CEO Baek dan Presdir Nam bicara di satu ruangan. CEO Baek
menyeruput minumannya terlebih dahulu sebelum memulai pembicaraan. “Kudengar
perusahaanmu sedang mengalami masalah keuangan. Tapi kau masih dermawan dengan
melakukan acara amal seperti ini.”
Dengan santai, Presdir Nam menjawab, “Aku masih punya
cukup uang untuk beramal.”
“Orang sepertimu mungkin tidak terlalu butuh sumber uang
berlebih.” Ucap CEO Baek.
“Apa kau mau aku menjual perusahaan dan santai2 menikmati
hasilnya?” tanya Presdir Nam.
“Entah itu produk dari satu perusahaan, tentu ada harga
jual yang optimal kan?” jawab CEO Baek.
“Didalam Termos Bak Nyeon ada aku dan jiwa karyawanku.
Siapa di dunia ini yang mau menjual jiwanya demi sejumlah uang?” ucap Presdir
Nam.
“Bagaimana kalau kau makan siang dulu sebelum pergi dari
sini?” usir Presdir Nam secara halus.
Setibanya diluar, CEO Baek dan Presdir Nam bertemu dengan
Addie dan Ah Ri. Addie dan Ah Ri langsung membungkukkan badan, memberi hormat
pada CEO Baek. CEO Baek terkejut dengan kedatangan Addie dan Ah Ri. Namun ia
paham apa maksud mereka datang ke sana.
“Ini tentang Termos Bak Nyeon.” Ucap Addie.
CEO Baek menatap tajam Addie.
Tae Baek duduk termenung di mejanya. Ji Yoon dan Boss Ma
menghampiri Tae Baek. Tae Baek berkata, “Aku tahu maksud dan tujuan CEO Baek
menyumbang di acara amal ini.”
“Untuk apa?” tanya Boss Ma.
“Dia mau mengambil alih perusahaan Presdir Nam.” Jawab
Tae Baek.
“Apa maksudmu?” tanya Ji Yoon bingung.
Tae Baek menatap Ji Yoon, lalu menjelaskan, “Karyawan BK
pernah datang ke perusahaan Presdir Nam. Dan saat itu, BK mencoba mengambil
alih Termos Bak Nyeon.”
“Oh, tidak! Jika perusahaan ini diambil alih, tidak akan
ada iklan apapun karena Geumsan yang akan mengambilnya.” Ucap Boss Ma.
“Itu tidak akan terjadi. Presdir Nam tidak akan mau
menjual perusahaannya pada BK.” Jawab Tae Baek.
“Apapun bisa terjadi karena uang. Kau tidak akan tahu apa
yang akan terjadi.” Ucap Boss Ma.
CEO Baek dan asitennya keluar, diikuti oleh Addie dan Ah
Ri. Tae Baek menatap tajam mereka. Ji Yoon yang penasaran dengan apa yang
ditatap Tae Baek, menoleh ke belakang. Ia langsung menundukkan wajahnya saat
sang ayah lewat belakangnya. CEO Baek tak sadari kalau putrinya juga ada di
sana.
CEO Baek, Ah Ri dan Addie duduk di sebuah resto. CEO Baek
menyeruput minumannya, lalu mengomentari aroma wangi yang berasal dari
minumannya. Addie memulai pembicaraan, “Kudengar kau berniat mengambil alih
Termos Bak Nyeon?”
“Apa kau mau membantuku mengambil alih perusahaan itu?”
tanya CEO Baek.
“Kelangsungan hidup Termos Bak Nyeon bergantung pada
penjualan produk. Jika penjualan produk rendah, itu adalah pukulan mematikan
untuk perusaan itu.” Jawab Addie.
Ah Ri lalu menyerahkan konsep iklan Geumsan pada CEO
Baek. Addie menjelaskan, “Ini adalah konsep iklan yang akan membuat hometech BK
berada di peringkat pertama jika kau menyetujuinya.”
“Apa kau mau menyingkirkan Presdir Nam dengan iklan yang
kau buat? Sepertinya kau terlalu percaya diri dengan kekuatan iklan.” Komentar
CEO Baek.
“Ini hanya pukulan kecil saja. Kau harus bersiap2 dengan
topan besar yang akan terjadi dan meluluh lantakkan Termos Bak Nyeon.” Jawab
Addie.
CEO Baek memandang Addie dengan rasa ingin tahu yang
besar.
CEO Baek sudah berada di mobilnya. Ia mengingatkan Addie untuk tidak mengecewakannya.
Setelah CEO Baek pergi, Addie dan Ah Ri juga berniat
pergi dari tempat itu. Ah Ri tanya kenapa Addie bisa yakin kalau BK akan
mempekerjakan Geumsan Advertising? Addie menjawab, “Ini adalah hal yang simpel
bagi konglomerat BK untuk menjatuhkan perusahaan kecil. Masalahnya di sini
adalah opini masyarakat.”
“Untuk menjatuhkan Termos Bak Nyeon, dengan membuat
sewajar mungkin kalau perusahaan itu jatuh karena gak kuat menghadapi
persaingan.” Jawab Ah Ri.
“Itu benar. Iklan akan menjadi alasan jatuhnya Termos Bak
Nyeon.” Ucap Addie.
Ah Ri tersenyum, lalu berkata, “Bukanlah hal yang sulit merubah peringkat di pangsa pasar dalam waktu yang singkat.”
“Aku akan melakukan apapun yang bisa dilakukan. Apa kau
setuju?” tanya Addie.
“Sebenarnya aku selalu bertanya, kau orang yang seperti
apa?” jawab Ah Ri.
“Apa?” tanya Addie.
“Aku senang bisa bekerja sama denganmu.”
Addie tersenyum, lalu menjawab, “Aku juga.”
Tae Baek diam saja selama perjalanan pulang. Boss Ma yang
menyetir. Sedang Ji Yoon duduk di belakang. Tiba2, Boss Ma berseru, “Aku dapat
melihat gambaran yang akan terjadi. BK akan menelan Termos Bak Nyeon. Dan
Geumsan akan membuat iklannya. Ini seperti buaya dan burung buaya.”
Tae Baek lantas bertanya pada Ji Yoon, “Bagaimana pendapatmu tentang Geumsan yang akan membuat iklan BK?”
“Aku tidak mendengar apapun soal ini.” Jawab Ji Yoon.
“Aku khawatir ini akan menjadi akhir yang menyedihkan
bagi Termos Bak Nyeon.” Ucap Boss Ma.
“Apa maksudmu?” tanya Tae Baek.
“Menurutmu apa yang akan mereka lakukan terlebih dahulu
setelah perusahaan besar menelan perusahaan kecil? Mereka akan
merestrukturisasi terlebih dahulu. Setelah itu karyawan akan demo. Dan pabrik
akan ditutup. Apapun yang dikatakan perusahaan itu dengan manis, itu sama saja
dengan sebuah kehancurkan.” Jawab Boss Ma.
“Bagaimana kalau kita membuat iklan untuk menyelamatkan
Termos Bak Nyeon?” usul Tae Baek.
“Kau pikir iklan itu seperti Superman?” respon Boss Ma.
“Kan ada Ma Jin Ga.” Jawab Tae Baek.
“Kau ternyata sangat pintar.” Ucap Boss Ma.
“Omong2, apa yang akan kalian lakukan? Jika proyekmu ini
gagal, maka Geumsan akan bekerja pada Hometech BK. Bukankah itu artinya kalian
akan menjadi musuh.” Ucap Boss Ma.
“Hubungan kami memang seperti Romeo dan Juliet.” Jawab Ji
Yoon.
“Meskipun begitu, kau nantinya akan memberikan informasi
soal Geumsan padaku kan?” tanya Tae Baek ke Ji Yoon.
“Apa kau sedang bermimpi?” jawab Ji Yoon.
“Kenapa kau tidak bekerja di GRC saja? Gayamu sangat
cocok bekerja disitu.” Ucap Tae Baek.
“Memang seperti apa gayaku?” tanya Ji Yoon.
“Kepribadian baik, cantik dan tidak enak dilihat.” Jawab
Tae Baek.
Tawa Boss Ma pecah. Ji Yoon yang kesal memukuli Tae Baek. Tae Baek terus meledek Ji Yoon. Boss Ma ikut tertawa melihat tingkah konyol mereka.
Staff Geumsan sedang rapat. Ada dua kubu di sana. Kubu
Addie VS Kubu Direktur Hwang. Direktur Hwang sedang melihat konsep yang dipilih
Addie untuk Grup BK sehingga Addie tidak mau bekerja sama dengan Geumsan
Konstruksi. Direktur Hwang bilang kalau Addie bermulut besar. Addie tanya
kenapa Direktur Hwang tidak membuat memorandum untuk ini. Direktur Hwang tanya
kenapa Addie begitu yakin.
Ayah Addie menengahi, “Hentikan perdebatan ini. Bagaimana pun BK menyewa kita untuk membuat iklan.”
“Aku sudah tahu kau pasti memihak pada anakmu. Tapi
atasan tidak akan setuju dengan hal ini. Kembali ke keadaan semula. Kalau tidak
tanggung semua resiko yang akan terjadi jika proyek ini gagal.” Jawab Direktur
Hwang.
Kubu Direktur Hwang pun beranjak pergi meninggalkan Kubu
Addie.
Addie memberikan konsep BK pada Eun Hye dan berkata pada semua Tim AE. “Hari ini Hometech BK akan dimulai. Salah satu tuntutan BK adalah ketepatan waktu. Jadi bekerja lah dengan baik.”
Ji Yoon tampak tidak nyaman mendengarnya.
Sementara itu, di GRC, Boss Ma sedang menjelaskan sesuatu lewat gambar yang ia gambar di white board. Ia menggambar bunga dan menyuruh semuanya memperhatikan papan tulis. Boss Ma menyuruh mereka mengibaratkan produk itu seperti bunga. Untuk membuat bunga menjadi segar, yang dibutuhkan adalah sinar matahari, pot, tanah, pupuk dan air. Untuk membuat produk paling bagus itu adalah iklan.
Tiba2, staff GRC yg cewek berseru sambil menunjuk
sesuatu. “Seharusnya kau merawat itu dulu.”
Boss Ma melihat apa yang ditunjuk staff GRC itu. Sebuah
tanaman yang tidak terurus. Semua tertawa dengan keisengan staff cewek itu.
Boss Ma menegur kalau itu bukan saatnya untuk main2.
Boss Ma kemudian menjelaskan soal USP. “Unique, selling
dan proposition. Apa itu karakteristik produk? Fitur apa yang berbeda dan
bagaimana kekuatannya? Tae Baek, apa kekuatan termoss itu?”
Tae Baek yang lagi memegang termos menjawab, “Kekuatannya
ada di air panas dan dingin yang tahan lama dan tentu harus ringan dibawa.
Staff cewek yang lagi bersihin kukunya, lagi2 komentar,
“Terlalu sulit untukku. Apa kita tidak bisa mengajak Jang Dong Gun, lalu lalu
mengajaknya bermain ke salju, kemudian dia mengambil cangkir dan menuangkan
kopi dari termos.”
Boss Ma yang gemas menjawab, “Sebaiknya kau focus saja pada
kukumu itu.”
“Apa kita bisa menambahkan musik hip hop ke dalam
iklannya?” tanya Ma Yi Cha.
“Mimpiku adalah menjadi stuntman!” tambah Hassan.
Boss Ma bilang kalau itu tidak buruk sambil joget2 ala
rapper! LOL.
Tae Baek stress menghadapi tingkah mereka.
Tae Baek lalu berdiri, dan berkata, “Ini tidak akan
berhasil meski kita menghabiskan 100 tahun di sini.”
“Lalu apa yang mau kau lakukan?” tanya Boss Ma.
“Aku mau ke Termos Bak Nyeon.” Jawab Tae Baek.
Boss Ma dengan gayanya yg lucu menjawab, “Ah iya, aku lupa
dengan prinsipku.”
“Prinsip apa?” tanya Tae Baek.
“Siapa pembeli? Konsumen? Siapa pembeli iklan? Ya
pengiklan. Apa aku keluar lapangan terlalu lama?” jawab Boss Ma.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Tae Baek.
“Kita semua akan menampilan kekuatan iklan Termos Bak
Nyeon.” Jawab Boss Ma.
Mereka semua berdiri dengan pandangan serius di ruangan
Presdir Nam.
Presdir Nam
duduk di mejanya sambil memperhatikan mereka. Boss Ma berkata, “Kami semua akan
tinggal di sini sampai mendapatkan ide yang bagus untuk iklan Termos Bak
Nyeon.”
“Aku senang mendapat tambahan karyawan.” Ucap Presdir Nam.
Presdir Nam
kemudian menunjuk ke arah Ma Yi Cha dan Hassan, lalu berkata kalau mereka
ditempatkan di gudang. Staff yang cewek ditempatkan di kantor. Boss Ma
ditugaskan membersihkan kamar mandi!! Hahahah...
Boss Ma kaget. Dia tanya kenapa. Staff GRC yg cewek tersenyum geli. Presdir Nam bilang karena itu pekerjaan yg cocok buat Boss Ma. Boss Ma menjawab, meskipun dia begitu tapi ibunya membesarkannya dengan sangat baik. Presdir Nam mengangguk, lalu kembali menjelaskan tugas Boss Ma selanjutnya. Setelah urusan kamar mandi selesai, Boss Ma ditugaskan di dapur.
Ji Yoon salah tingkah mendengar jawaban Addie. Ia kembali
menyeruput kopinya. Addie lalu bertanya, “Apa tidak ada hal yang ingin kau
ketahui dariku. Misalnya apa aku sudah punya pacar atau tidak.
Boss Ma kaget. Dia tanya kenapa. Staff GRC yg cewek tersenyum geli. Presdir Nam bilang karena itu pekerjaan yg cocok buat Boss Ma. Boss Ma menjawab, meskipun dia begitu tapi ibunya membesarkannya dengan sangat baik. Presdir Nam mengangguk, lalu kembali menjelaskan tugas Boss Ma selanjutnya. Setelah urusan kamar mandi selesai, Boss Ma ditugaskan di dapur.
Presdir Nam
lalu beralih ke Tae Baek. Sebelum Presdir Nam bicara, Tae Baek berkata, “Aku
sudah punya posisi yang cocok untukku.
“Menurut siapa posisi itu cocok untukmu?” tanya Presdir Nam.
Tae Baek malah menjawab, “Hallo aku Lee Tae Baek yang akan
bekerja sebagai seketaris pribadimu.”
“Apa?” tanya Presdir Nam.
“Aku berencana mengikutimu dan mencuri hatimu.” Jawab Tae
Baek sambil memperlihatkan kameranya.
Presdir Nam
tersenyum geli, lalu berkata, “Dasar bocah gila.
Lalu, Presdir Nam menyuruh semuanya segera
bekerja.
Semua pergi ke pos masing2. Sedang Tae Baek mendekati
Presdir Nam dan mengarahkan
kameranya pada Presdir Nam.
Boss Ma di dapur lagi ngupas bawang Bombay. Air matanya sampai keluar saat
mengupas bawang bombay
itu. Hassan dan Ma Yi Cha sibuk memindahkan barang. Dan Staff GRC yg cewek sambil
meniup permen karetnya sibuk di laptop membuat konsep untuk iklan termos.
Karyawan Presdir Nam kesal
melihat gaya
sok Staff GRC cewek itu. Dan Tae Baek sibuk merekam kegiatan Presdir Nam.
Presdir Nam
masuk ke kamar mandi karena mendengar ada kran air yang menyala terlalu lama.
Ia pun menegur orang yang menyalakan kran air itu.
Addie dan Ah
Ri bertemu untuk membicarakan
Termos Bak Nyeon.
“Apa yang mereka lakukan untuk melindungi perusahaan
mereka?” tanya Addie.
“Kudengar mereka juga akan membuat iklan.” Jawab Ah Ri.
“Dengan siapa?” tanya Addie.
“Bukan perusahaan besar. Hanya perusahaan kecil. Presdirnya
adalah Ma Jin Ga. Legendaris dalam dunia periklanan. Dia juga pernah bekerja di
Geumsan. Ada
satu lagi, Lee Tae Baek juga bekerja di sana.” Jawab Ah Ri.
Addie kaget mendengarnya.
“Lee Tae Baek dan Baek Ji Yoon terlihat dekat. Tidakkah
lebih baik kau mengeluarkan Ji Yoon dari proyek ini?” ucap Ah Ri lagi.
“Itu urusanku.” Jawab Addie.
“Dan juga, Tae Baek lah yang membuat iklan fasilitas umum
itu. Sebaiknya kau melihatnya.” Ucap Ah Ri.
“Aku tidak tertarik.” Jawab Addie.
“Setelah melihat iklan itu, respon masyarakat cukup bagus.
Dana untuk tunawisma pun meningkat drastic.” Ucap Ah Ri.
Addie terkejut mendengarnya. Ia berpikir dalam diamnya.
Addie di ruangannya melihat iklan selimut Tae Baek. Ia
cukup terpana, tapi juga kesal. Dan kata2 Ah
Ri kalau mereka tidak boleh
mengabaikan hal2 yg kecil pun terus terngiang2 di telinganya. Tiba2, seseorang
mengetuk pintu ruangannya. Lalu, Ji Yoon pun masuk ke dalam dengan membawa
setumpuk berkas yang diminta Addie. Ji Yoon pun meletakkan berkas2 itu di meja
sesuai perintah Addie.
“Ji Yoon.” Panggil Addie seraya mendekati Ji Yoon dengan
membawa iklan selimut Tae Baek.
“Ya.” Jawab Ji Yoon.
“Apa kau sudah melihat iklan ini?” tanya Addie sambil
memperlihatkan iklan selimut Tae Baek pada Ji Yoon.
“Ya.” Jawab Ji Yoon.
“Apa iklan ini hasil kerja sama kalian?” tanya Addie.
“Iklan itu murni hasil kerja keras Tae Baek.” Jawab Ji
Yoon.
Addie pun kembali memandangi iklan itu dan berkata, “Iklan
ini sangat bagus. Sepertinya dia telah mengalami banyak kemajuan dan itu
membuatku terkejut.”
Sambil tersenyum, Ji Yoon menceritakan usaha Tae Baek yang
menyamar sebagai tunawisma untuk mendapatkan ide yang bagus.
“Aku penasaran iklan seperti apa yang akan dia buat untuk
saingan kita.” Ucap Addie.
Ji Yoon tercengang mendengarnya.
“Baek Ji Yoon, kau jangan pernah pergi dari sisiku sampai
proyek kita selesai. Bayangkan saja kalau kau adalah seketaris pribadiku.” Ucap
Addie.
“Ya.” Jawab Ji Yoon.
“Lee Tae Baek adalah saingan kita. Sampai proyek ini
selesai, aku minta kau jangan bertemu dengannya dulu.” Pinta Addie.
Ji Yoon terlihat berat mengabulkan permintaan Addie.
Mantan boss Tae Baek bekerja sebagai satpam di Termos Bak
Nyeon. Ia terlihat sedang mengobrol dengan seorang pria. Ketika itu Tae Baek
melintas sambil melihat2 isi kameranya. Mantan boss Tae Baek pun langsung
memanggil Tae Baek dan menghampirinya. Tae Baek tersenyum melihat mantan
bossnya.
“Apa enak bekerja di sini?” tanya Tae Baek.
“Tentu saja. Daripada menjadi tunawisma.” Jawab mantan
bossnya.
Lalu, masuklah seorang pria yang hendak menggunakan lift.
Mantan boss Tae Baek langsung menghadang orang itu di pintu lift.
“Apa yang kau lakukan?” tanya pria itu.
“Lift ini hanya dipakai untuk org2 yg cacat. Kakimu
sepertinya baik2 saja. Jadi silahkan ikuti peraturan dengan naik tangga.” Jawab
mantan boss Tae Baek.
“Jangan campuri urusanku.” Jawab pria itu, lalu masuk ke
lift. Mantan boss Tae Baek berusaha menyeret pria itu keluar dari lift. Namun pria
itu mendorong boss Tae Baek hingga jatuh tersungkur. Tae Baek pun segera
menolong mantan bossnya. Melihat pin yang menempel di jas pria itu, Tae Baek
tahu pria itu adalah orang BK.
Tae Baek langsung menyusul pria itu. Ia tahu kemana tujuan
pria itu. Tae Baek tidak menggunakan lift, tapi menaiki tangga. Dia berhenti
sebentar karena kelelahan, lalu kembali menaiki tangga. Saat tiba di depan
ruangan Presdir Nam,
Tae Baek berhenti dan menarik napas. Ia terlihat sangat lelah.
Lalu terdengar perdebatan antara pria itu dengan Presdir Nam.
“Aku tahu perusahaan ini kau bangun dengan kerja keras.”
“DIAM! Kalau kau hanya mau mengatakan itu, sebaiknya jangan
datang lagi.” Ucap Presdir Nam
marah.
Pertengkaran terhenti saat Tae Baek datang. Pria itu
menoleh pada Tae Baek dan bertanya, “Siapa kau?”
“Aku seketaris Presdir Nam. Keluar dari sini.” Ucap Tae
Baek seraya menyeret pria itu keluar.
Pria itu menepis tangan Tae Baek dan berkata, “Kau seperti
gangster!”
“Apa dengan membawa org2 aneh seperti ini membuat hidupmu
bahagia ayah.” Ucap pria itu.
Tae Baek kaget mengetahui pria itu adalah anak Presdir Nam.
Pria itu kembali melanjutkan omongannya. “Apa kau senang
menghalangi jalan putra semawa wayangmu ini!”
“Aku tidak berniat menghalangi jalanmu dan tidak pernah
mengajakmu hidup susah sepertiku.” Jawab Presdir Nam.
“Kalau begitu jual perusahaan ini! Hanya tinggal menjual
dan kau bisa mengambil uangnya dan hidup nyaman!” ucap anak Presdir Nam.
Tae Baek yang sedari tadi diam, angkat bicara. “Aku tidak
tahu apa yang terjadi dengan keluargamu, tapi apakah ada di dunia ini seorang
anak yang menyuruh ayahnya menjual perusahaan yang merupakan mata pencaharian
ayahnya.”
“Aku adalah karyawan BK. Apa kau tidak tahu betapa
stressnya aku karena masalah ini!” jawab pria itu.
“Diam dan pergilah!” usir Presdir Nam.
“Jika ka uterus menolak, perusahaanku tidak akan tinggal
diam.” Bujuk pria itu.
“Sebagai putraku satu2nya, apa kau tidak tahu orang macam
apa ayahmu ini. Pergilah.” Jawab Presdir Nam.
Anak Presdir Nam pun akhirnya pergi. Tae Baek
melihat foto Presdir Nam
dengan anaknya itu yang terpajang di meja. Dan Presdir Nam hanya diam saja di tempatnya.
Presir Nam dan Tae Baek berjalan2.
“Kenapa anakmu memilih bekerja pada BK?” tanya Tae Baek.
“Jika itu kau, apa kau bersedia bekerja pada ayah yang
gagal seperti ini?” tanya Presdir Nam.
“Jika itu aku, aku rasa aku juga ikut merasa gagal.” Jawab
Tae Baek.
“Ini semua salahku. Aku terlalu focus menolong orang lain,
sehingga melupakan putraku.” Ucap Presdir Nam.
Lalu seseorang yang berlari2 kecil melintas di depan
mereka. Presdir Nam
melihatnya dan bertanya pada Tae Baek, “Apa kau suka marathon.”
“Tidak.” Jawab Tae Baek jujur.
“Aku adalah pecinta marathon. Aku sudah menyelesaikan 10
kali pertandingan marathon. Hobi putraku juga sama. Dia banyak belajar dariku.”
Ucap Presdir Nam.
“Aku tahu. Tadi aku melihat fotonya di mejamu.” Jawab Tae
Baek.
“Saat anakku masih kuliah, kami sering mengikuti lomba
marathon bersama2. Kami melakukannya hanya sekali. Apakah masa itu bisa
terulang kembali.” Ucap Presdir Nam
sedih.
Lalu, ada seorang ayah yang sedang berlari bersama anaknya.
Presdir Nam
sedih melihatnya. Tae Baek memandangi Presdir Nam dengan rasa prihatin.
Addie dan Ji Yoon masih di kantor. Mereka mengerjakan
proyek iklan BK sampai malam. Ji Yoon terlihat sudah lelah. Ia mengucek2
matanya. Addie yang melihat itu bertanya, “Apa kau lelah?”
“Mataku sedikit kering. Aku baik2 saja.” Jawab Ji Yoon.
“Haruskah kita beristirahat sebentar? Bagaimana kalau minum
kopi?” tanya Addie.
“Aku akan segera membelinya.” Jawab Ji Yoon seraya bangkit
dari duduknya.
Addie juga berdiri. “Tidak usah. Aku akan membuat kopi yang
special untukmu.” Ucap Addie.
Ji Yoon kaget mendengarnya. Addie tersenyum manis pada Ji
Yoon.
Ji Yoon melihat Addie yang sedang membuat kopi. Addie
memasukkan biji kopi ke tempat penggilingan. Ia pun mulai menggiling biji kopi
itu. Ji Yoon melihat itu dari tempat duduknya. Ia terpesona melihat keahlian
Addie dalam membuat kopi. Addie menuangkan kopi ke dalam gelas. Ji Yoon benar2
terpesona pada Addie!
“Cobalah.” Suruh Addie sambil meletakkan gelas berisi kopi
di meja.
Ji Yoon menerima kopi itu dengan penuh senyuman. Ia
mencicipi kopi buatan Addie.
“Rasanya sangat enak.” Puji Ji Yoon.
“Ini kopi Yaman Moka. Namanya Endower. Warnanya sangat
gelap dan aromanya kuat.” Ucap Addie.
“Kau pasti penyuka kopi.” Ucap Ji Yoon.
“Bagiku, menikmati kopi sama saja dengan menikmati bekerja
di dunia periklanan.” Jawab Addie.
“Apa itu?” tanya Ji Yoon.
“Ini akan membuatmu kecanduan dan terjaga di malam hari.”
Jawab Addie.
Ji Yoon tersenyum mendengarnya. Mereka lalu sama menyeruput
kopinya.
“Ji Yoon, apa hobimu untuk menghilangkan stress?” tanya
Addie.
“Aku suka memanjat.” Jawab Ji Yoon.
Addie tercengang mendengarnya, lalu bertanya, “Apakah
panjat tebing?”
“Ya. Karena hobiku itu, aku bisa memasang papan iklan mobil
Dae Sung secara vertical.” Jawab Ji Yoon.
Addie tersenyum, lalu berkata, “Sepertinya aku harus
mempelajarinya darimu.”
“Baiklah. Untuk secangkir kopi.” Jawab Ji Yoon.
Addie kembali menyeruput kopinya, lalu bertanya, “Kalau kau
hanya berteman dengan Lee Tae Baek, apa kau sedang menjalin hubungan dengan
seseorang?”
“Tidak. Tidak ada satupun.” Jawab Ji Yoon.
“Itu cukup melegakan.” Ucap Addie.
Pertanyaan Addie membuat Ji Yoon terkejut. Ia yang sedang
minum kopi, jadi tersedak.
“Aku tidak punya pacar, tapi saat ini ada seseorang yang
kusukai.” Ucap Addie lagi.
Ji Yoon benar2 salah tingkah. Tiba2, ponsel Ji
Yoon berdering. Ji Yoon meletakkan cangkir kopi di meja, lalu pergi menerima
telepon. Addie memandangi kepergian Ji Yoon.
Ji Yoon menerima telepon diluar. Tae Baek yang menelpon.
“Apa kau sibuk? Kalau tidak, aku mau mengajakmu makan malam bersama.” Ucap Tae
Baek.
“Sepertinya aku tidak bisa. Aku sedang lembur mengerjakan
iklan malam ini.” Jawab Ji Yoon.
“Apa iklan untuk BK?” tanya Tae Baek.
Ji Yoon terdiam sebentar sebelum menjawab, “Bukan. Ini
iklan lain. Kita makan malam lain kali saja.”
“Tidak peduli seberapa sibuknya kau, kau tidak boleh
melewatkan makan malam denganku.” Ucap Tae Baek.
Tae Baek sedang berkonsentrasi menggambar iklan Presdir Nam.
Dia ada di restoran neneknya. Sendiri? Tentu tidak. Semua Staff GRC berkumpul
di sana. So Ran
ikut membantu menghidangkan makanan karena ada Ma Yi Cha di sana. Sambil menghidangkan makanan untuk Boss
Ma, nenek berkata, “Makanlah sepuas hatimu. Terima kasih karena kau sudah sabar
menghadapi Tae Baek.”
Boss Ma menjawab dengan gaya khasnya, “Menghadapi Tae Baek memang
penuh tantangan. Tapi aku menikmatinya.”
So Ran menyiapkan sup tulang sapi dengan daging yang banyak untuk Ma Yi Cha. Ma Yi Cha sedikit memijat bahunya. Melihat itu, So Ran bertanya dengan penuh senyuman, “Apa kau lelah? Makanlah yang banyak.”
“Terima kasih.” Ucap Ma Yi Cha.
Sun Hye (Staff GRC yg cewek. Akhirnya aku mengetahui
namanya juga) protes karena mendapat daging lebih sedikit. So Ran yang gak mau
disalahkan menjawab, “Pembagian daging tadi kan dilakukan secara acak, jadi terima saja
nasibmu.”
Ma Yi Cha pun memberikan mangkuk supnya pada Sun Hye. So Ran kesal melihatnya. Dan Sun Hye tersenyum penuh kemenangan. So Ran pun beranjak pergi dengan menahan kekesalan. Kebahagiaan Sun Hye gak berlangsung lama. Hassan langasung menukar mangkuknya dengan mangkuk Sun Hye. Sun Hye tidak bisa menolak itu.
Ma Yi Cha pun memberikan mangkuk supnya pada Sun Hye. So Ran kesal melihatnya. Dan Sun Hye tersenyum penuh kemenangan. So Ran pun beranjak pergi dengan menahan kekesalan. Kebahagiaan Sun Hye gak berlangsung lama. Hassan langasung menukar mangkuknya dengan mangkuk Sun Hye. Sun Hye tidak bisa menolak itu.
Nenek menegur Tae Baek yang tidak makan. Tae Baek bilang kalau dia masih berkonsentrasi mencari ide. Setelah nenek pergi, Boss Ma berkata kalau yang bisa ditekan dengan cepat itu adalah jerawat, bukan ide. Ide tidak diciptakan, tapi ditemukan.
Tae Baek menjawab kalau saat itu yang lapar bukan perutnya,
tapi otaknya. Yang ia butuhkan adalah ide. Jika ide itu datang, maka ia baru
merasa kenyang. Boss Ma pun mengingatkan Tae Baek untuk menggunakan hatinya
agar ide cemerlang itu datang
Tae Baek tanya maksudnya. Boss Ma mengeluh karena Tae Baek
terus mengajaknya mengobrol sehingga ia tidak bisa makan. Namun Boss Ma tetap
memberitahukan maksud dari ucapannya.
“Para pelanggan mungkin
berpikir bahwa mereka cuma membeli merek. Tapi sebenarnya mereka juga membeli
cerita dari produk itu. Cerita yang berisi mimpi dan kemanusiaan. Oleh karena
itu, cerita perlu memiliki mimpi dan sentuhan kemanusiaan. Mengerti?”
Mendengar penjelasan Boss Ma, Tae Baek teringat curhatan Presdir Nam soal lomba marathon dengan anaknya. Seketika Tae Baek berseru, “Ini dia!”
Teman2nya yang lagi asyik menyantap sup tulang sapi
terkejut.
Keesokan harinya, GRC sudah siap di ruangan Presdir Nam
untuk presentasi. Boss Ma yang menjelaskan maksud dari setiap gambar yang
dibuat Tae Baek. Boss Ma memulai penjelasannya. “Gambar pertama, ada seorang
ayah dan anak yang berpartisipasi dengan mengikuti lomba marathon di musim
panas. Gambar kedua, sang ayah sudah merasa kelelahan tapi dia tidak mau
menyerah karena dia adalah alat pacu jantung anaknya. Sang ayah memakai semua
kekuatannya untuk berperan sbg alat pacu jantung anaknya. Gambar ketiga, dia
menyerahkan termos berisi air dingin pada anaknya. Sang anak yang sudah
bermandikan keringat, minum air es dan membasahi kepalanya dengan air
tersebut.”
Boss Ma menjelaskan itu dengan penuh penghayatan.
Penjelasan itu pun ditutup dengan tagline, “Alat pacu jantung hidupku, termos
seratus tahun.”
Presdir Nam
serius mendengarkan penjelasan Boss Ma. Ia lalu bangkit dari duduknya dan
berdiri membelakangi GRC. Ia pun berkata kalau konsep iklannya sangat bagus.
Staff GRC tentu saja senang. Presdir Nam lalu mengingatkan agar semua
bekerja dengan serius. Tae Baek bilang mereka akan bekerja dengan serius karena
kalau tidak, bisa2 dilempari garam oleh Presdir Nam.
Setelah Tae Baek cs meninggalkan ruangan Presdir Nam,
masuklah seorang karyan. Karyawan itu memberitahu kalau bank tidak mau memberikan
jangka waktu lagi terhadap pinjaman Presdir Nam. Si karyawan yakin semua itu
ulah BK. Presdir Nam
pun berniat datang ke bank untuk membicarakan masalah itu.
CEO Baek dan Addie makan bersama. CEO Baek memuji konsep
iklan Addie. Addie mengucapkan terima kasih. CEO Baek bilang jika Addie butuh
sesuatu, tinggal bilang padanya. CEO Baek lantas tanya bagaimana dengan
dananya. Addie bilang kalau mereka akan focus ke iklan TV dulu. CEO Baek tanya
apa Addie bisa bekerja dengan dana sebanyak 30 juta won. Addie kaget
mendengarnya. CEO Baek yang melihat keterkejutan Addie, berkata jika Addie mau
membuat angin, Addie harus menciptakan badai terlebih dahulu.
Ah Ri sedang bersama seseorang di mobilnya. Ia tanya apa
orang itu sudah membaca laporan yang dia kirimkan. Laki2 itu menjawab sudah.
Terlihat ID card laki2 itu, PD dari EBC. Ah Ri lalu memberikan bingkisan pada
laki2 itu. Bingkisan berupa bungkusan kue yang didalamnya penuh dengan uang!!
PD dari EBC itu tersenyum dan berkata itu sangat bagus. Dengan tatapan mata
licik, Ah Ri
bilang kalau dia menantikan penyiarannya.
Ah Ri kembali ke kantornya. Dia terkejut melihat seorang
pria duduk di mejanya. Pria itu berkata, “Sejak kapan tim menengah
memperhatikan daftar produk dan daftar bintang?”
Ah Ri diam saja. Pria itu lantas melemparkan kertas yang
tadi dipegangnya ke Ah Ri. Pria itu lalu bertanya, “Apa ini karena
iklan BK? Ketua Tim Go, sepertinya kau tidak secerdas yang kubayangkan. Apa kau
masih tidak mengerti apa pekerjaanmu? Atau kau sengaja melakukan ini?”
“Bukan seperti itu.” Jawab Ah Ri dengan
kepala menunduk.
“Apa kau sudah merasa hebat karena kau yang merancang
designnya?” ucap laki2 itu lagi.
“Maaf.” Jawab Ah Ri.
“Kau selalu terlihat bersama Addie Kang sepanjang waktu.
Kalau kau ingin mengambil tali, lakukan dengan baik. Jangan ambil yang busuk.
Ingat. Atasanmu adalah aku, bukan Addie Kang.”
Ah Ri terlihat sangat kesal. Setelah atasannya pergi, ia
membereskan kertas2 yang diserakkan oleh atasannya itu.
GRC lagi rapat. Boss Ma mengatakan anggaran untuk iklan
mereka adalah 100 ribu dollar. Ini dana yang sedikit. Karena iklan smartphone
saja bisa mencapai 50 jua dollar. Sangat menyedihkan memang. Tapi nilai dari
iklan tidak ditentukan dari biaya produksi. Sebuah iklan yang hebat punya nilai
kebenaran dari anggaran itu sendiri.
“Tapi kita butuh dana lebih banyak.” Ucap Ma Yi Cha.
“Kita bahkan tidak bisa menyewa artis sebagai model.”
Tambah Tae Baek.
“Bahkan untuk TV kabel pun rasanya sangat beruntung kalau
kita bisa dapat slot pagi hari.” Ucap Sun Hye.
“Ini tidak akan mudah.” Ucap Tae Baek.
“Kita bisa memakai model yang mau dibayar murah dan bisa
menjelaskan konsep iklan kita dengan mudah.” Ucap Boss Ma.
“Apa kau punya orang seperti itu?” tanya Tae Baek.
“Jelas saja aku punya.” Jawab Boss Ma.
“Jelas saja, kau kan
seorang legenda dalam dunia periklanan. Lalu siapa orang itu?” ucap Tae Baek.
“Orangnya adalah aku dan Yi Chan.” Jawab Boss Ma.
Sun Hye dan Hassan langsung ketawa mendengarnya. Boss Ma menjelaskan kalau konsep iklan mereka tentang ayah dan anak. Ma Yi Cha bilang kalau dia cocok menjadi model, sedangkan sang ayah tidak. Boss Ma tanya kenapa. Ma Yi Cha bilang kalau sang ayah yang menjadi modelnya, akan menghancurkan dunia bisnis. Hassan langsung ngomong kalau wajah Boss Ma jelek. Tae Baek ikut2an meledek Boss Ma dengan bilang kalau wajah Boss Ma tidak menarik secara internasional. Boss Ma ketawa gemas, lalu berniat melempari mereka dengan termos.
Boss Ma pun mengganti topic pembicaraan dengan mengajak mereka minum2 nanti malam. Semua setuju kecuali Tae Baek. Tae Baek bilang kalau dia ada janji dengan seseorang. Boss Ma sudah bisa menebak kalau orang itu adalah Ji Yoon. Tae Baek bilang kalau dia mau cerita pada Ji Yoon ttg konsep iklan pertama yang dibuatnya. Ekspresi Boss Ma langsung berubah mendengar itu. Ia bertanya, Ji Yoon kan bekerja di Geumsan, kenapa Tae Baek malah mau membuka rahasia pada mereka. Tae Baek menjawab kalau secara fisik Ji Yoon emang kerja di Geumsan, tapi hatinya ada bersama mereka.
Di Geumsan, Eun Hye mengingatkan agar iklan yang mereka buat dimasukkan ke dalam semua slot TV nasional. Ji Yoon kaget mendengarnya. Eun Hye bertanya pada Shin apakah iklan merek sudah siap. Shin menjawab kalau mereka sudah siap dengan James Moon sebagai model dan Ryoo sebagai direkturnya. Lalu, ponsel Ji Yoon berbunyi. SMS dari Tae Baek. Tae Baek bilang kalau dia ada di lobby kantor Ji Yoon.
Ji Yoon langsung menemui Tae Baek. Tae Baek tersenyum lebar
melihat kedatangan Ji Yoon. Ji Yoon tanya apa terjadi sesuatu. Tae Baek bilang
kalau dia ingin memberikan sesuatu pada Ji Yoon. Ji Yoon bertanya apa itu.
Tae Baek langsung mengeluarkan cemilan yang dibawanya. Ia bilang mau memberikan sandwich dan cowok tampan pada Ji Yoon. Ji Yoon tersenyum mendengarnya. Tae Baek juga membawakan kopi panas untuk Ji Yoon. Dan yang terakhir, Tae Baek ingin memberitahu soal konsep iklannya.
Tae Baek melangkah gontai. Dia ingat kenangannya dengan Ji Yoon. Dimulai dari saat mereka membuat konsep iklan mobil Dae Sung. Lalu, saat Ji Yoon datang ke penampungan tunawisma dan memberi semangat padanya. Tae Baek terlihat sangat kecewa karena Ji Yoon membohonginya soal iklan BK.
(Huahahahha, kasihan Sun Hye. Buah itu kan sebenarnya buat Ma Yi Cha).
Anak Presdir Nam akhirnya mengambil termos itu. Kemudian meminum isinya.
Tae Baek langsung mengeluarkan cemilan yang dibawanya. Ia bilang mau memberikan sandwich dan cowok tampan pada Ji Yoon. Ji Yoon tersenyum mendengarnya. Tae Baek juga membawakan kopi panas untuk Ji Yoon. Dan yang terakhir, Tae Baek ingin memberitahu soal konsep iklannya.
Tae Baek lalu memperlihatkan konsep iklannya pada Ji Yoon.
Ji Yoon sedikit salah tingkah. Ia teringat kata2 Addie yang melarangnya bertemu
Tae Baek sementara waktu. Tiba2, Addie datang. Ji Yoon terkejut melihat Addie
berjalan ke arahnya. Addie bertanya, “Ada
apa ini?” Tae Baek yang menjawab kalau itu bukan urusan Addie. Addie bertanya,
“Apa kau datang untuk bertemu dengan Ji Yoon?”
Addie lalu melirik Ji Yoon dan tanya apa yang terjadi. Ji
Yoon mau menjelaskan, tapi Tae Baek memotong kata2nya. “Siapa pun yang kutemui,
itu bukan urusanmu. Apa Geumsan Advertising juga mencampuri urusan pribadi
karyawannya?”
“Tae Baek, tidak seperti itu. Biar aku yang menjelaskan.”
Ucap Ji Yoon.
“Kadang hal seperti itu bisa terjadi.” Ucap Addie.
“Apa?” tanya Tae Baek.
“Saat ini kita terlibat dalam proyek yang sama. Geumsan
bekerja di hometech BK dalam pembuatan termos. Dan Ji Yoon bagian dari itu.”
Jawab Addie.
Tae Baek kaget mendengarnya.
“Maaf karena aku tidak cerita padamu. Semuanya demi
keamanan. Tae Baek..” ucap Ji Yoon.
“Baek Ji Yoon, kenapa kau tidak kembali bekerja?” ucap
Addie memotong kata2 Ji Yoon.
“Baiklah. Aku segera pergi.” Jawab Tae Baek, lalu tersenyum
pada Ji Yoon.
Ji Yoon memandangi kepergian Tae Baek penuh rasa bersalah.
Dan Addie menatap Ji Yoon dengan rasa cemburu.
Tae Baek melangkah gontai. Dia ingat kenangannya dengan Ji Yoon. Dimulai dari saat mereka membuat konsep iklan mobil Dae Sung. Lalu, saat Ji Yoon datang ke penampungan tunawisma dan memberi semangat padanya. Tae Baek terlihat sangat kecewa karena Ji Yoon membohonginya soal iklan BK.
Ji Yoon tampak murung. Ia bersama Addie di dalam lift.
Melihat Ji Yoon murung, Addie berkata, “Kau tidak perlu merasa tidak enak
padanya. Menjaga keamanan adalah bagian dari tugasmu. Itu etika bisnis.”
“Ya.” Jawab Ji Yoon.
“Aku akan bersikap profesional mulai sekarang.” Ucap Addie.
“Maaf. Aku akan lebih berhati2 lagi.” Jawab Ji Yoon.
Ji Yoon terus memeluk makanan dan minuman pemberian Tae
Baek. Pintu lift terbuka di lantai 6. Ah Ri yang akan masuk kaget melihat Addie
dan Ji Yoon bersama. Ah Ri membungkukkan badan, memberi hormat pada Addie. Ia
tidak bisa mendamprat Ji Yoon karena ada Addie di sana.
Ah Ri ada di ruangan Addie. Ia bilang kalau iklan sudah
siap dan sebentar lagi akan tayang. Addie hanya mengangguk2. Ah Ri bilang kalau
orang seperti CEO Baek tidak percaya pada kesempatan kedua, jadi mereka tidak
boleh membiarkan resiko sekecil apapun. Addie tanya apa maksud Ah Ri.
Ah Ri bilang kalau dia khawatir dengan Ji Yoon. Addie bilang kalau menyangkut
ttg Ji Yoon dan Tae Baek, itu menjadi urusannya. Ah Ri tanya apa Addie menyukai
Ji Yoon. Addie tersenyum dan bilang kalau proyek BK sangat penting baginya dan
dia tak akan melibatkan perasaan pribadi.
Tae Baek sampai d GRC dengan lesu. Terlihat Boss Ma yang
sedang sibuk menulis di white board. “Yang lain kemana?” tanya Tae Baek. Boss
Ma bilang kalau semua pergi ke tempat karaoke. Tae Baek tanya lagi apa yang
dilakukan Boss Ma. Boss Ma bilang sedang memikirkan siapa yang cocok menjadi
model iklan mereka. Boss Ma langsung melihat Tae Baek saat Tae Baek bilang
kalau Geumsan menggarap iklan untuk hometech BK. Tae Baek berkata lagi, “Ini
bagus. Kita bisa bertarung dengan BK dan Geumsan untuk menghancurkan mereka.”
“Berpikirlah objektif. Kemungkinan kita hancur itu 99%. Ini
sudah jelas kalau BK berusaha menyingkirkan Termos Bak Nyeon. Mereka akan
mengeluarkan banyak uang untuk kelancaran iklan mereka.” Ucap Boss Ma.
“Bukankah kau pernah bilang kalau nilai sebuah iklan tidak
bergantung pada biaya produksi.” Ucap Tae Baek.
“Itu betul. Bagaimana pun hati konsumen lah yg memilih.
Tapi melihat cara mereka berbisnis, mereka akan melakukan apapun untuk
memuluskan rencana mereka. Itu lebih buruk dari iklan.” Jawab Boss Ma.
“Meski begitu, kita tidak boleh diam saja dihancurkan
Geumsan dan BK.” Ucap Tae Baek.
“Ya kau benar. Mereka pasti akan bergantung pada model
iklan mereka, kalau begitu kita harus menggunakan warga biasa untuk iklan kita.
Agar terlihat kontras yang jelas diantara keduanya. Dengan cara itu kita dapat
memperlihatkan bagaimana perusahaan besar melawan perusahaan kecil. Dengan kata
lain si kaya melawan si miskini.” Jawab Boss Ma.
“Warga biasa? Siapa menurutmu yang pantas memerankannya?”
tanya Tae Baek.
“Ada,
tapi mustahil mendapatkannya.” Jawab Boss Ma.
“Siapa orangnya? Aku ahli dalam membujuk.” Ucap Tae Baek.
Keesokan harinya, Tae Baek sudah ada di ruangan Presdir Nam.
Ia sedang membujuk Presdir Nam
untuk menjadi model iklannya. Presdir Nam awalnya menolak. Membintangi
iklan sendiri, hal yang tidak masuk akal menurutnya. Bukan Tae Baek namanya
kalau menyerah begitu saja. Ia bilang banyak pengusaha yang menjadi model
iklannya sendiri. Presdir Nam
pun berkata meski dia bersedia, tapi anaknya tidak akan mungkin mau melakukan
itu. Tae Baek bilang asalkan Presdir Nam setuju, semua akan baik2 saja.
Tae Baek lalu beranjak pergi. Presdir Nam memanggil Tae Baek dan bertanya
Tae Baek mau kemana. Tae Baek pun bilang seperti yang dibilang Presdir Nam,
kalau waktu adalah uang. Jadi dia akan pergi bekerja.
Anak Presdir Nam sedang asyik berolahraga.
Tiba2, Tae Baek datang. “Hari ini sangat cerah.” Ucap Tae Baek. “Siapa kau?”
tanya anak Presdir Nam.
“Kita pernah bertemu sebelumnya. Aku adalah seketaris Presdir Nam.” Ucap Tae
Baek mengenalkan dirinya. Anak Presdir Nam tersenyum sinis. Tae Baek
mengoceh lagi, “Tema iklan yang kami buat adalah menyentuh hati. Itu hanya
datang dari ketulusan. Pikirkanlah, jika ayahnya asli, tapi anaknya bukan anak
kandung. Iklannya tidak akan sempurna.”
“Apa kau tidak tahu aku bekerja dimana?” tanya anak Presdir
Nam.
“Itulah kenapa kami ingin kau melakukannya. Agar mereka
tidak melakukan penekanan lebih dalam.” Jawab Tae Baek.
“Kau dan ayahku benar2 gila.” Ucap anak Presdir Nam.
“Ya, kami memang gila. Aku gila karena iklan. Dan ayahmu
gila karena termos. Aku akan mengikutimu setiap hari sampai kau menyetujuinya.”
Jawab Tae Baek.
Anak Presdir Nam tertawa, lalu berkata, “Coba
saja kalau bisa.”
Anak Presdir Nam mempercepat larinya. Sebelum
mengejar anak Presdir Nam,
Tae Baek bilang kalau dia juga pelari yang hebat. Anak Presdir Nam berlari
begitu cepat, membuat Tae Baek kewalahan mengejarnya. Tae Baek yang sudah tidak
sanggup lagi berlari, terjatuh.
Di hari berikutnya, Tae Baek kembali mengikuti anak Presdir
Nam
yang lagi marathon. Anak Presdir Nam mengeluh, “Kau lagi.”
Tae Baek dengan penuh senyuman menjawab, “Bukan waktu yang
tepat kan
melihatku sekarang.”
Gara2 gak memperhatikan jalan, Tae Baek jatuh kejengkang
akibat disenggol orang.
Di hari selanjutnya, Tae Baek masih aja mengikuti anak
Presdir Nam.
Tae Baek berkata, “Kalau aku menang, kau harus setuju. Tapi kalau aku kalah,
aku akan berhenti mengikutimu.” Ucap Tae Baek.
Tapi baru beberapa langkah, Tae Baek sudah kelelahan.
Tae Baek mengaduh kesakitan. Ternyata kakinya sedang
diobati oleh Ma Yi Cha dan Hassan. Ma Yi Cha dan Hassan mengoleskan salep ke
kaki Tae Baek yang selonjor di atas meja. Di atas meja ada sekeranjang buah.
Sun Hye menusuk buah yang sudah diiris dengan garpu, lalu memberikannya pada Ma
Yi Cha. Ma Yi Cha menerima buah pemberian Sun Hye, lalu memberikannya ke
Hassan. Hassan memasukkan buah itu ke mulut Tae Baek. Sun Hye mengambilkan buah
lagi, tapi lagi2 Ma Yi Cha memberinya ke Hassan dan Hassan memasukkannya ke
mulut Tae Baek.
(Huahahahha, kasihan Sun Hye. Buah itu kan sebenarnya buat Ma Yi Cha).
Tiba2, Boss Ma berseru senang, “Kenapa tidak terpikirkan
olehku!”
“Apa itu?” tanya Tae Baek.
“Kurasa aku sangat jenius. Kalian setuju kan?” jawab Boss Ma dengan gayanya yang
unik.
Pertanyaan Boss Ma mendapat senyuman aneh dari Staff GRC. Boss
Ma pun tersenyum penuh arti.
(Wah, apa nih yg bakal dilakuin Boss Ma. Sumpah, saya jatuh
cinta sama Boss Ma! Lucu sih).
Kali ini, mantan boss Tae Baek yang mengikuti anak Presdir Nam!!
“Siapa kau?” tanya anak Presdir Nam.
“Namaku Kim Man Soo. Aku yang jatuh di lift saat kau datang
Termos Bak Nyeon. Dulu aku tunawisma, tapi berkat ayahmu, hidupku kembali
normal.” Jawab Man Soo.
Setelah Man Soo, ada lagi karyawan Bak Nyeon yang mengikuti
anak Presdir Nam.
Namanya Song Jin Soo. Anak Presdir Nam protes, “Kenapa kalian
mengikutiku terus!”
“Kau tahu, dengan catatan kriminal yang kumiliki, tidak ada
seorang pun yang mau mempekerjakanku. Tapi ayahmu sangat baik. Dia memberikanku
kesempatan itu.”
Lalu ada lagi karyawan Bak Nyeon, seorang pria muda
berkacamata.
“Saat ayahku meninggal, dia berkata pada ayahmu kalau dia
bisa beristirahat dengan damai. Dia percaya ayahmu bisa mengurusku. Sejak
itulah aku mengikuti ayahmu.”
Orang selanjutnya adalah Boss Ma! Anak Presdir Nam yang sudah
kesal bertanya, “Kau ini siapa? Kisah hidup seperti apa yang akan kau
ceritakan?”
Boss Ma diam saja. Anak Presdir Nam menegurnya lagi.
“Aku adalah Presdir GRC. Aku yang membuat iklan untuk
termos ayahmu. Sama seperti ayahmu, aku menaruh jiwa dan pikiranku untuk iklan
ini.” Jawab Boss Ma.
Anak Presdir Nam yang mulai lelah berlari,
berhenti berlari. Dengan gayanya yg lucu, Boss Ma juga berhenti berlari. Tiba2,
ada seseorang yang memberikan termos ke anak Presdir Nam. Ternyata Presdir Nam yang
memberikan termos itu. Presdir Nam
berkata, “Kami hanya perlu berlari untuk iklan ini.”
“Apa ayah sanggup berlari dengan usia ayah yang sudah tua?”
“Apa kau lupa? Aku punya rekor berlari terbaik dibandingkan
denganmu.” Jawab Presdir Nam.
Boss Ma memperhatikan ayah dan anak itu dengan wajah
lucunya.
Anak Presdir Nam akhirnya mengambil termos itu. Kemudian meminum isinya.
Anak Presdir Nam lalu berkata, “Aku minta
bayaran tinggi untuk iklan ini.”
Presdir Nam
tersenyum bahagia. Mereka pun akhirnya berlari bersama. Di belakang, Tae Baek
dan Boss Ma mengikuti pakai mobil. Tae Baek merekam kegiatan ayah dan anak itu.
Presdir Nam
mentraktir karyawannya dan Staf GRC. Dengan wajah berseri2, ia berkata, “Jangan
sampai ada sebutir nasi yang tersisa. Kalau aku melihatnya, kalian harus
membersihkan kamar mandi selama seminggu.”
Tapi kebahagiaan Presdir Nam tidak berlangsung lama. Mereka
semua tercengang melihat berita di TV. Di TV, ditayangkan uji coba termos BK
dan Bak Nyeon. Dikatakan, produk BK lebih unggul dari Bak Nyeon. Dikatakan juga
air yang ada di termos Bak Nyeon merembes kesamping. Presdir Nam geram
melihat tayangan itu. Ia memanggil salah satu karyawannya, Kepala Park.
Di ruangannya, Addie melihat tayangan uji coba produk BK
dan Bak Nyeon dengan penuh senyuman. Ia lantas menghubungi Ah Ri. Ah Ri
yang sedang menyetir, berkata setelah tayangan itu pasti banyak ulasan negative
ttg Termos Bak Nyeon di internet. Addie lalu berkata sudah bicara dengan
direktur untuk mengembalikan posisi Ah
Ri ke semula.
(Grrrrrr,, Addie Kang, Ah Ri dan
CEO Baek licik parah)
Boss Ma, Tae Baek dan Kepala Park
mendatangi stasiun TV itu.
“Termos Bak Nyeon sudah diverifikasi pemerintah! Data2 ini
benar. Jadi bagaimana mungkin kalian bisa menyiarkan berita palsu seperti itu!”
protes Kepala Park.
“Tadi hasil yang kami dapatkan berbeda setelah melakukan
uji coba.” Jawab pihak stasiun TV.
“Kalau begitu lakukan uji coba sekali lagi. Siapa tahu ada
kekeliruan.” Ucap Tae Baek.
“Apa kau pernah melihat siaran ulang seperti ini? Sebaiknya
kalian pergi. Aku sibuk.” Jawab pihak stasiun TV.
Tae Baek mau mengejar, namun ditahan Boss Ma. Lalu,
terpampang iklan termos BK di TV. Boss Ma berkata, “Kehancuran kita sudah 99%.”
“Tapi kita masih punya 1% untuk menang. Bagiku 1% sama
dengan 100%.” Jawab Tae Baek.
Di salah satu swalayan, termos2 Bak Nyeon dimasukkan ke
dalam trolly oleh karyawan swalayan itu. Mereka menggantinya dengan termos BK!!
Di Geumsan, Tim AE bahagia melihat grafik penjualan BK
meningkat. Ji Yoon yang ada di tengah2 mereka terlihat sedih.
Ah Ri yang sudah kembali ke kantor, disambut tepuk tangan
oleh Tim AE. Ah Ri tersenyum bahagia dan memuji2 kerja keras Tim AE. Lee Eun
Hye berkata kalau Ah Ri
seperti kerasukan saja karena dari tadi memuji2 mereka.Salah seorang dari
mereka meminta ditraktir kopi oleh Ah
Ri. Ji Yoon pun berkata akan
segera membeli kopi. Ah Ri melarangnya. Ia berkata biar dia saja yang pergi
membelinya. Gak hanya itu, ia juga minta maaf pada Ji Yoon atas kelakuannya
kemarin2 pada Ji Yoon.
Ah Ri yang mau pergi beli kopi, bertemu dengan seketaris
Direktur Hwang yang kemarin melabraknya. Dengan sinis ia berkata, “Aku rasa aku
tidak mengambil tali yang busuk.”
Setelah mengatakan itu, ia pun melangkah pergi.
Tim AE lantas membahas Termos Bak Nyeon. Eun Hye tanya pada
Shin, “Apa mereka bangkrut gara2 iklan yang kita buat?”
Shin diam saja. Eun Hye tanya lagi apa benar berita
kebangkrutan itu. Shin pun akhirnya menjawab, “Mereka juga membuat iklan, tapi
BK mencekik iklan itu. Dimulai dari bank yang tidak mau meminjamkan uang pada
mereka.”
“Apa maksudmu?” tanya Ji Yoon kaget.
“BK menginginkan lokasi Bak Nyeon. Jadi mereka melakukan
segala cara untuk mendapatkannya.” Jawab Shin.
Di ruangannya, Presdir Nam menatap sedih skesta konsep
iklannya. Lalu, masuklah dua karyawannya. Presdir Nam tanya bagaimana dengan media?
Seorang karyawan menjawab kalau data2 Bak Nyeon benar, dan mereka akan
melakukan siaran ulang. Presdir bangkit dari duduknya dan berteriak marah.
“Media sudah memblokir penjualan Bak Nyeon! Jadi apa
gunanya siaran ulang itu!”
“Bank Woo Jin menolak memberikan pinjaman. Pemasukan kita
benar2 berkurang. Bulan ini mungkin bisa ditutupi dengan keuntungan tapi bulan
depan yang menjadi masalah.” Ucap karyawan itu lagi.
Jelas berita itu membuat Presdir Nam bertambah syok.
CEO Baek bertemu dengan Addie di kantornya. CEO Baek
berkata kalau ini adalah kali pertama hometech BK memimpin penjualan sejak
pertama kali diluncurkan.
Addie menjawab, “Terima kasih sudah memberi kepercayaan
pada Geumsan.”
“Apa tujuanmu sebenarnya? Aku yakin tujuanmu bukan hanya
iklan termos ini.” Tanya CEO Baek.
“Kudengar BK sudah akan membuat iklan baru. Aku harap BK
memilih Geumsan untuk menggarap iklan itu.” Jawab Addie.
“Kalau terlalu berambisi bisa menjadi masalah.” Jawab CEO
Baek.
“Lebih baik memiliki ambisi yang banyak.” Ucap Addie.
CEO Baek tersenyum, lalu bertanya seberapa besar ambisi
Addie. Kemudian, ponsel CEO Baek berdering. Telepon dari Ji Yoon.
“Ada
apa? Tidak biasanya kau menelponku?” tanya CEO Baek.
“Apa kau sudah makan malam? Aku ingin mentraktirmu makan.”
Jawab Ji Yoon.
Sementara itu di GRC, para staff terlihat lesu. Boss Ma
mengeluh, “Sejak Bak Nyeon tidak membayar kita, kita jadi tidak bisa bekerja.”
“Presdir Nam
pasti sedang berpikir keras.” Bela Tae Baek.
Lalu masuklah Presdir Nam. Boss Ma langsung menyambut
kedatangan Presdir Nam.
“Apa yang membuatmu datang ke sini?” tanya Boss Ma.
“Aku membawakan oleh2.” Jawab Presdir Nam.
Ma Yi Cha, Sun Hye dan Hassan memakan oleh2 yg dibawa
Presdir Nam.
Boss Ma tampak ragu2 memakannya. Sedang Tae Baek diam saja. Melihat itu,
Presdir Nam bertanya, “Ada apa dengan kalian?”
“Aku merasa ada sesuatu yang mau kau bicarakan. Jadi aku
makannya nanti saja setelah kau selesai bicara.” Jawab Boss Ma.
“Maafkan aku. Kesepakatan kita sebaiknya dibatalkan.” Ucap
Presdir Nam.
Semua kaget mendengarnya.
“Apa maksudmu?” tanya Tae Baek.
Presdir Nam
tersenyum, lalu menjelaskan, “Tidak ada dana yg masuk. Bukan hanya untuk iklan,
tapi aku juga tidak bisa membayar gaji karyawan.”
“Kau tidak bisa membatalkannya. Meskipun harus memotong
anggaran, iklan harus tetap jalan.” Ucap Boss Ma.
Presdir Nam
tersenyum, lalu berkata, “Itu tidak mungkin.”
Presdir Nam
lalu mengeluarkan sebuah amplop dari saku jaketnya dan meletakkannya di meja.
“Ini memang tidak banyak. Tapi kalian sudah berusaha.
Terima kasih karena sudah membuat kenangan yg indah untukku.” Ucap Presdir Nam.
“Ini pasti ulah BK kan?”
tanya Tae Baek.
“Siapa yang bisa kusalahkan. Ini memang kekuranganku dalam
berbisnis.” Jawab Presdir Nam.
Setelah mengatakan itu, Presdir Nam beranjak pergi. Semua terlihat
sedih.
Tae Baek mengejar Presdir Nam.
“Aku tidak akan menyerah karena hal ini. Kekuatan iklan,
aku bahkan belum menunjukkannya padamu.” Ucap Tae Baek.
Presdir Nam
meletakkan tangannya di pundak Tae Baek dan berkata, “Aku sudah melihatnya. Dan
hatiku tergerak karena itu. Jaga bakatmu agar kau bisa bekerja di perusahaan
yang lebih baik.”
Presdir Nam
pun melangkah pergi. Tae Baek memandangi kepergian Presdir Nam dengan
perasaan campur aduk.
Tae Baek melihat dari atas jembatan. Suasana malam yang
dipenuhi kendaraan yang berlalu lalang. Ia pun berteriak sekencang2nya.
(Duuh, kasihan Tae Baek)
Ji Yoon dan ayahnya makan bersama. Sambil mengaduk2
makanannya, CEO Baek tanya kenapa Ji Yoon mengajaknya makan malam.
CEO Baek berhenti makan, lalu bertanya apa yang mau
dikatakan Ji Yoon.
“Aku hanya ingin menunjukkan padamu, Presdir. Banyak org
yang ingin melindungi hal2 yg kecil. Mengenai perusahaan Presdir Nam, jangan kau
ganggu lagi.” Jawab Ji Yoon.
“Itu bukan urusanmu. Mengelola bisnis adalah seleksi alam.
Perusahaan yang gagal berarti akan punah dalam kompetisi.” Ucap Presdir Baek.
“Ini bukan masalah menang atau kalah dalam kompetisi. Tapi
mereka dicekik oleh perusahaan raksasa.” Jawab Ji Yoon.
Presdir Nam
menatap Ji Yoon kesal.
“Apa kau ingat sahabatku Sun Mee? Dia adalah putrid Presdir
Kim Yong In. Perusahaannya bangkrut karena BK mencuri hak paten mereka dan
memotong dana mereka.” Ucap Ji Yoon lagi.
CEO Baek tersentak, lalu berkata kalau Ji Yoon selalu
mengulang cerita yang sama.
“Karena kau President, ayah sahabatku bunuh diri. Aku masih
melihat dalam mimpiku sekarang dan nanti!” jawab Ji Yoon histeris.
“Bukan aku yang menciptakan dunia ini. Dia tidak bisa
beradaptasi dengan dunia, mencoba menguasai hokum yang memang sudah mengatur
semua itu. Ada
orang yang terlambat beradaptasi dengan dunia. Itu bukan masalahku, tapi
masalah mereka.” Ucap CEO Baek membela diri.
Ji Yoon kecewa mendengar jawaban ayahnya. Matanya mulai
berkaca2. Ji Yoon lalu berkata, “Aku satu2nya orang yang terlambat.”
CEO Baek tersentak dengan kalimat putrinya. Ji Yoon
melanjutkan lagi omongannya, “Aku kira semua kesialanku bukan salahmu, Presdir.
Tapi paling tidak kau bisa mengurangi jumlah kesialan nasibku.”
Ji Yoon dalam perjalanan pulang. Ia duduk di bis dengan
wajah sedih. Tak pernah ia sangka kalau ayahnya sekejam itu. Tega menindas
orang2 yg lemah. Memori masa lalu saat menghadari pemakaman ayah Sun Mee,
terputar di otaknya. Ji Yoon ikut bersedih atas meninggalnya ayah Sun Mee. Sun
Mee menatap Ji Yoon dengan penuh kebencian. Ia tak bisa terima perlakukan ayah
Ji Yoon pada keluarganya.
(Kasihan Ji Yoon. Dia kehilangan sahabatnya gara2 kekejaman
ayahnya).
Air mata Ji Yoon pun tumpah teringat kenangan menyakitkan
itu.
Di mobilnya, CEO Baek diam saja. Ia teringat kata2 Ji Yoon
tadi soal nasib sial yang menimpa Ji Yoon. Anak buah CEO Baek bertanya apa yang
akan mereka lalukan pada perusahaan Presdir Nam. CEO Baek dengan dinginnya
menjawab kalau mereka akan melakukan rencana semula.
Di GRC, Boss Ma duduk sendirian. Ia sedang menonton rekaman
video Presdir Nam.
Tae Baek datang. Ia juga sama lesunya dengan Boss Ma. Tae Baek bertanya kemana
yang lainnya. Boss Ma bilang kalau mereka semua kecewa dengan apa yang terjadi,
jadi ia menyuruhnya ke tempat karaoke.
Boss Ma menawari Tae Baek minum. Sambil minum, Tae Baek
menonton rekaman video Presdir Nam
saat ia masih menjadi seketaris Presdir Nam. Tae Baek bercerita kalau
Presdir Nam
menamai perusahannya Termos Bak Nyeon dengan harapan agar usia perusahaan itu
panjang. Tae Baek terus melihat video rekaman itu dan berkomentar kalau iklan
itu pasti menjadi yang paling mengagumkan. Boss Ma bilang entah iklan itu jadi
atau tidak, pasti Presdir Nam
dan anaknya yang paling ingin melihat iklan itu.
Tae Baek berkata, “Aku tidak mengerti. Kenapa org2 tidak
melihat barangnya? Mereka tidak perlu melihat filosofi bisnis atau semacamnya.
Seharusnya mereka melihat etika perusahaan itu. Bermoral atau tidak. Atau hanya
tergila2 pada uang!”
“Kau benar. Tapi kata2 itu tidak keluar begitu saja. Kata2
itu bisa keluar dari dalam hati. Orang2 yang berkata kasar dan mengkritik
adalah pengkritik. Tapi kita ini adalah org2 iklan. Keluhan tentang
ketidakadilan harus dituangkan ke dalam iklan secara halus, lalu tunjukkan pada
dunia itulah misi iklan. Tetap diingat keluhan itu adalah kreatifitas.” Jawab
Boss Ma.
“Ya kau benar.” Jawab Tae Baek bersemangat.
“Aku jadi malu.” Ucap Boss Ma dengan wajah lucunya.
“Ayo kita membuat iklan.” Ajak Tae Baek.
“Apa sekarang kita harus membuatnya?” tanya Boss Ma.
“Kita tidak harus membuat iklan secara penuh, cukup video
klip saja.” Ucap Tae Baek.
“Hey, jangan buru2. Minumlah soju dulu.” Jawab Boss Ma.
“Kita harus tunjukkan pada semua org bahwa bisnis seperti
itu ada. Gunakan iklan dan media.” Ucap Tae Baek.
“Aku ngantuk.” Ucap Boss Ma.
“Hey, apa kau lupa dengan kata2mu tadi tentang misi iklan?”
tanya Tae Baek.
“Saat ini aku tidak punya keluhan tentang dunia.” Jawab Boss
Ma.
Lalu, masuklah Ma Yi Cha dan yang lain. Yi Cha menghidupkan
lampu dan tanya apakah sang ayah sedang mengikuti jejak Presdir Nam yg super
duper pelit. Tae Baek menghampiri mereka dan berkata kalau ini saat yang tepat
untuk membuat iklan lagi.
Dengan tingkahnya yg lucu, Boss Ma bilang kalau Tae Baek
sudah membangkitkan semangatnya lagi.
Ia lalu menyuruh Sun Hye duduk di computer. Hassan disuruh
membuat camilan dan Ma Yi Cha disuruh memilih2 lagu. Boss Ma juga bilang kalau
dia sudah mendapatkan judul untuk iklan mereka yaitu Sehari Dalam Kehidupan
Presdir Nam.
Semua memuji judul itu. Boss Ma mengingatkan Sun Hye agar tak lupa menuliskan
nama GRC di akhir iklan dan versi pertama dibuat dalam durasi 5 menit dan
disisipkan lagu yang menyentuh.
Tae Baek senang melihat semuanya kembali bersemangat.
Keesokan harinya, Presdir Nam masuk ke kantin karyawan. Ia
membetulkan letak kursi yang tidak rapi. Gak hanya itu. Ia juga membersihkan
kamar mandi dan mengepel seluruh lantai. Setelah itu, Presdir Nam beranjak
pergi dari kantornya. Kim Man Soo bertanya kemana Presdir Nam akan pergi.
Presdir Nam
tidak menjawab. Ia hanya menyuruh Man Soo menjaga perusahaan itu dengan baik.
Di GRC semua senang karena di internet pencarian teratas
adalah untuk video klip mereka, Sehari Dalam Kehidupan Presdir Nam. Tiba2,
telepon GRC berbunyi. Boss Ma yang menerima telepon. Si penelpon adalah PD EBC
Park Jung Min. Orang EBC itu mau
mengundang Presdir Nam
ke acaranya.
Tae Baek juga mendapat telepon. Man Soo yang menelpon,
memberitahu kalau Presdir Nam
sedang menuju BK untuk menjual perusahaannya.
Tae Baek pun langsung meluncur ke BK dengan mengendarai
mobil pick upnya.
BERSAMBUNG
0 comments
Post a Comment