nyeon.”
“Aku senang mendapat tambahan karyawan.” Ucap Presdir Nam.
Presdir Nam kemudian menunjuk ke arah Ma Yi Cha dan Hassan, lalu berkata kalau mereka ditempatkan di gudang. Staff yang cewek ditempatkan di kantor. Boss Ma ditugaskan membersihkan kamar mandi!! Hahahah...



Boss Ma kaget. Dia tanya kenapa. Staff GRC yg cewek tersenyum geli. Presdir Nam bilang karena itu pekerjaan yg cocok buat Boss Ma. Boss Ma menjawab, meskipun dia begitu tapi ibunya membesarkannya dengan sangat baik. Presdir Nam mengangguk, lalu kembali menjelaskan tugas Boss Ma selanjutnya. Setelah urusan kamar mandi selesai, Boss Ma ditugaskan di dapur.





Presdir Nam lalu beralih ke Tae Baek. Sebelum Presdir Nam bicara, Tae Baek berkata, “Aku sudah punya posisi yang cocok untukku.

“Menurut siapa posisi itu cocok untukmu?” tanya Presdir Nam.

Tae Baek malah menjawab, “Hallo aku Lee Tae Baek yang akan bekerja sebagai seketaris pribadimu.”

“Apa?” tanya Presdir Nam.

“Aku berencana mengikutimu dan mencuri hatimu.” Jawab Tae Baek sambil memperlihatkan kameranya.

Presdir Nam tersenyum geli, lalu berkata, “Dasar bocah gila.
Lalu, Presdir Nam menyuruh semuanya segera bekerja.


Semua pergi ke pos masing2. Sedang Tae Baek mendekati Presdir Nam dan mengarahkan kameranya pada Presdir Nam.


Boss Ma di dapur lagi ngupas bawang Bombay. Air matanya sampai keluar saat mengupas bawang bombay itu. Hassan dan Ma Yi Cha sibuk memindahkan barang. Dan Staff GRC yg cewek sambil meniup permen karetnya sibuk di laptop membuat konsep untuk iklan termos. Karyawan Presdir Nam kesal melihat gaya sok Staff GRC cewek itu. Dan Tae Baek sibuk merekam kegiatan Presdir Nam. Presdir Nam masuk ke kamar mandi karena mendengar ada kran air yang menyala terlalu lama. Ia pun menegur orang yang menyalakan kran air itu.


Addie dan Ah Ri bertemu untuk membicarakan Termos Bak Nyeon.
“Apa yang mereka lakukan untuk melindungi perusahaan mereka?” tanya Addie.
“Kudengar mereka juga akan membuat iklan.” Jawab Ah Ri.
“Dengan siapa?” tanya Addie.
“Bukan perusahaan besar. Hanya perusahaan kecil. Presdirnya adalah Ma Jin Ga. Legendaris dalam dunia periklanan. Dia juga pernah bekerja di Geumsan. Ada satu lagi, Lee Tae Baek juga bekerja di sana.” Jawab Ah Ri.
Addie kaget mendengarnya.
“Lee Tae Baek dan Baek Ji Yoon terlihat dekat. Tidakkah lebih baik kau mengeluarkan Ji Yoon dari proyek ini?” ucap Ah Ri lagi.
“Itu urusanku.” Jawab Addie.


 “Dan juga, Tae Baek lah yang membuat iklan fasilitas umum itu. Sebaiknya kau melihatnya.” Ucap Ah Ri.
“Aku tidak tertarik.” Jawab Addie.
“Setelah melihat iklan itu, respon masyarakat cukup bagus. Dana untuk tunawisma pun meningkat drastic.” Ucap Ah Ri.
Addie terkejut mendengarnya. Ia berpikir dalam diamnya.


 Addie di ruangannya melihat iklan selimut Tae Baek. Ia cukup terpana, tapi juga kesal. Dan kata2 Ah Ri kalau mereka tidak boleh mengabaikan hal2 yg kecil pun terus terngiang2 di telinganya. Tiba2, seseorang mengetuk pintu ruangannya. Lalu, Ji Yoon pun masuk ke dalam dengan membawa setumpuk berkas yang diminta Addie. Ji Yoon pun meletakkan berkas2 itu di meja sesuai perintah Addie.


“Ji Yoon.” Panggil Addie seraya mendekati Ji Yoon dengan membawa iklan selimut Tae Baek.
“Ya.” Jawab Ji Yoon.
“Apa kau sudah melihat iklan ini?” tanya Addie sambil memperlihatkan iklan selimut Tae Baek pada Ji Yoon.
“Ya.” Jawab Ji Yoon.
“Apa iklan ini hasil kerja sama kalian?” tanya Addie.
“Iklan itu murni hasil kerja keras Tae Baek.” Jawab Ji Yoon.
Addie pun kembali memandangi iklan itu dan berkata, “Iklan ini sangat bagus. Sepertinya dia telah mengalami banyak kemajuan dan itu membuatku terkejut.”
Sambil tersenyum, Ji Yoon menceritakan usaha Tae Baek yang menyamar sebagai tunawisma untuk mendapatkan ide yang bagus.
“Aku penasaran iklan seperti apa yang akan dia buat untuk saingan kita.” Ucap Addie.
Ji Yoon tercengang mendengarnya.
“Baek Ji Yoon, kau jangan pernah pergi dari sisiku sampai proyek kita selesai. Bayangkan saja kalau kau adalah seketaris pribadiku.” Ucap Addie.
“Ya.” Jawab Ji Yoon.
“Lee Tae Baek adalah saingan kita. Sampai proyek ini selesai, aku minta kau jangan bertemu dengannya dulu.” Pinta Addie.
Ji Yoon terlihat berat mengabulkan permintaan Addie.


Mantan boss Tae Baek bekerja sebagai satpam di Termos Bak Nyeon. Ia terlihat sedang mengobrol dengan seorang pria. Ketika itu Tae Baek melintas sambil melihat2 isi kameranya. Mantan boss Tae Baek pun langsung memanggil Tae Baek dan menghampirinya. Tae Baek tersenyum melihat mantan bossnya.


“Apa enak bekerja di sini?” tanya Tae Baek.
“Tentu saja. Daripada menjadi tunawisma.” Jawab mantan bossnya.


Lalu, masuklah seorang pria yang hendak menggunakan lift. Mantan boss Tae Baek langsung menghadang orang itu di pintu lift.
“Apa yang kau lakukan?” tanya pria itu.
“Lift ini hanya dipakai untuk org2 yg cacat. Kakimu sepertinya baik2 saja. Jadi silahkan ikuti peraturan dengan naik tangga.” Jawab mantan boss Tae Baek.
“Jangan campuri urusanku.” Jawab pria itu, lalu masuk ke lift. Mantan boss Tae Baek berusaha menyeret pria itu keluar dari lift. Namun pria itu mendorong boss Tae Baek hingga jatuh tersungkur. Tae Baek pun segera menolong mantan bossnya. Melihat pin yang menempel di jas pria itu, Tae Baek tahu pria itu adalah orang BK.

Tae Baek langsung menyusul pria itu. Ia tahu kemana tujuan pria itu. Tae Baek tidak menggunakan lift, tapi menaiki tangga. Dia berhenti sebentar karena kelelahan, lalu kembali menaiki tangga. Saat tiba di depan ruangan Presdir Nam, Tae Baek berhenti dan menarik napas. Ia terlihat sangat lelah.


Lalu terdengar perdebatan antara pria itu dengan Presdir Nam.
“Aku tahu perusahaan ini kau bangun dengan kerja keras.”
“DIAM! Kalau kau hanya mau mengatakan itu, sebaiknya jangan datang lagi.” Ucap Presdir Nam marah.
Pertengkaran terhenti saat Tae Baek datang. Pria itu menoleh pada Tae Baek dan bertanya, “Siapa kau?”
“Aku seketaris Presdir Nam. Keluar dari sini.” Ucap Tae Baek seraya menyeret pria itu keluar.
Pria itu menepis tangan Tae Baek dan berkata, “Kau seperti gangster!”
“Apa dengan membawa org2 aneh seperti ini membuat hidupmu bahagia ayah.” Ucap pria itu.


Tae Baek kaget mengetahui pria itu adalah anak Presdir Nam.
Pria itu kembali melanjutkan omongannya. “Apa kau senang menghalangi jalan putra semawa wayangmu ini!”
“Aku tidak berniat menghalangi jalanmu dan tidak pernah mengajakmu hidup susah sepertiku.” Jawab Presdir Nam.
“Kalau begitu jual perusahaan ini! Hanya tinggal menjual dan kau bisa mengambil uangnya dan hidup nyaman!” ucap anak Presdir Nam.


 Tae Baek yang sedari tadi diam, angkat bicara. “Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan keluargamu, tapi apakah ada di dunia ini seorang anak yang menyuruh ayahnya menjual perusahaan yang merupakan mata pencaharian ayahnya.”
“Aku adalah karyawan BK. Apa kau tidak tahu betapa stressnya aku karena masalah ini!” jawab pria itu.
“Diam dan pergilah!” usir Presdir Nam.
“Jika ka uterus menolak, perusahaanku tidak akan tinggal diam.” Bujuk pria itu.
“Sebagai putraku satu2nya, apa kau tidak tahu orang macam apa ayahmu ini. Pergilah.” Jawab Presdir Nam.


Anak Presdir Nam pun akhirnya pergi. Tae Baek melihat foto Presdir Nam dengan anaknya itu yang terpajang di meja. Dan Presdir Nam hanya diam saja di tempatnya.


Presir Nam dan Tae Baek berjalan2.
“Kenapa anakmu memilih bekerja pada BK?” tanya Tae Baek.
“Jika itu kau, apa kau bersedia bekerja pada ayah yang gagal seperti ini?” tanya Presdir Nam.
“Jika itu aku, aku rasa aku juga ikut merasa gagal.” Jawab Tae Baek.
“Ini semua salahku. Aku terlalu focus menolong orang lain, sehingga melupakan putraku.” Ucap Presdir Nam.


Lalu seseorang yang berlari2 kecil melintas di depan mereka. Presdir Nam melihatnya dan bertanya pada Tae Baek, “Apa kau suka marathon.”
“Tidak.” Jawab Tae Baek jujur.
“Aku adalah pecinta marathon. Aku sudah menyelesaikan 10 kali pertandingan marathon. Hobi putraku juga sama. Dia banyak belajar dariku.” Ucap Presdir Nam.
“Aku tahu. Tadi aku melihat fotonya di mejamu.” Jawab Tae Baek.
“Saat anakku masih kuliah, kami sering mengikuti lomba marathon bersama2. Kami melakukannya hanya sekali. Apakah masa itu bisa terulang kembali.” Ucap Presdir Nam sedih.


Lalu, ada seorang ayah yang sedang berlari bersama anaknya. Presdir Nam sedih melihatnya. Tae Baek memandangi Presdir Nam dengan rasa prihatin.


Addie dan Ji Yoon masih di kantor. Mereka mengerjakan proyek iklan BK sampai malam. Ji Yoon terlihat sudah lelah. Ia mengucek2 matanya. Addie yang melihat itu bertanya, “Apa kau lelah?”
“Mataku sedikit kering. Aku baik2 saja.” Jawab Ji Yoon.
“Haruskah kita beristirahat sebentar? Bagaimana kalau minum kopi?” tanya Addie.
“Aku akan segera membelinya.” Jawab Ji Yoon seraya bangkit dari duduknya.
Addie juga berdiri. “Tidak usah. Aku akan membuat kopi yang special untukmu.” Ucap Addie.
Ji Yoon kaget mendengarnya. Addie tersenyum manis pada Ji Yoon.


Ji Yoon melihat Addie yang sedang membuat kopi. Addie memasukkan biji kopi ke tempat penggilingan. Ia pun mulai menggiling biji kopi itu. Ji Yoon melihat itu dari tempat duduknya. Ia terpesona melihat keahlian Addie dalam membuat kopi. Addie menuangkan kopi ke dalam gelas. Ji Yoon benar2 terpesona pada Addie!


“Cobalah.” Suruh Addie sambil meletakkan gelas berisi kopi di meja.

Ji Yoon menerima kopi itu dengan penuh senyuman. Ia mencicipi kopi buatan Addie.


“Rasanya sangat enak.” Puji Ji Yoon.
“Ini kopi Yaman Moka. Namanya Endower. Warnanya sangat gelap dan aromanya kuat.” Ucap Addie.
“Kau pasti penyuka kopi.” Ucap Ji Yoon.
“Bagiku, menikmati kopi sama saja dengan menikmati bekerja di dunia periklanan.” Jawab Addie.
“Apa itu?” tanya Ji Yoon.


 “Ini akan membuatmu kecanduan dan terjaga di malam hari.” Jawab Addie.
Ji Yoon tersenyum mendengarnya. Mereka lalu sama menyeruput kopinya.
“Ji Yoon, apa hobimu untuk menghilangkan stress?” tanya Addie.
“Aku suka memanjat.” Jawab Ji Yoon.
Addie tercengang mendengarnya, lalu bertanya, “Apakah panjat tebing?”
“Ya. Karena hobiku itu, aku bisa memasang papan iklan mobil Dae Sung secara vertical.” Jawab Ji Yoon.


Addie tersenyum, lalu berkata, “Sepertinya aku harus mempelajarinya darimu.”
“Baiklah. Untuk secangkir kopi.” Jawab Ji Yoon.
Addie kembali menyeruput kopinya, lalu bertanya, “Kalau kau hanya berteman dengan Lee Tae Baek, apa kau sedang menjalin hubungan dengan seseorang?”
“Tidak. Tidak ada satupun.” Jawab Ji Yoon.
“Itu cukup melegakan.” Ucap Addie.


Ji Yoon salah tingkah mendengar jawaban Addie. Ia kembali menyeruput kopinya. Addie lalu bertanya, “Apa tidak ada hal yang ingin kau ketahui dariku. Misalnya apa aku sudah punya pacar atau tidak.
Pertanyaan Addie membuat Ji Yoon terkejut. Ia yang sedang minum kopi, jadi tersedak.
“Aku tidak punya pacar, tapi saat ini ada seseorang yang kusukai.” Ucap Addie lagi.
Ji Yoon benar2 salah tingkah. Tiba2, ponsel Ji Yoon berdering. Ji Yoon meletakkan cangkir kopi di meja, lalu pergi menerima telepon. Addie memandangi kepergian Ji Y
oon.



Ji Yoon menerima telepon diluar. Tae Baek yang menelpon. “Apa kau sibuk? Kalau tidak, aku mau mengajakmu makan malam bersama.” Ucap Tae Baek.
“Sepertinya aku tidak bisa. Aku sedang lembur mengerjakan iklan malam ini.” Jawab Ji Yoon.
“Apa iklan untuk BK?” tanya Tae Baek.
Ji Yoon terdiam sebentar sebelum menjawab, “Bukan. Ini iklan lain. Kita makan malam lain kali saja.”
“Tidak peduli seberapa sibuknya kau, kau tidak boleh melewatkan makan malam denganku.” Ucap Tae Baek.

Tae Baek sedang berkonsentrasi menggambar iklan Presdir Nam. Dia ada di restoran neneknya. Sendiri? Tentu tidak. Semua Staff GRC berkumpul di sana. So Ran ikut membantu menghidangkan makanan karena ada Ma Yi Cha di sana. Sambil menghidangkan makanan untuk Boss Ma, nenek berkata, “Makanlah sepuas hatimu. Terima kasih karena kau sudah sabar menghadapi Tae Baek.”
Boss Ma menjawab dengan gaya khasnya, “Menghadapi Tae Baek memang penuh tantangan. Tapi aku menikmatinya.”


So Ran menyiapkan sup tulang sapi dengan daging yang banyak untuk Ma Yi Cha. Ma Yi Cha sedikit memijat bahunya. Melihat itu, So Ran bertanya dengan penuh senyuman, “Apa kau lelah? Makanlah yang banyak.”
“Terima kasih.” Ucap Ma Yi Cha.
Sun Hye (Staff GRC yg cewek. Akhirnya aku mengetahui namanya juga) protes karena mendapat daging lebih sedikit. So Ran yang gak mau disalahkan menjawab, “Pembagian daging tadi kan dilakukan secara acak, jadi terima saja nasibmu.”


Ma Yi Cha pun memberikan mangkuk supnya pada Sun Hye. So Ran kesal melihatnya. Dan Sun Hye tersenyum penuh kemenangan. So Ran pun beranjak pergi dengan menahan kekesalan. Kebahagiaan Sun Hye gak berlangsung lama. Hassan langasung menukar mangkuknya dengan mangkuk Sun Hye. Sun Hye tidak bisa menolak itu.

Nenek menegur Tae Baek yang tidak makan. Tae Baek bilang kalau dia masih berkonsentrasi mencari ide. Setelah nenek pergi, Boss Ma berkata kalau yang bisa ditekan dengan cepat itu adalah jerawat, bukan ide. Ide tidak diciptakan, tapi ditemukan.
Tae Baek menjawab kalau saat itu yang lapar bukan perutnya, tapi otaknya. Yang ia butuhkan adalah ide. Jika ide itu datang, maka ia baru merasa kenyang. Boss Ma pun mengingatkan Tae Baek untuk menggunakan hatinya agar ide cemerlang itu datang


Tae Baek tanya maksudnya. Boss Ma mengeluh karena Tae Baek terus mengajaknya mengobrol sehingga ia tidak bisa makan. Namun Boss Ma tetap memberitahukan maksud dari ucapannya.
“Para pelanggan mungkin berpikir bahwa mereka cuma membeli merek. Tapi sebenarnya mereka juga membeli cerita dari produk itu. Cerita yang berisi mimpi dan kemanusiaan. Oleh karena itu, cerita perlu memiliki mimpi dan sentuhan kemanusiaan. Mengerti?”


Mendengar penjelasan Boss Ma, Tae Baek teringat curhatan Presdir Nam soal lomba marathon dengan anaknya. Seketika Tae Baek berseru, “Ini dia!”
Teman2nya yang lagi asyik menyantap sup tulang sapi terkejut.


Keesokan harinya, GRC sudah siap di ruangan Presdir Nam untuk presentasi. Boss Ma yang menjelaskan maksud dari setiap gambar yang dibuat Tae Baek. Boss Ma memulai penjelasannya. “Gambar pertama, ada seorang ayah dan anak yang berpartisipasi dengan mengikuti lomba marathon di musim panas. Gambar kedua, sang ayah sudah merasa kelelahan tapi dia tidak mau menyerah karena dia adalah alat pacu jantung anaknya. Sang ayah memakai semua kekuatannya untuk berperan sbg alat pacu jantung anaknya. Gambar ketiga, dia menyerahkan termos berisi air dingin pada anaknya. Sang anak yang sudah bermandikan keringat, minum air es dan membasahi kepalanya dengan air tersebut.”


Boss Ma menjelaskan itu dengan penuh penghayatan. Penjelasan itu pun ditutup dengan tagline, “Alat pacu jantung hidupku, termos seratus tahun.”
Presdir Nam serius mendengarkan penjelasan Boss Ma. Ia lalu bangkit dari duduknya dan berdiri membelakangi GRC. Ia pun berkata kalau konsep iklannya sangat bagus. Staff GRC tentu saja senang. Presdir Nam lalu mengingatkan agar semua bekerja dengan serius. Tae Baek bilang mereka akan bekerja dengan serius karena kalau tidak, bisa2 dilempari garam oleh Presdir Nam.


Setelah Tae Baek cs meninggalkan ruangan Presdir Nam, masuklah seorang karyan. Karyawan itu memberitahu kalau bank tidak mau memberikan jangka waktu lagi terhadap pinjaman Presdir Nam. Si karyawan yakin semua itu ulah BK. Presdir Nam pun berniat datang ke bank untuk membicarakan masalah itu.


CEO Baek dan Addie makan bersama. CEO Baek memuji konsep iklan Addie. Addie mengucapkan terima kasih. CEO Baek bilang jika Addie butuh sesuatu, tinggal bilang padanya. CEO Baek lantas tanya bagaimana dengan dananya. Addie bilang kalau mereka akan focus ke iklan TV dulu. CEO Baek tanya apa Addie bisa bekerja dengan dana sebanyak 30 juta won. Addie kaget mendengarnya. CEO Baek yang melihat keterkejutan Addie, berkata jika Addie mau membuat angin, Addie harus menciptakan badai terlebih dahulu.


Ah Ri sedang bersama seseorang di mobilnya. Ia tanya apa orang itu sudah membaca laporan yang dia kirimkan. Laki2 itu menjawab sudah. Terlihat ID card laki2 itu, PD dari EBC. Ah Ri lalu memberikan bingkisan pada laki2 itu. Bingkisan berupa bungkusan kue yang didalamnya penuh dengan uang!! PD dari EBC itu tersenyum dan berkata itu sangat bagus. Dengan tatapan mata licik, Ah Ri bilang kalau dia menantikan penyiarannya.


Ah Ri kembali ke kantornya. Dia terkejut melihat seorang pria duduk di mejanya. Pria itu berkata, “Sejak kapan tim menengah memperhatikan daftar produk dan daftar bintang?”
Ah Ri diam saja. Pria itu lantas melemparkan kertas yang tadi dipegangnya ke Ah Ri. Pria itu lalu bertanya, “Apa ini karena iklan BK? Ketua Tim Go, sepertinya kau tidak secerdas yang kubayangkan. Apa kau masih tidak mengerti apa pekerjaanmu? Atau kau sengaja melakukan ini?”
“Bukan seperti itu.” Jawab Ah Ri dengan kepala menunduk.
“Apa kau sudah merasa hebat karena kau yang merancang designnya?” ucap laki2 itu lagi.
“Maaf.” Jawab Ah Ri.
“Kau selalu terlihat bersama Addie Kang sepanjang waktu. Kalau kau ingin mengambil tali, lakukan dengan baik. Jangan ambil yang busuk. Ingat. Atasanmu adalah aku, bukan Addie Kang.”


Ah Ri terlihat sangat kesal. Setelah atasannya pergi, ia membereskan kertas2 yang diserakkan oleh atasannya itu.


GRC lagi rapat. Boss Ma mengatakan anggaran untuk iklan mereka adalah 100 ribu dollar. Ini dana yang sedikit. Karena iklan smartphone saja bisa mencapai 50 jua dollar. Sangat menyedihkan memang. Tapi nilai dari iklan tidak ditentukan dari biaya produksi. Sebuah iklan yang hebat punya nilai kebenaran dari anggaran itu sendiri.
“Tapi kita butuh dana lebih banyak.” Ucap Ma Yi Cha.
“Kita bahkan tidak bisa menyewa artis sebagai model.” Tambah Tae Baek.
“Bahkan untuk TV kabel pun rasanya sangat beruntung kalau kita bisa dapat slot pagi hari.” Ucap Sun Hye.
“Ini tidak akan mudah.” Ucap Tae Baek.
“Kita bisa memakai model yang mau dibayar murah dan bisa menjelaskan konsep iklan kita dengan mudah.” Ucap Boss Ma.
“Apa kau punya orang seperti itu?” tanya Tae Baek.
“Jelas saja aku punya.” Jawab Boss Ma.
“Jelas saja, kau kan seorang legenda dalam dunia periklanan. Lalu siapa orang itu?” ucap Tae Baek.
“Orangnya adalah aku dan Yi Chan.” Jawab Boss Ma.


Sun Hye dan Hassan langsung ketawa mendengarnya. Boss Ma menjelaskan kalau konsep iklan mereka tentang ayah dan anak. Ma Yi Cha bilang kalau dia cocok menjadi model, sedangkan sang ayah tidak. Boss Ma tanya kenapa. Ma Yi Cha bilang kalau sang ayah yang menjadi modelnya, akan menghancurkan dunia bisnis. Hassan langsung ngomong kalau wajah Boss Ma jelek. Tae Baek ikut2an meledek Boss Ma dengan bilang kalau wajah Boss Ma tidak menarik secara internasional. Boss Ma ketawa gemas, lalu berniat melempari mereka dengan termos.


Boss Ma pun mengganti topic pembicaraan dengan mengajak mereka minum2 nanti malam. Semua setuju kecuali Tae Baek. Tae Baek bilang kalau dia ada janji dengan seseorang. Boss Ma sudah bisa menebak kalau orang itu adalah Ji Yoon. Tae Baek bilang kalau dia mau cerita pada Ji Yoon ttg konsep iklan pertama yang dibuatnya. Ekspresi Boss Ma langsung berubah mendengar itu. Ia bertanya, Ji Yoon kan bekerja di Geumsan, kenapa Tae Baek malah mau membuka rahasia pada mereka. Tae Baek menjawab kalau secara fisik Ji Yoon emang kerja di Geumsan, tapi hatinya ada bersama mereka.

 Di Geumsan, Eun Hye mengingatkan agar iklan yang mereka buat dimasukkan ke dalam semua slot TV nasional. Ji Yoon kaget mendengarnya. Eun Hye bertanya pada Shin apakah iklan merek sudah siap. Shin menjawab kalau mereka sudah siap dengan James Moon sebagai model dan Ryoo sebagai direkturnya. Lalu, ponsel Ji Yoon berbunyi. SMS dari Tae Baek. Tae Baek bilang kalau dia ada di lobby kantor Ji Yoon.


Ji Yoon langsung menemui Tae Baek. Tae Baek tersenyum lebar melihat kedatangan Ji Yoon. Ji Yoon tanya apa terjadi sesuatu. Tae Baek bilang kalau dia ingin memberikan sesuatu pada Ji Yoon. Ji Yoon bertanya apa itu. 




Tae Baek langsung mengeluarkan cemilan yang dibawanya. Ia bilang mau memberikan sandwich dan cowok tampan pada Ji Yoon. Ji Yoon tersenyum mendengarnya. Tae Baek juga membawakan kopi panas untuk Ji Yoon. Dan yang terakhir, Tae Baek ingin memberitahu soal konsep iklannya.



Tae Baek lalu memperlihatkan konsep iklannya pada Ji Yoon. Ji Yoon sedikit salah tingkah. Ia teringat kata2 Addie yang melarangnya bertemu Tae Baek sementara waktu. Tiba2, Addie datang. Ji Yoon terkejut melihat Addie berjalan ke arahnya. Addie bertanya, “Ada apa ini?” Tae Baek yang menjawab kalau itu bukan urusan Addie. Addie bertanya, “Apa kau datang untuk bertemu dengan Ji Yoon?”
Addie lalu melirik Ji Yoon dan tanya apa yang terjadi. Ji Yoon mau menjelaskan, tapi Tae Baek memotong kata2nya. “Siapa pun yang kutemui, itu bukan urusanmu. Apa Geumsan Advertising juga mencampuri urusan pribadi karyawannya?”
“Tae Baek, tidak seperti itu. Biar aku yang menjelaskan.” Ucap Ji Yoon.
“Kadang hal seperti itu bisa terjadi.” Ucap Addie.
“Apa?” tanya Tae Baek.


“Saat ini kita terlibat dalam proyek yang sama. Geumsan bekerja di hometech BK dalam pembuatan termos. Dan Ji Yoon bagian dari itu.” Jawab Addie.
Tae Baek kaget mendengarnya.
“Maaf karena aku tidak cerita padamu. Semuanya demi keamanan. Tae Baek..” ucap Ji Yoon.
“Baek Ji Yoon, kenapa kau tidak kembali bekerja?” ucap Addie memotong kata2 Ji Yoon.
“Baiklah. Aku segera pergi.” Jawab Tae Baek, lalu tersenyum pada Ji Yoon.
Ji Yoon memandangi kepergian Tae Baek penuh rasa bersalah. Dan Addie menatap Ji Yoon dengan rasa cemburu.


Tae Baek melangkah gontai. Dia ingat kenangannya dengan Ji Yoon. Dimulai dari saat mereka membuat konsep iklan mobil Dae Sung. Lalu, saat Ji Yoon datang ke penampungan tunawisma dan memberi semangat padanya. Tae Baek terlihat sangat kecewa karena Ji Yoon membohonginya soal iklan BK.




Ji Yoon tampak murung. Ia bersama Addie di dalam lift. Melihat Ji Yoon murung, Addie berkata, “Kau tidak perlu merasa tidak enak padanya. Menjaga keamanan adalah bagian dari tugasmu. Itu etika bisnis.”
“Ya.” Jawab Ji Yoon.
“Aku akan bersikap profesional mulai sekarang.” Ucap Addie.
“Maaf. Aku akan lebih berhati2 lagi.” Jawab Ji Yoon.



Ji Yoon terus memeluk makanan dan minuman pemberian Tae Baek. Pintu lift terbuka di lantai 6. Ah Ri yang akan masuk kaget melihat Addie dan Ji Yoon bersama. Ah Ri membungkukkan badan, memberi hormat pada Addie. Ia tidak bisa mendamprat Ji Yoon karena ada Addie di sana.



Ah Ri ada di ruangan Addie. Ia bilang kalau iklan sudah siap dan sebentar lagi akan tayang. Addie hanya mengangguk2. Ah Ri bilang kalau orang seperti CEO Baek tidak percaya pada kesempatan kedua, jadi mereka tidak boleh membiarkan resiko sekecil apapun. Addie tanya apa maksud Ah Ri. Ah Ri bilang kalau dia khawatir dengan Ji Yoon. Addie bilang kalau menyangkut ttg Ji Yoon dan Tae Baek, itu menjadi urusannya. Ah Ri tanya apa Addie menyukai Ji Yoon. Addie tersenyum dan bilang kalau proyek BK sangat penting baginya dan dia tak akan melibatkan perasaan pribadi.



Tae Baek sampai d GRC dengan lesu. Terlihat Boss Ma yang sedang sibuk menulis di white board. “Yang lain kemana?” tanya Tae Baek. Boss Ma bilang kalau semua pergi ke tempat karaoke. Tae Baek tanya lagi apa yang dilakukan Boss Ma. Boss Ma bilang sedang memikirkan siapa yang cocok menjadi model iklan mereka. Boss Ma langsung melihat Tae Baek saat Tae Baek bilang kalau Geumsan menggarap iklan untuk hometech BK. Tae Baek berkata lagi, “Ini bagus. Kita bisa bertarung dengan BK dan Geumsan untuk menghancurkan mereka.”



“Berpikirlah objektif. Kemungkinan kita hancur itu 99%. Ini sudah jelas kalau BK berusaha menyingkirkan Termos Bak Nyeon. Mereka akan mengeluarkan banyak uang untuk kelancaran iklan mereka.” Ucap Boss Ma.
“Bukankah kau pernah bilang kalau nilai sebuah iklan tidak bergantung pada biaya produksi.” Ucap Tae Baek.
“Itu betul. Bagaimana pun hati konsumen lah yg memilih. Tapi melihat cara mereka berbisnis, mereka akan melakukan apapun untuk memuluskan rencana mereka. Itu lebih buruk dari iklan.” Jawab Boss Ma.
“Meski begitu, kita tidak boleh diam saja dihancurkan Geumsan dan BK.” Ucap Tae Baek.
“Ya kau benar. Mereka pasti akan bergantung pada model iklan mereka, kalau begitu kita harus menggunakan warga biasa untuk iklan kita. Agar terlihat kontras yang jelas diantara keduanya. Dengan cara itu kita dapat memperlihatkan bagaimana perusahaan besar melawan perusahaan kecil. Dengan kata lain si kaya melawan si miskini.” Jawab Boss Ma.
“Warga biasa? Siapa menurutmu yang pantas memerankannya?” tanya Tae Baek.
“Ada, tapi mustahil mendapatkannya.” Jawab Boss Ma.
“Siapa orangnya? Aku ahli dalam membujuk.” Ucap Tae Baek.



Keesokan harinya, Tae Baek sudah ada di ruangan Presdir Nam. Ia sedang membujuk Presdir Nam untuk menjadi model iklannya. Presdir Nam awalnya menolak. Membintangi iklan sendiri, hal yang tidak masuk akal menurutnya. Bukan Tae Baek namanya kalau menyerah begitu saja. Ia bilang banyak pengusaha yang menjadi model iklannya sendiri. Presdir Nam pun berkata meski dia bersedia, tapi anaknya tidak akan mungkin mau melakukan itu. Tae Baek bilang asalkan Presdir Nam setuju, semua akan baik2 saja. Tae Baek lalu beranjak pergi. Presdir Nam memanggil Tae Baek dan bertanya Tae Baek mau kemana. Tae Baek pun bilang seperti yang dibilang Presdir Nam, kalau waktu adalah uang. Jadi dia akan pergi bekerja.



Anak Presdir Nam sedang asyik berolahraga. Tiba2, Tae Baek datang. “Hari ini sangat cerah.” Ucap Tae Baek. “Siapa kau?” tanya anak Presdir Nam. “Kita pernah bertemu sebelumnya. Aku adalah seketaris Presdir Nam.” Ucap Tae Baek mengenalkan dirinya. Anak Presdir Nam tersenyum sinis. Tae Baek mengoceh lagi, “Tema iklan yang kami buat adalah menyentuh hati. Itu hanya datang dari ketulusan. Pikirkanlah, jika ayahnya asli, tapi anaknya bukan anak kandung. Iklannya tidak akan sempurna.”
“Apa kau tidak tahu aku bekerja dimana?” tanya anak Presdir Nam.
“Itulah kenapa kami ingin kau melakukannya. Agar mereka tidak melakukan penekanan lebih dalam.” Jawab Tae Baek.
“Kau dan ayahku benar2 gila.” Ucap anak Presdir Nam.
“Ya, kami memang gila. Aku gila karena iklan. Dan ayahmu gila karena termos. Aku akan mengikutimu setiap hari sampai kau menyetujuinya.” Jawab Tae Baek.
Anak Presdir Nam tertawa, lalu berkata, “Coba saja kalau bisa.”


Anak Presdir Nam mempercepat larinya. Sebelum mengejar anak Presdir Nam, Tae Baek bilang kalau dia juga pelari yang hebat. Anak Presdir Nam berlari begitu cepat, membuat Tae Baek kewalahan mengejarnya. Tae Baek yang sudah tidak sanggup lagi berlari, terjatuh.


Di hari berikutnya, Tae Baek kembali mengikuti anak Presdir Nam yang lagi marathon. Anak Presdir Nam mengeluh, “Kau lagi.”
Tae Baek dengan penuh senyuman menjawab, “Bukan waktu yang tepat kan melihatku sekarang.”
Gara2 gak memperhatikan jalan, Tae Baek jatuh kejengkang akibat disenggol orang.



Di hari selanjutnya, Tae Baek masih aja mengikuti anak Presdir Nam. Tae Baek berkata, “Kalau aku menang, kau harus setuju. Tapi kalau aku kalah, aku akan berhenti mengikutimu.” Ucap Tae Baek.
Tapi baru beberapa langkah, Tae Baek sudah kelelahan.


Tae Baek mengaduh kesakitan. Ternyata kakinya sedang diobati oleh Ma Yi Cha dan Hassan. Ma Yi Cha dan Hassan mengoleskan salep ke kaki Tae Baek yang selonjor di atas meja. Di atas meja ada sekeranjang buah. Sun Hye menusuk buah yang sudah diiris dengan garpu, lalu memberikannya pada Ma Yi Cha. Ma Yi Cha menerima buah pemberian Sun Hye, lalu memberikannya ke Hassan. Hassan memasukkan buah itu ke mulut Tae Baek. Sun Hye mengambilkan buah lagi, tapi lagi2 Ma Yi Cha memberinya ke Hassan dan Hassan memasukkannya ke mulut Tae Baek.


(Huahahahha, kasihan Sun Hye. Buah itu kan sebenarnya buat Ma Yi Cha).




Tiba2, Boss Ma berseru senang, “Kenapa tidak terpikirkan olehku!”
“Apa itu?” tanya Tae Baek.
“Kurasa aku sangat jenius. Kalian setuju kan?” jawab Boss Ma dengan gayanya yang unik.
Pertanyaan Boss Ma mendapat senyuman aneh dari Staff GRC. Boss Ma pun tersenyum penuh arti.


(Wah, apa nih yg bakal dilakuin Boss Ma. Sumpah, saya jatuh cinta sama Boss Ma! Lucu sih).



Kali ini, mantan boss Tae Baek yang mengikuti anak Presdir Nam!!
“Siapa kau?” tanya anak Presdir Nam.
“Namaku Kim Man Soo. Aku yang jatuh di lift saat kau datang Termos Bak Nyeon. Dulu aku tunawisma, tapi berkat ayahmu, hidupku kembali normal.” Jawab Man Soo.



Setelah Man Soo, ada lagi karyawan Bak Nyeon yang mengikuti anak Presdir Nam. Namanya Song Jin Soo. Anak Presdir Nam protes, “Kenapa kalian mengikutiku terus!”
“Kau tahu, dengan catatan kriminal yang kumiliki, tidak ada seorang pun yang mau mempekerjakanku. Tapi ayahmu sangat baik. Dia memberikanku kesempatan itu.”



Lalu ada lagi karyawan Bak Nyeon, seorang pria muda berkacamata.
“Saat ayahku meninggal, dia berkata pada ayahmu kalau dia bisa beristirahat dengan damai. Dia percaya ayahmu bisa mengurusku. Sejak itulah aku mengikuti ayahmu.”


Orang selanjutnya adalah Boss Ma! Anak Presdir Nam yang sudah kesal bertanya, “Kau ini siapa? Kisah hidup seperti apa yang akan kau ceritakan?”
Boss Ma diam saja. Anak Presdir Nam menegurnya lagi.
“Aku adalah Presdir GRC. Aku yang membuat iklan untuk termos ayahmu. Sama seperti ayahmu, aku menaruh jiwa dan pikiranku untuk iklan ini.” Jawab Boss Ma.



Anak Presdir Nam yang mulai lelah berlari, berhenti berlari. Dengan gayanya yg lucu, Boss Ma juga berhenti berlari. Tiba2, ada seseorang yang memberikan termos ke anak Presdir Nam. Ternyata Presdir Nam yang memberikan termos itu. Presdir Nam berkata, “Kami hanya perlu berlari untuk iklan ini.”
“Apa ayah sanggup berlari dengan usia ayah yang sudah tua?”
“Apa kau lupa? Aku punya rekor berlari terbaik dibandingkan denganmu.” Jawab Presdir Nam.
Boss Ma memperhatikan ayah dan anak itu dengan wajah lucunya.


Anak Presdir Nam akhirnya mengambil termos itu. Kemudian meminum isinya.

Anak Presdir Nam lalu berkata, “Aku minta bayaran tinggi untuk iklan ini.”
Presdir Nam tersenyum bahagia. Mereka pun akhirnya berlari bersama. Di belakang, Tae Baek dan Boss Ma mengikuti pakai mobil. Tae Baek merekam kegiatan ayah dan anak itu.



Presdir Nam mentraktir karyawannya dan Staf GRC. Dengan wajah berseri2, ia berkata, “Jangan sampai ada sebutir nasi yang tersisa. Kalau aku melihatnya, kalian harus membersihkan kamar mandi selama seminggu.”
Tapi kebahagiaan Presdir Nam tidak berlangsung lama. Mereka semua tercengang melihat berita di TV. Di TV, ditayangkan uji coba termos BK dan Bak Nyeon. Dikatakan, produk BK lebih unggul dari Bak Nyeon. Dikatakan juga air yang ada di termos Bak Nyeon merembes kesamping. Presdir Nam geram melihat tayangan itu. Ia memanggil salah satu karyawannya, Kepala Park.



Di ruangannya, Addie melihat tayangan uji coba produk BK dan Bak Nyeon dengan penuh senyuman. Ia lantas menghubungi Ah Ri. Ah Ri yang sedang menyetir, berkata setelah tayangan itu pasti banyak ulasan negative ttg Termos Bak Nyeon di internet. Addie lalu berkata sudah bicara dengan direktur untuk mengembalikan posisi Ah Ri ke semula.

(Grrrrrr,, Addie Kang, Ah Ri dan CEO Baek licik parah)



Boss Ma, Tae Baek dan Kepala Park mendatangi stasiun TV itu.
“Termos Bak Nyeon sudah diverifikasi pemerintah! Data2 ini benar. Jadi bagaimana mungkin kalian bisa menyiarkan berita palsu seperti itu!” protes Kepala Park.
“Tadi hasil yang kami dapatkan berbeda setelah melakukan uji coba.” Jawab pihak stasiun TV.
“Kalau begitu lakukan uji coba sekali lagi. Siapa tahu ada kekeliruan.” Ucap Tae Baek.
“Apa kau pernah melihat siaran ulang seperti ini? Sebaiknya kalian pergi. Aku sibuk.” Jawab pihak stasiun TV.

Tae Baek mau mengejar, namun ditahan Boss Ma. Lalu, terpampang iklan termos BK di TV. Boss Ma berkata, “Kehancuran kita sudah 99%.”
“Tapi kita masih punya 1% untuk menang. Bagiku 1% sama dengan 100%.” Jawab Tae Baek.



Di salah satu swalayan, termos2 Bak Nyeon dimasukkan ke dalam trolly oleh karyawan swalayan itu. Mereka menggantinya dengan termos BK!!


Di Geumsan, Tim AE bahagia melihat grafik penjualan BK meningkat. Ji Yoon yang ada di tengah2 mereka terlihat sedih.



Ah Ri yang sudah kembali ke kantor, disambut tepuk tangan oleh Tim AE. Ah Ri tersenyum bahagia dan memuji2 kerja keras Tim AE. Lee Eun Hye berkata kalau Ah Ri seperti kerasukan saja karena dari tadi memuji2 mereka.Salah seorang dari mereka meminta ditraktir kopi oleh Ah Ri. Ji Yoon pun berkata akan segera membeli kopi. Ah Ri melarangnya. Ia berkata biar dia saja yang pergi membelinya. Gak hanya itu, ia juga minta maaf pada Ji Yoon atas kelakuannya kemarin2 pada Ji Yoon.


Ah Ri yang mau pergi beli kopi, bertemu dengan seketaris Direktur Hwang yang kemarin melabraknya. Dengan sinis ia berkata, “Aku rasa aku tidak mengambil tali yang busuk.”
Setelah mengatakan itu, ia pun melangkah pergi.



Tim AE lantas membahas Termos Bak Nyeon. Eun Hye tanya pada Shin, “Apa mereka bangkrut gara2 iklan yang kita buat?”
Shin diam saja. Eun Hye tanya lagi apa benar berita kebangkrutan itu. Shin pun akhirnya menjawab, “Mereka juga membuat iklan, tapi BK mencekik iklan itu. Dimulai dari bank yang tidak mau meminjamkan uang pada mereka.”
“Apa maksudmu?” tanya Ji Yoon kaget.
“BK menginginkan lokasi Bak Nyeon. Jadi mereka melakukan segala cara untuk mendapatkannya.” Jawab Shin.



Di ruangannya, Presdir Nam menatap sedih skesta konsep iklannya. Lalu, masuklah dua karyawannya. Presdir Nam tanya bagaimana dengan media? Seorang karyawan menjawab kalau data2 Bak Nyeon benar, dan mereka akan melakukan siaran ulang. Presdir bangkit dari duduknya dan berteriak marah.
“Media sudah memblokir penjualan Bak Nyeon! Jadi apa gunanya siaran ulang itu!”
“Bank Woo Jin menolak memberikan pinjaman. Pemasukan kita benar2 berkurang. Bulan ini mungkin bisa ditutupi dengan keuntungan tapi bulan depan yang menjadi masalah.” Ucap karyawan itu lagi.
Jelas berita itu membuat Presdir Nam bertambah syok.


CEO Baek bertemu dengan Addie di kantornya. CEO Baek berkata kalau ini adalah kali pertama hometech BK memimpin penjualan sejak pertama kali diluncurkan.
Addie menjawab, “Terima kasih sudah memberi kepercayaan pada Geumsan.”
“Apa tujuanmu sebenarnya? Aku yakin tujuanmu bukan hanya iklan termos ini.” Tanya CEO Baek.
“Kudengar BK sudah akan membuat iklan baru. Aku harap BK memilih Geumsan untuk menggarap iklan itu.” Jawab Addie.
“Kalau terlalu berambisi bisa menjadi masalah.” Jawab CEO Baek.
“Lebih baik memiliki ambisi yang banyak.” Ucap Addie.


CEO Baek tersenyum, lalu bertanya seberapa besar ambisi Addie. Kemudian, ponsel CEO Baek berdering. Telepon dari Ji Yoon.
“Ada apa? Tidak biasanya kau menelponku?” tanya CEO Baek.
“Apa kau sudah makan malam? Aku ingin mentraktirmu makan.” Jawab Ji Yoon.



Sementara itu di GRC, para staff terlihat lesu. Boss Ma mengeluh, “Sejak Bak Nyeon tidak membayar kita, kita jadi tidak bisa bekerja.”
“Presdir Nam pasti sedang berpikir keras.” Bela Tae Baek.


Lalu masuklah Presdir Nam. Boss Ma langsung menyambut kedatangan Presdir Nam.
“Apa yang membuatmu datang ke sini?” tanya Boss Ma.
“Aku membawakan oleh2.” Jawab Presdir Nam.


Ma Yi Cha, Sun Hye dan Hassan memakan oleh2 yg dibawa Presdir Nam. Boss Ma tampak ragu2 memakannya. Sedang Tae Baek diam saja. Melihat itu, Presdir Nam bertanya, “Ada apa dengan kalian?”
“Aku merasa ada sesuatu yang mau kau bicarakan. Jadi aku makannya nanti saja setelah kau selesai bicara.” Jawab Boss Ma.
“Maafkan aku. Kesepakatan kita sebaiknya dibatalkan.” Ucap Presdir Nam.
Semua kaget mendengarnya.
“Apa maksudmu?” tanya Tae Baek.
Presdir Nam tersenyum, lalu menjelaskan, “Tidak ada dana yg masuk. Bukan hanya untuk iklan, tapi aku juga tidak bisa membayar gaji karyawan.”
“Kau tidak bisa membatalkannya. Meskipun harus memotong anggaran, iklan harus tetap jalan.” Ucap Boss Ma.
Presdir Nam tersenyum, lalu berkata, “Itu tidak mungkin.”




Presdir Nam lalu mengeluarkan sebuah amplop dari saku jaketnya dan meletakkannya di meja.
“Ini memang tidak banyak. Tapi kalian sudah berusaha. Terima kasih karena sudah membuat kenangan yg indah untukku.” Ucap Presdir Nam.
“Ini pasti ulah BK kan?” tanya Tae Baek.
“Siapa yang bisa kusalahkan. Ini memang kekuranganku dalam berbisnis.” Jawab Presdir Nam.
Setelah mengatakan itu, Presdir Nam beranjak pergi. Semua terlihat sedih.



Tae Baek mengejar Presdir Nam.
“Aku tidak akan menyerah karena hal ini. Kekuatan iklan, aku bahkan belum menunjukkannya padamu.” Ucap Tae Baek.
Presdir Nam meletakkan tangannya di pundak Tae Baek dan berkata, “Aku sudah melihatnya. Dan hatiku tergerak karena itu. Jaga bakatmu agar kau bisa bekerja di perusahaan yang lebih baik.”
Presdir Nam pun melangkah pergi. Tae Baek memandangi kepergian Presdir Nam dengan perasaan campur aduk.


Tae Baek melihat dari atas jembatan. Suasana malam yang dipenuhi kendaraan yang berlalu lalang. Ia pun berteriak sekencang2nya.


(Duuh, kasihan Tae Baek)



Ji Yoon dan ayahnya makan bersama. Sambil mengaduk2 makanannya, CEO Baek tanya kenapa Ji Yoon mengajaknya makan malam.
Ji Yoon tidak menjawab, ia malah berkata, “Restoran ini sudah dijalankan oleh 3 generasi. Ibuku sangat menyukai tempat ini. Kuenya sangat enak.”

CEO Baek berhenti makan, lalu bertanya apa yang mau dikatakan Ji Yoon.
“Aku hanya ingin menunjukkan padamu, Presdir. Banyak org yang ingin melindungi hal2 yg kecil. Mengenai perusahaan Presdir Nam, jangan kau ganggu lagi.” Jawab Ji Yoon.
“Itu bukan urusanmu. Mengelola bisnis adalah seleksi alam. Perusahaan yang gagal berarti akan punah dalam kompetisi.” Ucap Presdir Baek.
“Ini bukan masalah menang atau kalah dalam kompetisi. Tapi mereka dicekik oleh perusahaan raksasa.” Jawab Ji Yoon.
Presdir Nam menatap Ji Yoon kesal.
“Apa kau ingat sahabatku Sun Mee? Dia adalah putrid Presdir Kim Yong In. Perusahaannya bangkrut karena BK mencuri hak paten mereka dan memotong dana mereka.” Ucap Ji Yoon lagi.

CEO Baek tersentak, lalu berkata kalau Ji Yoon selalu mengulang cerita yang sama.
“Karena kau President, ayah sahabatku bunuh diri. Aku masih melihat dalam mimpiku sekarang dan nanti!” jawab Ji Yoon histeris.
“Bukan aku yang menciptakan dunia ini. Dia tidak bisa beradaptasi dengan dunia, mencoba menguasai hokum yang memang sudah mengatur semua itu. Ada orang yang terlambat beradaptasi dengan dunia. Itu bukan masalahku, tapi masalah mereka.” Ucap CEO Baek membela diri.
Ji Yoon kecewa mendengar jawaban ayahnya. Matanya mulai berkaca2. Ji Yoon lalu berkata, “Aku satu2nya orang yang terlambat.”
CEO Baek tersentak dengan kalimat putrinya. Ji Yoon melanjutkan lagi omongannya, “Aku kira semua kesialanku bukan salahmu, Presdir. Tapi paling tidak kau bisa mengurangi jumlah kesialan nasibku.”

Ji Yoon dalam perjalanan pulang. Ia duduk di bis dengan wajah sedih. Tak pernah ia sangka kalau ayahnya sekejam itu. Tega menindas orang2 yg lemah. Memori masa lalu saat menghadari pemakaman ayah Sun Mee, terputar di otaknya. Ji Yoon ikut bersedih atas meninggalnya ayah Sun Mee. Sun Mee menatap Ji Yoon dengan penuh kebencian. Ia tak bisa terima perlakukan ayah Ji Yoon pada keluarganya.

(Kasihan Ji Yoon. Dia kehilangan sahabatnya gara2 kekejaman ayahnya).


Air mata Ji Yoon pun tumpah teringat kenangan menyakitkan itu.


Di mobilnya, CEO Baek diam saja. Ia teringat kata2 Ji Yoon tadi soal nasib sial yang menimpa Ji Yoon. Anak buah CEO Baek bertanya apa yang akan mereka lalukan pada perusahaan Presdir Nam. CEO Baek dengan dinginnya menjawab kalau mereka akan melakukan rencana semula.

Di GRC, Boss Ma duduk sendirian. Ia sedang menonton rekaman video Presdir Nam. Tae Baek datang. Ia juga sama lesunya dengan Boss Ma. Tae Baek bertanya kemana yang lainnya. Boss Ma bilang kalau mereka semua kecewa dengan apa yang terjadi, jadi ia menyuruhnya ke tempat karaoke.


Boss Ma menawari Tae Baek minum. Sambil minum, Tae Baek menonton rekaman video Presdir Nam saat ia masih menjadi seketaris Presdir Nam. Tae Baek bercerita kalau Presdir Nam menamai perusahannya Termos Bak Nyeon dengan harapan agar usia perusahaan itu panjang. Tae Baek terus melihat video rekaman itu dan berkomentar kalau iklan itu pasti menjadi yang paling mengagumkan. Boss Ma bilang entah iklan itu jadi atau tidak, pasti Presdir Nam dan anaknya yang paling ingin melihat iklan itu.


Tae Baek berkata, “Aku tidak mengerti. Kenapa org2 tidak melihat barangnya? Mereka tidak perlu melihat filosofi bisnis atau semacamnya. Seharusnya mereka melihat etika perusahaan itu. Bermoral atau tidak. Atau hanya tergila2 pada uang!”
“Kau benar. Tapi kata2 itu tidak keluar begitu saja. Kata2 itu bisa keluar dari dalam hati. Orang2 yang berkata kasar dan mengkritik adalah pengkritik. Tapi kita ini adalah org2 iklan. Keluhan tentang ketidakadilan harus dituangkan ke dalam iklan secara halus, lalu tunjukkan pada dunia itulah misi iklan. Tetap diingat keluhan itu adalah kreatifitas.” Jawab Boss Ma.
“Ya kau benar.” Jawab Tae Baek bersemangat.
“Aku jadi malu.” Ucap Boss Ma dengan wajah lucunya.
“Ayo kita membuat iklan.” Ajak Tae Baek.
“Apa sekarang kita harus membuatnya?” tanya Boss Ma.
“Kita tidak harus membuat iklan secara penuh, cukup video klip saja.” Ucap Tae Baek.
“Hey, jangan buru2. Minumlah soju dulu.” Jawab Boss Ma.
“Kita harus tunjukkan pada semua org bahwa bisnis seperti itu ada. Gunakan iklan dan media.” Ucap Tae Baek.
“Aku ngantuk.” Ucap Boss Ma.
“Hey, apa kau lupa dengan kata2mu tadi tentang misi iklan?” tanya Tae Baek.
“Saat ini aku tidak punya keluhan tentang dunia.” Jawab Boss Ma.

Lalu, masuklah Ma Yi Cha dan yang lain. Yi Cha menghidupkan lampu dan tanya apakah sang ayah sedang mengikuti jejak Presdir Nam yg super duper pelit. Tae Baek menghampiri mereka dan berkata kalau ini saat yang tepat untuk membuat iklan lagi.
Dengan tingkahnya yg lucu, Boss Ma bilang kalau Tae Baek sudah membangkitkan semangatnya lagi.


Ia lalu menyuruh Sun Hye duduk di computer. Hassan disuruh membuat camilan dan Ma Yi Cha disuruh memilih2 lagu. Boss Ma juga bilang kalau dia sudah mendapatkan judul untuk iklan mereka yaitu Sehari Dalam Kehidupan Presdir Nam. Semua memuji judul itu. Boss Ma mengingatkan Sun Hye agar tak lupa menuliskan nama GRC di akhir iklan dan versi pertama dibuat dalam durasi 5 menit dan disisipkan lagu yang menyentuh.

Tae Baek senang melihat semuanya kembali bersemangat.

Keesokan harinya, Presdir Nam masuk ke kantin karyawan. Ia membetulkan letak kursi yang tidak rapi. Gak hanya itu. Ia juga membersihkan kamar mandi dan mengepel seluruh lantai. Setelah itu, Presdir Nam beranjak pergi dari kantornya. Kim Man Soo bertanya kemana Presdir Nam akan pergi. Presdir Nam tidak menjawab. Ia hanya menyuruh Man Soo menjaga perusahaan itu dengan baik.


Di GRC semua senang karena di internet pencarian teratas adalah untuk video klip mereka, Sehari Dalam Kehidupan Presdir Nam. Tiba2, telepon GRC berbunyi. Boss Ma yang menerima telepon. Si penelpon adalah PD EBC Park Jung Min.  Orang EBC itu mau mengundang Presdir Nam ke acaranya.


Tae Baek juga mendapat telepon. Man Soo yang menelpon, memberitahu kalau Presdir Nam sedang menuju BK untuk menjual perusahaannya.


Tae Baek pun langsung meluncur ke BK dengan mengendarai mobil pick upnya.

BERSAMBUNG
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments