Ad Genius Lee Tae Baek Eps 2

No Comments


Di layar tampak tulisan ‘PLAY DREAMING DRIVING’. President No tersenyum. Ia sangat puas dan berkata kalau itu sangat menyenangkan. Addie mengucapkan terima kasih atas pujian yang diberikan President No. President No berkata kalau konsep iklan yang dibuat Geumsan sangat bagus. Ia pun setuju bekerja sama dengan Geumsan. Semua tersenyum setelah President No dan staf2nya meninggalkan ruangan.


Diluar, Tae Baek memandang layar raksasa yang menampilkan karyanya. Ia sangat kecewa.
“Kau sudah melihatnya kan?” tanya Ji Yoon. Tae Baek menoleh ke Ji Yoon yang berdiri di belakangnya. Ji Yoon mendekati Tae Baek. “Apa yang terjadi? Meski aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi ini curang. Itu bukan hanya karyamu, tapi juga karyaku!” ucap Ji Yoon kesal.


Tim Geumsan Advertising merayakan kesuksesan mereka dengan minum2. Addie tiba2 berdiri dan berkata masih ada yang harus dia selesaikan. Im Hwa berkata kalau tokoh utama tidak boleh pergi sebelum acara berakhir. Addie lalu mengeluarkan kartu kreditnya dan berkata, “Bukankah ini lebih penting dari aku? Terserah seberapa banyak yang kalian pesan, bayarlah dengan ini.”
Lalu Addie memberikan kartu kreditnya pada Lee Eun Hye. Addie pun beranjak meninggalkan mereka. Ah Ri menatap kepergian Addie. Tiba2, ponsel Ah Ri berdering. Telepon dari Ji Yoon.
“Dimana kau sekarang? Ada yang mau kukatakan padamu. Ini tentang Lee Tae Baek.” Ucap Ji Yoon.
Seketika wajah Ah Ri langsung berubah.
“Dimana kau?” tanya Ah Ri.


Ji Yoon dan Tae Baek sama2 menunggu Ah Ri. Tae Baek masih terlihat kecewa. Ji Yoon lalu tanya apa hubungan Tae Baek dengan Ah Ri. Tae Baek hanya bilang kalau Ah Ri adalah seseorang yang dikenalnya. Ah Ri pun datang dan meminta Ji Yoon meninggalkan mereka. Ji Yoon menolak dan bilang kalau dia juga harus ada di sana. Ah Ri menatap tajam Ji Yoon. Tae Baek menyuruh Ji Yoon pergi karena ingin ngomong berdua dengan Ah Ri. Ah Ri berubah pikiran Ia melarang Ji Yoon pergi.


“Sekarang jelaskan, kenapa kau juga harus berada di sini?” tanya Ah Ri.

“Karena aku yang menulis tagline untuk iklan mobil Tae Baek. Tolong jelaskan pada kami. Kenapa iklan yang dibuat Tae Baek dipakai untuk iklan mobil Dae Sung?” jawab Ji Yoon.

Tae Baek juga menanti penjelasan Ah Ri.

Ah Ri tersenyum lalu menjelaskan semuanya. “Konsep yang dipakai adalah konsep Manajer Umum. Konsep kalian memang hampir sama. Itulah alasannya kenapa konsep kalian ditolak.”


Ada flashback, saat Tae Baek menyerahkan konsep itu pada Ah Ri. Lalu, Lee Eun Hye juga menyerahkan konsep yang sudah dipilih Addie. Konsep keduanya memang nyaris sama.
Tae Baek tersenyum dan bertanya, “Apa kau mau aku percaya padamu?”
“Jika kau tidak percaya, Ji Yoon bisa menanyakan pada yang lain besok. Kau hanya perlu mengkofnfirmasi waktu dan kapan konsep itu diterima.” Jawab Ah Ri.
“Lalu kenapa tagline-nya bisa sama? Apa itu masuk akal?” tanya Tae Baek.
“Tentu saja tidak masuk akal.” Jawab seseorang.


Ternyata Addie yang menjawab. Ji Yoon, Tae Baek dan Ah Ri kaget dengan kedatangan Addie. Addie pun berjalan ke arah mereka. Sebelum memberikan penjelasan, Addie menyeduh secangkir kopi. Tampak Ji Yoon, Tae Baek dan Ah Ri sudah duduk. Addie pun memulai penjelasannya.

“Tagline-mu sangat bagus. Karena itulah aku memilihnya. Maaf karena aku menggunakannya tanpa izin.” Ucap Addie pada Ji Yoon.

Ji Yoon tak sanggup berkata2 apa.


“Tim berpikir kalau konsep itu murni karya Ketua Tim Go. Tapi kita bisa meluruskan kalau tagline-nya adalah milik Ji Yoon. Tapi yang menjadi masalah di sini adalah Tae Baek mengizinkan Go Ah Ri mengakui karya itu sebagai karyanya. Aku rasa Ketua Tim Go tidak bersalah. Masalahnya ada pada Tae Baek.” Ucap Addie.

Addie lalu menatap Ji Yoon. “Jika kau mau memperkarakan masalah ini ke pengadilan, aku akan membantumu.”

“Aku tidak akan melakukannya. Tapi kau harus menyelesaikan utang piutangmu dengan Tae Baek.” Jawab Ji Yoon.
“Baek Ji Yoon.” Protes Tae Baek.
“Aku yang akan menyelesaikan masalah itu dengan Tae Baek.” Jawab Ah Ri.
“Lebih baik diselesaikan sekarang. Tujuan dari konsep itu dibuat adalah agar cek subkonatraktor Tae Baek cair.” Jawab Ji Yoon.
“Baik. Kita akan selesaikan masalah itu. Apa ada lagi?” tanya Addie pada Ji Yoon.
“Tidak.” Jawab Ji Yoon.


Tae Baek menatap konsepnya yang ada di meja. Addie pun hendak pergi, namun langkahnya terhenti karena Tae Baek memanggilnya.

“Apa ada lagi yang mau kau katakan?” tanya Addie.
“Apa kau lahir di tahun ular?” tanya Tae Baek.
“Apa maksudmu?” Addie bertanya balik. Ji Yoon dan Ah Ri menatap Tae Baek bingung.
“Aku ingin tanya padamu.” Ucap Tae Baek.
“Apa?” tanya Addie.
“Apa kau akan menggunakanku atau tidak?” tanya Tae Baek.
“Apa kau tidak mendengar apa yang tadi sudah dikatakan?” sela Ah Ri.
“Apa kau punya bukti kalau kau tidak menyalin konsepku?” tanya Tae Baek.
“Konsepmu itu hanya dasarnya saja.” Jawab Addie.
“Apa?!” kata Tae Baek gak terima.
“Konsepmu juga sama dengan punyaku. Jadi aku terus mengamatinya. Desainmu itu sangat kekanak2an.” Jawab Addie.


Addie kembali duduk di tengah2 mereka dan melanjutkan kata2nya.
“Sebuah gambar tidak akan berarti kalau hanya menjadi gambar saja. Dan gambar seperti itu tidak bisa disebut iklan.”
“Apa mencuri karya orang lain bisa dibilang iklan? Apa seperti itu motto Geumsan? Mencuri lalu mengabaikan?” tanya Tae Baek.
“Sudah cukup! Kenapa kau seperti ini?” sela Ah Ri.
“Alu baik2 saja.” Ucap Addie, lalu mengambil desain Tae Baek.
“Dulu aku kuliah di psikologi periklanan. Jadi aku bisa menganalisis identifikasi pada gambar. Dalam konsepmu, mobil terletak di atas dan di bagian kanan kertas. Ini adalah gejala org2 yang punya mimpi tapi bisa mewujudkannya. Dan sebaliknya, mobil2 yang digambar kecil. Itu artinya… rasa rendah diri, martabat yang rendah. Mekanisme pertahananmu sangat berlebihan. Seorang regresif yang terfokus pada dunia sendiri, sering menunjukkan elemen itu.” Ucap Addie.
Ji Yoon tidak percaya dengan kata2 Addie. Ah Ri melirik Tae Baek. Tae Baek tanya apa analisa itu tentang dirinya. Addie berkata, “Seperti dua dunia yang bentrok. Kenyataan yang gelap dan masa depan yang tidak terjangkau.”


Addie meletakkan desain Tae Baek di meja. Tae Baek menatap Addie penuh emosi. Ia meremas kertas desainnya dan bertanya apa ada lagi yang mau dikatakan Addie. Addie pun melanjutkan kata2nya, “Mobil merah pada gambarmu, menunjukkan agresi yang berlebihan. Karena suasana yang semakin memanas, Ji Yoon mengajak Tae Baek pergi. Addie berkata lagi, “Bolehkah aku memberimu saran sebagai orang periklanan dan seniormu?”
“Jangan!” teriak Tae Baek.
Addie bangkit dari duduknya. Ah Ri juga melakukannya.
“Luruskan lipatanmu dari pikiran miring dan kehidupanmu yang kusut akan terungkap.” Ucap Addie.
Emosi Tae Baek makin berlipat2. Ia semakin meremas kertas desainnya dan melemparnya melewati Addie.
“Kertas lusuh akan terbang jauh. Ingat itu!” ucap Tae Baek emosi.
Addie tersenyum simpul mendengar kata2 Tae Baek. Sedang Ah Ri merasa kasihan pada Tae Baek.


Tae Baek dan Ji Yoon pergi meninggalkan Geumsan. Langkah Tae Baek terhenti di depan pintu Geumsan. Ji Yoon sedikit bercanda dengan bilang kalau lemparan Tae Baek tadi sangat bagus dan membuatnya merasa lebih baik. Tae Baek menatap Ji Yoon. Ji Yoon menjelaskan kalau konsep Tae Baek dan Addie memang nyaris sama, tapi tidak mungkin Addie menjiplak karya org lain. Tae Baek menjawab kalau dia tidak menuduh Addie mencuri, tapi Addie sudah menghina karyanya. Itu yg tak bisa diterimanya.
“Aku tidak tahu seberapa berbakatnya dia tapi tidak ada seorang pun yang berhak mengatakan gambar itu tidak berarti. Ini tentang hasil kerja org lain.” Ucap Tae Baek.


Ah Ri di ruangan Addie. Ah Ri berkata, “Aku tidak peduli apapun hukumannya. Aku akan menerimanya.”
Addie bertanya, “Kalau begitu apa hukumannya? Kau sudah dengan baik melakukannya.”
“Apa?” tanya Ah Ri bingung.
“Kau akan dihukum.” Ucap Addie sambil melihat2 kertas2 yang dipegangnya.
Addie lalu menatap Ah Ri dan berkata, “Jika proyek ini gagal, tidak peduli menyuap atau mencuri karya orang lain, jangan pernah ragu untuk melakukannya. Dan cepat atasi masalah ini. Itu juga alasan kenapa gajimu tinggi.”
Ah Ri mengangguk dan berkata, “Aku akan mengingatnya.”


Sambil berjalan ke motornya, Tae Baek bertanya pada Ji Yoon, apa Ji Yoon tidak berlebihan tadi mengingat Ji Yoon adalah pegawai magang. Ji Yoon menjawab dengan mantap kalau dia bertanggung jawab untuk urusan itu dan meminta Tae Baek tidak khawatir. Tae Baek melarang Ji Yoon cerita pada org2 Geumsan kalau mereka punya hubungan baik. Ia meminta Ji Yoon berbohon dengan mengatakan kalau dirinya mengancam Ji Yoon sehingga Ji Yoon mau membantunya. Ji Yoon tersenyum dan bilang kalau dia memang akan melakukan itu.


Tae Baek hendak naik motornya tapi urung dilakukan. Ia menatap gedung Geumsan dan berpikir untuk melakukan satu hal lagi. Ji Yoon bingung apa yang mau dilakukan Tae Baek. Tae Baek berteriak, “Hai orang2 Geumsan! Tunggu dan lihatlah! Sekarang dunia memang milikmu. Tapi aku pasti akan membuat duniaku! Kalian membuat papan iklan! Kalian membuat aturan! Aku akan membalikkan semuanya! Lee Tae Baek akan meruntuhkan papan iklan kalian! Tunggu saja!”
Ji Yoon tersenyum mendengarnya. Lalu, ada seseorang yang memarahi Tae Baek karena Tae Baek sangat berisik. Tae Baek balik memarahi mereka dan itu membuat Ji Yoon tertawa.
Tae Baek lalu naik ke motornya, memakai helmnya dan berkata pada Ji Yoon kalau semua akan baik2 saja. Setelah motor Tae Baek pergi, Ji Yoon berkata, “Tae Baek, semangat!”


So Ran sedang memakai masker dibantu neneknya. Tae Baek pulang. Nenek tanya apa Tae Baek sudah makan. Tae Baek bilang kalau dia sudah makan. Tae Baek lalu mencopot2 gambar Ah Ri yang tertempel di dinding depan mejanya. Hal itu langsung menarik perhatian So Ran. Tae Baek lalu menyingkirkan semua barang2 yg berhubungan dengan Ah Ri. So Ran tanya alasan Tae Baek melakukan itu. Nenek mencubit So Ran. Ia tahu ada sesuatu yang membuat Tae Baek melakukan itu.


Tae Baek lalu menempelkan sebuah kertas kecil berwarna pink yang bertuliskan ‘Kertas lusuh yang terbang jauh’. Ia memandangi kertas itu dengan mantap dan berkata, “Tunggu dan lihatlah aku.”


Ji Yoon di bus, juga menuliskan kata2 itu di ponselnya. Tiba2, ponsel Ji Yoon berdering. Ji Yoon menatap nama ‘President’ di layar ponselnya. Ji Yoon tidak menjawab ponselnya. Wajahnya terlihat sedih.


Keesokan harinya, Tae Baek mengendarai motornya dengan semangat. Di helmnya juga tertulis kata2 itu. Sepertinya kata2 itu memotivasi dirinya. Tae Baek pun sampai di tempat kerjanya. Teman2 Tae Baek memberitahu kalau boss mereka melarikan diri. Seorang pria menagih uang sewa kantor dan bertanya dimana boss mereka. Tae Baek bilang kalau dia juga tidak tahu kemana bossnya.


Lalu, ponsel Tae Baek berdering. Telepon dari bossnya! Tapi Tae Baek berpura2 kalau yang menelpon adalah So Ran. Ia berjalan menjauhi penagih hutang itu. Boss Tae Baek berkata, “Maafkan aku. Aku mencoba hidup dengan jujur. Kau tahu, umur 20 tahun aku pergi ke Seoul untuk masuk dunia periklanan. Tapi sekarang aku melarikan diri seperti seorang penipu. Aku bahkan tidak bisa pulang ke rumah.”
“Aku mengerti. Aku akan lakukan yang terbaik.” Jawab Tae Baek.
“Maafkan aku Tae Baek. Aku pantas mati.” Ucap bossnya.
“Semangatlah. Yoo Chan bisa depresi kalau ekspresimu seperti itu.” Ucap Tae Baek.
Oh, jadi nama anak boss Tae Baek yg lucu itu Yoo Chan toh.

Tae Baek mematikan telepon. Boss Tae Baek rupanya meminjam ponsel pengunjung yang duduk di belakangnya. Ia pun langsung mengembalikan ponsel itu dan mengucapkan terima kasih. Sementara Yoo Chan asyik makan buah.


Kantor Tae Baek sudah diacak2 para penagih hutang. Tae Baek masuk ke dalam, membungkukkan badannya dan meminta maaf. Teman2 Tae Baek heran melihatnya. Tae Baek berkata, “Kalian tidak akan mendapatkan apapun jika menjual isi dalam kantor ini. Untuk itulah, serahkan semuanya padaku.”
“Menyerahkan semua padamu?” tanya si penagih hutang.
“Aku yakin bisa mendapatkan kembali pesanan papan iklan dari semua toko di daerah ini. Aku akan membangkitkan kembali, ‘Surga Papan Iklan’.


Sementara itu di Geumsan, Ji Yoon sedang mengantarkan minuman untuk Tim AE.  Lee Eun Hye tanya kenapa Ji Yoon tidak ikut pesta dengan mereka semalam. Ji Yoon bilang kalau dia sangat lelah. Seorang dari mereka bilang kalau Ji Yoon pasti pergi kencan. In Hwa yang mendengar itu iri, karena dia belum pernah pergi berkencan.


Addie dan Ah Ri datang. Semua memberi hormat pada Addie. Ah Ri menatap tajam Ji Yoon. Addie bilang kalau mereka akan segera mengadakan rapat untuk membahas promosi iklan mobil Dae Sung. Ah Ri lalu menyuruh Ji Yoon meng-copy beberapa berkas. Ji Yoon mematuhinya.


Saat sedang meng-copy, ponsel Ji Yoon berbunyi. Telepon dari ‘President’. Sedikit ogah, Ji Yoon menjawab teleponnya. Si penelpon adalah kakek2 yang melihat kedekatan Ji Yoon dengan bibinya. Ji Yoon berkata kalau dia sedang sibuk bekerja. Kakek bilang kalau seekor naga tidak pernah lahir dari sungai yang kecil. Ji Yoon tanya apa sebenarnya ingin dikatakan ayahnya. Wow! Ternyata kakek itu ayah Ji Yoon. Ayah Ji Yoon tanya alasan Ji Yoon bekerja sbg pegawai magang di Geumsan. Ji Yoon bilang kalau dia tidak pernah merasa tempatnya bekerja adalah sungai yang kecil.


Ah Ri nyamperin Ji Yoon. Ia menegur Ji Yoon yang melakukan pembicaraan pribadi pada saat jam kerja. Ji Yoon minta maaf pada ayahnya dan berkata akan menutup teleponnya karena dia sedang sibuk. Ayah Ji Yoon kecewa Ji Yoon memutuskan telepon begitu saja. Ah Ri lalu menyuruh Ji Yoon membeli beberapa barang. Ia pun berkata sesuatu yang mengejutkan Ji Yoon.
“Berhati2lah. Minatku padamu semakin tinggi setelah kejadian semalam.”
Setelah Ah Ri pergi, Ji Yoon memandang ponsel dan catatan berisi daftar barang yang harus dibeli.


Ayah Ji Yoon sedang latihan menembak.


Tae Baek sedang membersihkan kantornya. Temannya datang dan meminta maaf pada Tae Baek yang dipanggilnya ‘Hyung’. Mereka bilang akan mencari pekerjaan di tempat lain. Tae Baek bilang kalau dia akan berusaha mencari uang. Tapi teman Tae Baek agaknya sudah bulat tekadnya untuk meninggalkan Tae Baek.


Tae Baek duduk di atas motornya. Ia terlihat sedih karena ditinggalkan oleh teman2nya. Lalu dia bergumam sendiri, “Baiklah.”
Lalu, ia berkata pada motornya, “Setidaknya aku masih punya kau. Aku ini masih muda. Kondisiku masih sempurna. Wajah? Wajah adalah seni. Untuk menyebutkan kemampuanku, cukup sekali. Kehidupan? Ya itu kehidupan. Apakah kehidupan Lee Tae Baek pernah gampang? Walaupun sudah tidak ada kesempatan untuk menang, apa salahnya mencoba sekali?”


Tae Baek mendatangi toko yang menurutnya membutuhkan papan iklan. Saat masuk ke salah satu toko, pemilik toko mengusir Tae Baek. Tae Baek tidak menyerah. Ia mendatangi toko yang lain. Kali ini ia menjanjikan diskon yang sangat besar pada si pemilik toko. Tapi si pemilik toko menolak. Tae Baek lalu beralih ke toko lainnya, dan lagi2 dia ditolak.

(Suka banget ngeliat semangat Tae Baek)


Saat sedang melangkah, Tae Baek melihat ke sebuah bangunan yang tidak ada papan nama. Di pintu bangunan itu tertulis, SEGERA DIBUKA. Tae Baek pun langsung masuk ke dalam. Pemilik toko bilang kalau Tae Baek adalah seorang pemuda yang memiliki semangat tinggi. Dan lagi2 Tae Baek ditolak. Pemilik toko memberitahu kalau ada satu tempat yang menangani semua papan nama di daerah itu.


Ada seorang pengemis yang memakai tulisan di dadanya. Lalu, ada seorang pria bertopi merah yang menghampiri pengemis itu. Pria bertopi merah itu adalah Ma Jin Ga, raja papan iklan di daerah itu. Ma Jing Ga mengambil papan yang ada di leher pengemis. Ia menuliskan sesuatu di papan itu, lalu pergi meninggalkan si pengemis.

Pemilik toko bilang siapapun yang memakai jasa Ma Jing Ga, maka penghasilan mereka akan bertambah dua kali lipat.

Dan terlihat wadah si pengemis mulai dipenuhi uang. Tulisan yang ada di dada pengemis pun sudah berganti menjadi, “Maaf karena aku duduk di kota indah ini. Aku akan pergi setelah mendapat biaya pengobatan anakku.”


Tae Baek pun mendatangi kantor Ma Jin Ga. Di depan kantor, terlihat papan iklan dengan tulisan ‘Periklanan G Future’ lengkao dengan wajah si empunya. Tae Baek pun mengingat kata2 si pemilik toko tadi, “Akan sulit memasang papan iklan di daerah ini. Meskipun hanya satu sebelum Tae Baek berhasil melawan Ma Jin Ga. Tae Baek pun masuk ke dalam kantor.


Tae Baek terkejut melihat org2 di dalamnya. Ada seorang gadis yang sedang membuat balon dengan permen karet di mulutnya. Ada seorang pria yang sedang latihan angkat beban. Dan di sofa, seorang pria bermain kartu sendirian. Gadis itu sambil membersihkan kukunya bertanya apa ada yg bisa dibantu. Tae Baek pun bertanya dimana President Ma Jin Ga. Gadis itu menunjuk ke satu tempat dimana org yg dicari Tae Baek ada di sana.


Tae Baek menemui Ma Jin Ga. Ia kaget mendapati Ma Jin Ga sedang tidur di atas kasur pijatnya. Ma Jin Ga tanpa melihat Tae Baek, tanya ada apa. Tae Baek tanya apa benar org yg dihadapannya itu President Ma. Ma Jin Gak membenarkan. Tae Baek pun memperkenalkan diri sbg pembuat papan iklan. Ma Jin Ga menanggapi Tae Baek hanya dengan jawaban, Ya. Tae Baek kesal diacuhkan Ma Jin Ga. Lalu, ia pun mengatakan maksud dan tujuannya menemui Ma Jin Ga. Ia mau menantang Ma Jin Ga secara resmi! Kata2 itu membuat Ma Jin Ga menatap Tae Baek.


Ma Jin Ga dan Tae Baek keluar dari ruangan itu.
“Pergilah, aku sedang sibuk.” Ucap Ma Jin Ga.
“Ayo kita bertarung.” Ajak Tae Baek.
Ma Jin Gak memandang Tae Baek dan bertanya, Apa kau sudah gila?
“Apa kau mau kabur?” tanya Tae Baek saat melihat Ma Jin Ga mau pergi.
“Aku mau ke kamar mandi. Katakan padaku, kenapa aku harus melayanimu!”
“Aku berani mempertaruhkan keberuntunganku.”
“Semuanya?”

Tae Baek lalu menunjuk ke satu arah. Orang yang akan barbell tadi melihat ke arah yang ditunjuk Tae Baek. Tae Baek mempertaruhkan sepeda motornya! Orang yg angkat barbell itu terlihat senang. Ma Jin Ga menolak. Ia bilang tak butuh motor Tae Baek karena dia tak melakukan pengiriman apapun. Orang yg angkat barbell tadi membujuk Ma Jin Ga menerima tawaran Tae Baek. Ma Jin Ga bilang kalau ada urusan yang harus dia selesaikan. Orang yang angkat barbell itu tanya, “Apa kau takut?”
Ma Jin Ga melongo.  Org yg angkat barbell tadi melanjutkan kata2nya. “Setiap kali ayah takut, ayah pasti bilang mau pergi.”
Ternyata dia anak Ma Jin Ga! Orang yg main kartu sendirian berseru senang, “President Ma takut!”
Tae Baek tersenyum senang. Gadis itu berseru pada Ma Jin Ga, “Kalau kau mau melakukannya, cepat lakukan, kalau tidak cepat bawa orang itu pergi karena dia sangat berisik.”

Tae Baek berkata lagi, “Kudengar kau menjalankan bisnismu dengan lancer. Jadi aku mau kita berkompetisi.”
“Kenapa aku harus melakukannya? Kau yakin tidak akan menyesal?” tanya Ma Jin Ga.
“Menyesal? Apa itu menyesal?” tanya Tae Baek.
Ma Jin Ga lantas mendekati Tae Baek dan berkata, “Baiklah. Sepertinya nyalimu sangat besar. Aku akan melakukannya!”


Ma Jin Ga menantang Tae Baek membuat papan nama untuk toko yang terakhir didatengin Tae Baek. Ma Jin Ga bilang kalau judul itu adalah restoran ayam. Jangka waktu produksinya satu minggu. Kecuali jika aku kalah, aku akan memberikan setengah dari potensi bisnis ini untukmu. Tapi jika kau yang kalah, maka semua keberuntunganmu dan satu jarimu.
Tae Baek bertanya, “Apa kau tidak syuting Film Tae Zza?”


Tae Baek lalu melakukan sejumlah observasi. Ia lalu masuk ke dalam salah satu restoran ayam. Ia datang untuk merasakan kenikmatan ayam di sana sebagai cara untuk mendapatkan ide. Selesai makan, Tae Baek menjilati jarinya tanda ayam di sana sangat lezat.

Tae Baek lalu mulai menggambar. Ia juga memfoto hidangan ayam dengan berbagai varian dan para pengunjung.


Di Geumsan, Addie lagi rapat dengan timnya. Ah Ri bilang gak pantes membiarkan tamu VVIP berada di luar dalam cuaca dingin seperti itu. Ji Yoon memberi usul, “Bagaimana kalau menempatkan tamu VVIP di Sky Longue yang bisa melihat langsung ke LED papan iklan?”
Semua memikirkan usulan Ji Yoon.
Addie berkata, “Menikmati permainan sejajar dengan mata. Ide yang bagus.”
Ji Yoon senyum senang mendengar ucapan Addie.
Addie lalu menyuruh stafnya itu menyewa Sky Longue untuk acara mereka hari itu.
Ah Ri menatap tajam Ji Yoon. Addie yang tahu pandangan tajam Ah Ri ke Ji Yoon tanya ada apa. Ah Ri bilang kalau hal itu sangat tidak praktis. Addie menatap Ah Ri. Agaknya ia tahu Ah Ri yg merasa terancam dengan kehadiran Ji Yoon.


Di satu ruangan terlihat seorang pria sedang bermain golf. Lalu, masuklah Addie dan Ah Ri ke ruangan itu. Addie menatap pria itu dengan tatapan tak suka. Pria itu dengan cueknya tanya apa mereka punya hubungan dekat sehingga Addie dan Ah Ri bisa masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu dulu. Addie tanya kenapa Ketua Tim Go harus menghadiri lokasi hiburan untuk Direktur Jin dari perusahaan konstruksi Geum Sung? Pria itu menoleh. Addie menjelaskan kalau itu bukan wilayah Ketua Tim Go. Laki2 itu tanya, “Kenapa kau menanyakan itu padaku?”

Addie jawab, “Orang yang bertanya pada Ketua Tim Go adalah Direktur Jin.”
Pria itu menyuruh Addie menanyakan langsung pada Direktur Jin.
Addie menjawab, “Kalau Direktur Pelaksana Hwang pasti akan menanyakan dia pada kita. Baik Ketua Tim Go atau aku yang akan menghadiri acara itu.”
Pria itu lalu memandang Addie dan tanya apa Addie akan mengabaikan perintah dari atasan.
Addie menjawab cepat, Tidak. Tapi aku tidak akan mengikuti keputusan bisnis yang tidak berhubungan. Menghadiri lokasi hiburan bukan tanggung jawab Ketua Tim Go.
Ah Ri memandang Addie yang membelanya.


Addie pun beranjak pergi meninggalkan ruangan pria itu. Ah Ri menyusul Addie. Addie mengancam tidak akan memberikan Ah Ri pekerjaan jika Ah Ri menghadiri lokasi hiburan. Addie menjelaskan kalau tugas Ah Ri hari itu adalah menyewa Sky Longue.


Tae Baek mengumpulkan semua gambar hasil jepretannya. Ia memperhatikan gambar itu satu2. So Ran juga ada di sana. Sambil menikmati ayam goreng, So Ran tanya apa yang harus dilakukannya dengan uang sekolahnya. Tae Baek menjelaskan kalau yang dia lakukan ini demi biaya sekolah So Ran dan uang sewa. So Ran mau melempar Tae Baek dengan ayam tapi urung dilakukan karena kedatangan Ji Yoon.


“Kenapa aku harus mencari seseorang yang menghilang dan bertanggung jawab akan hal itu?” tanya Ji Yoon.
So Ran asyik menikmati ayam.
“Kau terlalu baik, sehingga orang2 memanfaatkan kebaikanmu itu.” Ucap Ji Yoon.
“Itu juga yang sering aku bilang padanya. Tapi siapa gadis ini?” tanya So Ran.
“Jadi kau punya pelanggan…” ucap Ji Yoon.
“Apa kau pacarnya?” tanya So Ran.
“Oh, bukan.” Jawab Ji Yoon.
“Aku adiknya. Lalu apa hubunganmu dengan kakakku?” tanya So Ran.
“Oh, kami seperti majikan dan pelayan.” Jawab Tae Baek.
Tae Baek lalu menyuruh Ji Yoon memakan ayam itu.


Ji Yoon dan So Ran membantu Tae Baek memikirkan nama yang pas untuk resto ayam. Tiba2, So Ran berseru mengagetkan Ji Yoon dan Tae Baek.
“Oppa.. Ini sangat mengagumkan.” Ucap So Ran.
“Apa?” tanya Tae Baek.
“Oui Pum Dag Dag. Bukankah sangat keren.” Tanya So Ran.
Tae Baek memandang sang adik dengan tatapan gak percaya. Sedang Ji Yoon merasa itu ide yang sangat konyol.


So Ran mencari ide lain, “Ssug Dag Ssug Dag.”
Kali ini Ji Yoon tertawa mendengar ide So Ran. Tae Baek menyuruh So Ran pulang. So Ran lesu mendengar kata2 kakaknya.
So Ran masih mencetuskan idenya, Dag House. Ia meminta pendapat Ji Yoon. Ji Yoon bilang kalau itu terlalu banyak bermain kata.
Tae Baek memberi usul, Dag Jip.
Ji Yoon gak setuju. Dia pun memberi usul, Chicken Jip. Gunakan karakter cina ‘Ga’ untuk Jip dan itu akan terlihat sedikit bergaya.
Tae Baek setuju dengan ide Ji Yoon. So Ran mencemooh ide Ji Yoon.
Tae Baek memuji Ji Yoon, “Kau sangat hebat Kab Soon.”
“Kab Soon?” tanya Ji Yoon.
“Hubungan Kab Wul.” Jawab Tae Baek.
“Panggil aku Penulis Baek karena aku adalah penulis iklan. Orang2 yg menulis iklan seperti Tae Baek menggunakan kata seni sebelum nama terakhir.” Ucap Ji Yoon.
“Seniman Lee? Ya Tuhan, sungguh mengerikan.” Celetuk So Ran.
“Bagaimana kalau kau dipanggil Baek Coffee?” tanya Tae Baek.
“Baek Coffee?” tanya Ji Yoon.
“Selama magang kan kau sering membuat kopi untuk banyak org.” jawab Tae Baek.
So Ran terkekeh sedang Ji Yoon kesal. “Bagaimana kalau kau kupanggil Tuan Iklan.” Ucap Ji Yoon kesal.
“Ya, ya.” Jawab Tae Baek.


Addie lagi nge-gym sambil mengingat2 percakapannya dengan sang ayah di kantor.

Flashback

“Apa kau tidak tahu kalau Direktur Pelaksana Hwang adalah keponakan Presdir Hwang dari Grup Geumsan? Tidak peduli dia adalah perwakilan dan kau manajer umum, apa gunanya menunjukkan sisi buruk pada Direktur Administrasi Hwang?” tanya ayah Addie.
“Tapi keputusan telah dibuat dan itu untuk Ketua Tim Go.” Jelas Addie.
“Dia yang memerintahkan itu secara langsung pada Ketua Tim Go. Aku mau dia ikut rapat.” Jawab ayah Addie.

Flashback end


Terdengar suara Ah Ri, “Kupikir kau melakukan semuanya secara intens.”
Tampak Ah Ri berdiri di belakang Addie. Addie menoleh ke Ah Ri.
Addie dan Ah Ri duduk berdua. Ah Ri tanya soal rapat dengan Geumsan. Addie menolak membicarakan hal itu.
“Apa kau tahu? Aku bisa bergabung dalam Tim AE, semua karenamu.” Ucap Ah Ri.
“Apa maksudmu?” tanya Addie.

“Apa kau ingat dulu kau pernah menjadi pembicara di Konferensi ACCD di kampusku?” ucap Ah Ri.
“Mungkin kau mengikuti pelajaranku.” Ucap Addie.
“Ya, itu benar. Kau bahkan mengevaluasi setiap proposal yang kau terima.” Ucap Ah Ri lagi.
“Apa lagi itu?” tanya Addie.
“Ide yang jelek.” Jawab Ah Ri.
Addie tersenyum mendengarnya. “Dulu aku tidak terlalu galak kan?” tanya Addie.
“Perasaanku tidak enak saat itu, tapi aku berterima kasih padamu. Berkat dirimu, aku menemukan pekerjaan yang sempurna.” Jawab Ah Ri.
Ah Ri lalu bangkit dari duduknya dan berkata, “Masalah tentang Sky Line sudah diselesaikan. Jadi kau tidak usah khawatir.”
“Kau cocok dengan jabatan AE.” Puji Addie.
Ah Ri tersenyum dan mengangguk. Lalu ia beranjak pergi. Addie hanya menatap kepergian Ah Ri.


Esoknya, Ah Ri, Addie dan Ji Yoon ada di Sky Longue. Ji Yoon memberikan kopi pada Addie dan Ah Ri.
Addie bilang kalau pemandangan di sana tidak jelek dan tanya pendapat Ah Ri.
Ah Ri bilang kalau ada beberapa masalah dan dia akan mengaturnya.
Addie tanya pendapat Ji Yoon. Ji Yoon bilang dia yakin tamu VVIP akan puas.
Ah Ri menanggapi omongan Ji Yoon dengan ketus. “Kau sepertinya yakin sekali mereka akan puas. Seolah2 kau seperti bagian dari mereka.
Ji Yoon bilang kalau dia hanya mengatakan apa yang dia rasakan. Ah Ri lalu menyuruh Ji Yoon turun dan mengambil mobilnya. Ji Yoon mematuhinya.

(Apa jadinya kalau Ah Ri tahu siapa Ji Yoon sebenarnya.. Gak sabar pengen ngeliat reaksi dia).

Ah Ri lalu memberitahu Addie kalau Presdir Baek dari Grup BK sangat dekat dengan Presdir No, jadi mereka akan datang di acara itu.


Tae Baek ada di resto ayam itu. Ia sedang menunggu hasil keputusan dari papan namanya. Si pemilik resto melihat Tae Baek dengan antusias. Lalu datanglah Ma Jin Ga beserta anaknya, Ma Yi Cha. So Ran yang ikut dengan Tae Baek tanya siapa Ma Yi Cha. Tae Baek memperkenalkan Ma Yi Cha sebagai anak Ma Jin Ga. So Ran memuji ketampanan Ma Yi Cha.

(So cute Ma Yi Cha, mirip banget ama Si Won Super Junior kan?)


Ma Jin Ga menatap Tae Baek dengan penuh senyuman. Ia sepertinya yakin akan mengalahkan Tae Baek. Ma Yi Cha menatap tajam dua kakak adik itu. So Ran masih memuji ketampanan Ma Yi Cha. Tae Baek menyuruh adiknya itu diam.


Pemilik resto mengumumkan kalau acara hari itu akan dimulai. Pertempuran papan nama pun dimulai. Semua memberi applause. Pemilik resto mengenalkan Tae Baek dari ‘Surga Papan Iklan’ sebagai peserta pertama. Tae Baek membungkukkan badannya, memberi hormat pada pengunjung resto.
“Dari hasil observasi yang kulakukan, papan nama yang dimiliki resto ayam sangat standard. Nama yang sama dan desain yang khas. Kalau terus memakai papan nama seperti itu, mana bisa mereka bertahan sampai abad 21. Jadi kita butuh PERUBAHAN. Untuk itulah ‘Surga Papan Iklan’ berani tampil beda dengan desain yang mewah. Ma Jin Ga dan anaknya cuek mendengar penjelasan Tae Baek. Tae Baek pun menunjukkan desainnya.


Ma Jin Ga memberikan senyum ejekan pada Tae Baek. Tae Baek tersenyum senang mendapat applause dari pengunjung. Bahkan pemilik toko juga mengacungkan jempol. Ji Yoon datang. Tae Baek tersenyum pada Ji Yoon. Ji Yoon duduk disamping So Ran. Ia tanya bagaimana dengan Tae Baek. So Ran bilang kalau Tae Baek baru selesai presentasi.

Berikutnya ide dari Ma Jin Ga. Ia pun memperlihatkan desainnya. Semua tertawa melihat desain Ma Jin Ga.


Ma Jin Ga menjelaskan kalau judul papan namanya adalah pengiriman cepat. Dia melakukan sesuatu sehingga papan namanya itu menyala. Semua memberi applause pada Ma Jin Ga. Ma Jin Gak memberikan isyarat seolah2 mau membunuh Tae Baek. Tae Baek ngeri melihatnya.


Tae Baek kalah. Motor Tae Baek pun jadi milik Ma Jin Ga. Tae Baek bertanya2 mengapa mereka bisa kalah dengan gambar kekanak2an yg dibuat Ma Jin Ga. Ji Yoon mengepalkan tangannya dan berkata jangan putus asa. Tae Baek menuduh Ma Jin Ga sekongkol dengan pemilik resto. Tiba2, So Ran berseru, “Mereka balik lagi.”


Tae Baek tanya kenapa Ma Jin Ga datang lagi. Ma Jin Ga berkata kalau dia datang untuk memberitahu alasan kenapa Tae Baek bisa kalah. Dengan membuat wajah seimut mungkin, Ma Jin Gak bilang kalau dirinya sangat baik. Ma Jin Gak pun menjelaskan kalau yang dibuat Tae Baek hanya papan nama saja, sedang dirinya membuat papan iklan. Tae Baek tanya apa maksud Ma Jin Ga. Ma Jin Gak menyuruh Tae Baek mencari tahu alasannya sendiri. Ia bilang jika Tae Baek berhasil menemukannya, maka Tae Baek dapat menggunakannya untuk bertahan hidup. Setelah itu Ma Jin Ga pergi.


Tae Baek ngabisin waktu dengan Ji Yoon di kedai minuman. Ji Yoon berkata sepertinya pernah melihat President Ma, tapi dia tak ingat dimana. Tae Baek diam saja. Dia masih sedih atas kekalahannya. Ji Yoon tanya apa Tae Baek menyalahkan President Ma? Tae Baek tanya apa di mata Ji Yoon dia terlihat kusut. Ji Yoon balik nanya apa maksud Tae Baek.


Tae Baek menceritakan kebangkrutan tokonya, kekalahannya dan ditambah lagi dia kehilangan motornya. Dia merasa seperti gumpalan kertas. Ji Yoon tersenyum dan memberikan semangat pada Tae Baek. Ia menyuruh Tae Baek minum. Tae Baek menurutinya kemudian bertanya soal iklan yang dimaksud Ma Jin Ga. Ji Yoon bilang dia tidak tahu karena dia hanya pegawai magang.


Ji Yoon tanya kenapa Tae Baek ingin menjadi seorang pengiklan. Tae Baek bilang kalau dia mengalami yang namanya kekuatan iklan. Ji Yoon tanya maksudnya. Tae Baek bercerita kalau saat sekolah, dia punya teman yang memiliki kelainan jantung. Temannya itu berasal dari keluarga miskin, sehingga tidak bisa bayar biaya operasi. Untuk membantu temannya itu, Tae Baek membuat poster. Ia berkeliling menjual posternya. Hingga akhirnya dia berhasil dan bisa mendapatkan biaya operasi temannya.


Ji Yoon tersenyum mendengarnya. Tae Baek merasa sangat kagum karena dengan gambarnya dia mampu menggerakkan hati seseorang. Ia pun ingat kata2 guru keseniannya, “Itu adalah kekuatan iklan. Cobalah!”
Tae Baek mengaku saat mendengar kata2 itu, semangatnya tersulut. Ji Yoon lalu mengingatkan kata2 yg pernah diucapkan Tae Baek pada Addie dulu, “Kertas kusut akan terbang lebih jauh.”
Ji Yoon yakin Tae Baek akan menjadi seorang pengiklan yang hebat.

Semangat Tae Baek kembali. Tae Baek memuji Ji Yoon. Ia bilang Ji Yoon bukan hanya pandai menulis, tapi juga pandai menenangkan hati org. Ji Yoon hanya tersenyum mendengarnya. Tae Baek menuangkan minum untuk Ji Yoon. Ia mengajak Ji Yoon minum. Mereka lalu melakukan toss.


Mereka berdua jalan sempoyongan. Tae Baek masih membahas soal iklan Ma Jin Ga. Ia mengejek Ji Yoon yang menyukai iklan Ma Jin Ga, dimana ada peluru di anus ayam. Ji Yoon tanya haruskah dia menangis saat melihat iklan itu. Tae Baek bilang yakin pada saat itu Ji Yoon tertawa meski sambil menggigit bibirnya. Ji Yoon menyudahi pembicaraan konyol itu. Ia berkata akan memberikan Tae Baek pekerjaan paruh waktu. Tae Baek tanya pekerjaan apa.
Ji Yoon bilang promosi mobil Dae Sung. Tae Baek tanya apa Ji Yoon bercanda. Ji Yoon menggelengkan kepalanya. Tae Baek menolaknya, lalu pergi meninggalkan Ji Yoon.


Ji Yoon tanya apa Tae Baek gak penasaran dengan iklan yang mereka buat mengingat konsep iklan mereka sama dengan yg dibuat Geumsan. Tae Baek menatap Ji Yoon. Ji Yoon bilang kalau itu adalah pekerjaan pertama mereka so dia mau Tae Baek melihat seberapa banyak org2 menyukai iklan yang mereka buat. Dan yang paling penting Tae Baek harus mencari uang. Tae Baek tanya berapa bayarannya. Keduanya lalu tertawa bahagia.


Semua orang terlihat antusias dengan iklan mobil yang dibuat Geumsan. Bahkan, malam itu Geumsan membiarkan masyarakat menikmati iklan mereka yang kayak main games balap mobil. Tae Baek juga ada di sana. Ia bekerja sebagai staff keamanan. Ia tersenyum puas memandang ke layar. Tentu saja, karena itu kan juga bagian dari idenya.


Ji Yoon menghampiri Tae Baek. Ia tanya bagaimana perasaan Tae Baek. Apakah Tae Baek senang. Tae Baek mengangguk sambil tersenyum. Lalu ada seseorang yang tanya sampai kapan dia harus menunggu dalam cuaca yg dingin begitu. Tae Baek menenangkan pria itu dengan bilang kalau pria itu pasti bisa menikmati permainannya.


Di Sky Longue semua tampak gembira. Addie, ayahnya, dan Presdir No sedang mengobrol sambil tertawa. Ah Ri menatap mereka dengan hati gembira. Lalu, Presdir Baek datang. Presdir No langsung menyambut kedatangan Presdir Baek. Ayah Addie memberitahu Addie kalau itu adalah Presdir Baek dari Grup BK. Addie memberi hormat pada Presdir Baek. Presdir Baek hanya tersenyum.


Tae Baek masih sibuk dengan kerjaannya. Ji Yoon nyamperin Tae Baek dan memberinya botol minuman. Ji Yoon minta Tae Baek jangan memforsir tenaganya.  Tae Baek bilang kalau dia sangat bersemangat karena itu adalah iklannya. Ji Yoon lalu bilang kalau dia harus segera pergi ke Sky Longue. Tae Baek menyuruh Ji Yoon cepat2 pergi dengan alasan cuaca sangat dingin. Tiba2, Tae Baek melihat So Ran diantara kerumunan org2.


Di Sky Longue, semua org2 penting berkumpul. Presdir Baek berkata soal karir Addie di Amerika yang melesat seperti roket. Ia tanya alasan Addie kembali ke Korea. Addie merendah dengan bilang kalau usahanya di Amerika tidaklah sebesar yang dipikirkan org2. Ayah Addie dan Presdir No ikut tertarik mendengar pembicaraan mereka.
Addie melanjutkan kalau saat di Amerika, dia bukan pengiklan kelas atas.
Presdir Baek takjub karena ada pengiklan yang tidak mau mempromosikan dirinya seperti Addie.


Ji Yoon datang. Dia kaget melihat sang ayah. Ah Ri yang melihat Ji Yoon bengong, menegur Ji Yoon. Ia bahkan mengatai Ji Yoon seperti org idiot. Ah Ri menyuruh Ji Yoon segera menyiapkan hadiah. Ji Yoon yang mau pergi, tiba2 menabrak pelayan yang membawa minuman. Perhatian semua org teralih pada Ji Yoon. Wajah Presdir Baek berubah saat melihat putrinya. Presdir No yg mengenali Ji Yoon sebagai putri Presdir Baek, ingin memanggilnya. Tapi Presdir Baek melarang. 



Addie merasa ada yang aneh antara Ji Yoon dan Presdir Baek.


Ji Yoon mengumpulkan keberaniannya menghampiri sang ayah. Setelah mantap, dia pun berjalan ke arah ayahnya dengan membawa hadiah sesuai perintah Ah Ri. Presdir Baek tanya pada Addie soal industri periklanan Korea. Ji Yoon salah tingkah melihat ayahnya. Presdir No memandang Ji Yoon tanpa bisa berkata apapun.


Addie menjelaskan kalau pengiklan di Korea dan Amerika berbeda. Pengiklan dan pembuat iklan sedang dalam hubungan kerja sama. Mereka dalam hubungan A dan B di Korea (hubungan pembuat dan penerima ). Ayah Addie minta maaf karena Addie masih terbawa kebiasaan di Amerika. Presdir Baek tidak mempermasalahkan itu. Ia bahkan memuji ayah Addie yang bisa membesarkan Addie dengan baik.
Presdir Baek bercerita kalau ia mengirim putrinya sekolah di Amerika. Ji Yoon yang masih ada di sana sadar kalau yang dimaksud sang ayah adalah dirinya. Tapi putrinya lebih memilih bekerja pada perusahaan komersial. Addie menatap Ji Yoon. Ia merasa ada sesuatu yang janggal.



Addie lalu mendapat SMS yg isinya kalau dia dan Ah Ri akan diwawancara oleh IBC dalam waktu setengah jam.


So Ran ternyata sedang bekerja. Ia membagi2kan selebaran iklan promosi mobil Dae Sung. Tae Baek menyeruak ke dalam kerumunan org2 itu, menghampiri sang adik. So Ran bilang kalau dia sedang mencari uang. Tae Baek melirik pakaian So Ran. Ia bilang So Ran bisa sakit dengan pakaian tipis seperti itu dan menyuruh So Ran pulang. So Ran menegaskan sekali lagi kalau dia harus mendapatkan uang. Ia minta sang kakak tidak melakukan hal bodoh, lagipula acara akan selesai 1 jam lagi.


Tae Baek melihat ke layar di depannya. Layar tersebut menampilan Addie dan Ah Ri yang sedang diwawancara. Addie menjelaskan kalau dialah yg mempromosikan mobil Dae Sung.


Acara udah selesai. Tae Baek membereskan semua peralatan Ji Yoon nyamperin Tae Baek dan berkata kalau Tae Baek sudah melakukan pekerjaan dengan baik di cuaca yg sangat dingin. Tae Baek menjawab kalau dia pasti dibayar kan untuk pekerjaannya malam itu. Ji Yoon menyuruh Tae Baek mentraktirnya setelah mendapatkan bayarannya. Tae Baek berkata, “Jadi kau menyuruhku karena ini? Sungguh menakutkan.”
Ji Yoon tertawa mendengar ucapan Tae Baek. Ah Ri yang juga ada diluar, cemburu melihat kedekatan Tae Baek dan Ji Yoon.


Ah Ri mau nyamperin Tae Baek dan Ji Yoon, tapi urung dilakukan gara2 mobil Addie berhenti di depan Ji Yoon dan Tae Baek. Addie menyapa Tae Baek. “Kita ketemu lagi. Cuaca sangat dingin sekarang.”
Tae Baek menjawab kalau berdiri diluar selama 10 jam tidak akan terasa dingin.
Addie tersenyum, lalu beralih ke Ji Yoon. Ia menawarkan tumpangan untuk Ji Yoon, sekalian mau membicarakan sesuatu dengan Ji Yoon.
Ji Yoon minta maaf karena dia sudah ada janji.
Tae Baek menyuruh Ji Yoon pergi dengan Addie, ditambah lagi cuaca sangat dingin, dan dia akan pulang dengan So Ran.
Tanpa menunggu jawaban Ji Yoon, Tae Baek ninggalin Ji Yoon.
Ji Yoon masih merasa bingung. Addie menyuruh Ji Yoon masuk ke mobilnya.


Saat Ji Yoon masuk ke mobil Addie, Tae Baek menatap mereka dengan rasa kecewa. Ah Ri juga masih di sana dan melihat semuanya. Setelah Addie dan Ji Yoon pergi, Ah Ri mendatangi Tae Baek.
“Apa kau ke sini untuk melihat promosinya? Bagaimana perasaanmu? Apa kau pikir ini adalah pekerjaanmu juga?” tanya Ah Ri.
“Aku harus pergi.” Jawab Tae Baek.

Langkah Tae Baek tiba2 terhenti saat Ah Ri bilang, “Inilah yang disebut penyiksaan harapan. Melihat pohon yang tak bisa kau panjati.”
Tae Baek akhirnya menoleh. Ah Ri berkata lagi, “Menjadi pengiklan di Amerika? Tidak mungkin.”
“Apa yang sebenarnya mau kau katakan?” tanya Tae Baek kesal.
“Sebaiknya kau mengembangkan resume-mu, atau kau menyerah saja.” Jawab Ah Ri.
“Terima kasih atas sarannya, tapi kurasa kau tidak perlu mengkhawatirkan aku.” Ucap Tae Baek.
“Picik sekali dirimu. Aku hanya tidak mau melihatmu seperti ini.” Jawab Ah Ri.
“Kupikir kita sangat berbeda. Aku pergi.” Ucap Tae Baek, lalu meninggalkan Ah Ri.


Sementara itu Ji Yoon merasa gak nyaman semobil dengan Addie. Addie tanya apa Ji Yoon merasa tidak nyaman bersamanya. Ji Yoon menjawab kalau dia hanya tidak menduga saja. Addie bertanya lagi apakah di Korea terlihat aneh kalau ada pimpinan yang mengantar karyawannya pulang. Ji Yoon menjelaskan kalau terlihat aneh seorang pegawain magang yang diantar oleh pimpinannya. Addie minta Ji Yoon menganggap semua itu sebagai kompensasi atas tagline yang Ji Yoon buat.


“Apa yang mau kau bicarakan?” tanya Ji Yoon.
“Apa pendapatmu tentang tagline “Gumpalan kertas akan terbang jauh”? tanya Addie.
“Itu adalah tagline yang sangat bagus.’ Jawab Ji Yoon.
“Kenapa?” tanya Addie.
“Karena ada pesan di dalamnya.” Jawab Ji Yoon.
“Menurutku itu bukan tagline. Karena tidak realistis. Daripada terbang jauh, gumpalan kertas akan berakhir di tempat sampah.” Ucap Addie.
Ji Yoon sedikit kaget.
“Salinan itu harus jujur.” Ucap Addie lagi.
“Untuk org lain, mereka perlu hiburan bukan salinan. Terutama untuk org2 yang berjuang setiap hari.” Jawab Ji Yoon.
Addie menatap Ji Yoon. Sepertinya ia kagum pada Ji Yoon. Ji Yoon balas menatap Addie dan tersenyum.


Tae Baek termenung di bis. Ada So Ran di sebelahnya. So Ran bilang kalau nenek akan pulang besok. Tae Baek tanya apa maksud So Ran dan bilang kalau nenek masih sulit untuk berdiri. Kayak2nya nenek mereka masuk RS nih. So Ran menjawab entahlah dan berpikiran kalau dia akan dikeluarkan dari sekolah besok. Tae Baek minta So Ran gak usah mikirin itu karena dia akan mencari uang untuk biaya kuliah So Ran. So Ran bilang kalau lulus kuliah pun gak menjamin dia akan mendapat kerja.


Tae Baek bilang kalau So Ran berhenti kuliah, maka pendidikan tertinggi So Ran hanya SMU. So Ran bilang kalau lulusan kuliah pun banyak yg jadi pengangguran. Tae Baek bilang kalau angka pengangguran di Korea sangat tinggi, jadi So Ran tidak akan bisa apa2 kalau gak punya keahlian seperti dia. So Ran kesal karena kakaknya masih pede juga. Ia pun memilih untuk tidur daripada dengerin ocehan sang kakak. Tae Baek pun kembali merenung.


Ah Ri yang sedang dalam perjalanan pulang, ditelpon oleh Direktur Hwang. Direktur Hwang tanya bagaimana dengan promosinya. Ah Ri menjawab kalau semua berjalan lancar. Direktur Hwang tanya apa Presdir BK mengatakan sesuatu yang penting. Ah Ri menjawab tidak ada sesuatu yang penting tapi sepertinya Presdir BK tertarik dengan Addie. Direktur Hwang penasaran apa rencana Presdir BK. Ia juga bilang kalau Addie lebih menakutkan daripada ayah Addie. Ah Ri pun diminta untuk mengawasi mereka semua.

(Curiga gw, kayaknya Ah Ri dan Direktur Hwang bekerja sama menghancurkan Addie)


Addie yang baru masuk rumahnya kaget melihat ayahnya duduk di sofa. Ayah Addie tanya, “Apa Addie merasa gak nyaman karena sesuatu?”
Addie yang lagi menuang minuman ke gelas menjawab, “Sangat tidak nyaman jika ada seseorang yang masuk ke rumah tanpa izin pemiliknya.”
“Image-mu harus baik di depan Presdir Baek. Tahun ini  BK akan mengubah identitas mereka menjadi CI (Corporate Identitiy). Iklan CI sangat berbeda dengan iklan produksi. Dan ini nilainya 500 juta dollar.
“Benarkah?” tanya Addie. “Jika mereka menghapusnya, maka posisimu akan aman untuk sementara.” Lanjut Addie.

Ayah Addie menjawab, “Hanya untuk beberapa tahun saja. Tanpa teman dan keluarga, saat berada di puncak akan menjadi gila karena iklan. Aku datang ke Geumsan sebagai wakil periklanan dan aku tidak bisa memberikan posisi ini pada siapapun.”
“Aku tidak tertarik dengan posisimu.” Jawab Addie.
“Apa?” tanya sang ayah.
“Tidak peduli aku ini sebagai perwakilan atau manajer, di depan para pengiklan aku harus memiliki kesetiaan yang sama.” Jawab Addie.
“Apa yang bisa kau lakukan dengan itu?” tanya sang ayah.
“Aku tidak berniat seperti itu. Itulah alasanku kembali ke Korea. Aku harap ayah istirahat saja.” Jawab Addie.


Sepeninggalan sang ayah, ada fax yang masuk. Resume Ji Yoon! Rupanya Addie sedang menyelidiki latar belakang Ji Yoon.


Di kamarnya, Ji Yoon lagi melihat foto2 kecilnya dengan sang ibu. Bibi Ji Yoon datang membawakan minuman kesehatan untuk Ji Yoon. Dari ekspresi Ji Yoon, terlihat jelas kalau minuman itu sangat pahit. Ji Yoon lalu menutup album fotonya. Tanpa sengaja ia menjatuhkan satu foto. Ia memungut foto itu dan kaget melihatnya. Itu adalah foto ayah dan ibunya bersama Ma Jin Ga!


Tae Baek datang ke kantornya. Tiba2, ia kaget melihat para penagih hutang sudah mengeluarkan isi kantornya. Tae Baek mendekati salah satu dari mereka dan tanya kenapa mereka melakukan hal ini. Orang itu sambil marah2 menjawab kalau Tae Baek tidak pernah muncul untuk bayar uang sewa padahal Tae Baek sudah berjanji akan rajin membayarnya. Tae Baek meminta tambahan waktu lagi. Orang itu makin marah dan bilang, “Jika sesuatu tidak bisa dilakukan seseorang untuk pertama kalinya artinya tidak bisa dilakukan di dunia!”


Tae Baek menyusuri jalanan dengan membawa barang2nya. Ia teringat kata2nya saat bersama Addie. “Sebuah gambar yang menyenangkan hanya akan menjadi gambar yang tidak berarti.”


Tae Baek lalu berdiri di depan resto ayam tempat dulu dia bersaing dengan Ma Jin Ga. Di sana terpasang papan nama hasil karya Ma Jin Ga. Ada pasangan kekasih yang berhenti di depan resto itu. Si wanita bilang kalau lain kali mereka harus makan di sana dan mengajak orang lain juga. Dalam hatinya Tae Baek bertanya2 kenapa dia kalah. Ia kembali teringat dengan kata2 Ma Jin Ga malam itu.
“kau membuat papan nama, dan aku membuat sebuah iklan. ”
“Gunakan otakmu untuk berfikir.Jika kau menemukan jawabannya, maka kau akan mampu bertahan hidup.”


Tae Baek lalu memandang papan namanya. Ponselnya tiba2 berbunyi. Ji Yoon yang menelpon Tae Baek, memberitahu identitas Ma Jin Ga.


Setelah menerima telepon dari Ji Yoon, Tae Baek berlari sekencang2nya. Ma Jin Ga adalah seorang pengiklan!! Dulu dia dikenal dengan nama Ma Zinga sebelum akhirnya menghilang dari dunia periklanan dan pernah bekerja di Geumsan. Tae Baek mendatangi markas Ma Jin Ga. Ma Jin Ga yang lagi main kartu dengan anaknya kaget dengan kedatangan Tae Baek. Ma Yi Cha takut kalau Tae Baek datang untuk mengambil motornya.


Tae Baek memohon, “Ajari aku periklanan.”
“Kenapa harus aku? Aku saja tidak bisa mengajari putraku?” jawab Ma Jin Ga.
“Aku yakin pada diriku. Hidupku.’ Ucap Tae Baek.
Semua yang ada disitu menoleh pada Tae Baek. Tae Baek memohon pada Ma Jin Ga. Ia bahkan sampai berlutut!! Sepertinya Ma Jin Ga senang dengan semangat Tae Baek.

BERSAMBUNG
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments